27. Terjebak Pada Masa Lalu

362 27 11
                                    


Tak ada satu pun orang yang mau terjebak oleh cinta dari masa lalu.

_____________________________________

Pagi ini hari ke dua di mana Tias tidur di ranjang rumah sakit. Gadis itu sudah terlihat lebih segar sekarang, dokter juga bilang bahwa ia bisa pulang besok sore jika kondisinya memungkinkan.

"Bunda." Panggil Tias.

"Iya sayang?" balas Astrid yang tengah sibuk melihat ke layar tv di depannya.

"Bunda boleh tinggalkan Tias sama Sinta berdua dulu? Ada yang mau Tias bicarakan dengan Sinta." pintanya sangat sopan.

"Anak bunda mau rahasia-rahasiaan ya sama bunda. Oke baiklah bunda akan keluar." Ungkap Astrid berlebihan dan langsung berjalan ke arah luar.

Tias dan Sinta hanya tertawa kecil melihat bunda Tias yang terlalu lebay.

Kini tinggal Tias dan Sinta saja yang berada di ruangan itu. Namun untuk beberapa saat mereka saling bungkam. Kemudian Tias memulai obralan mereka.

"Sin." panggilnya terlihat sedikit tak tenang.

"Ha? Kenapa?"

"Hmmmm." Gadis itu seperti ragu untuk mengucapkan sesuatu.

"Lo ham hem ham hem udah kaya Nisa Sabyan aja." Balas Sinta yang mulai tak sabar dengan sahabatnya itu.

"Langsung aja. Ini lo gk lagi mau nyatakan cinta lo ke gue kan?" timpal Sinta curiga.

"Cih, gue ini NORMAL."

Sinta mengangguk-anggukan kepalanya, dan ia menunggu saja kata-kata yang ingin di ucapkan oleh sahabatnya itu.

"Sin gue harus gimana?" tanpa ada pernyataan yang jelas tiba tiba gadis itu bertanya kepada Sinta.

Sinta yang merasa tak mengerti hanya mengernyitkan dahi.

"Zidan ternyata ada di Indonesia." Kini suara Tias berubah menjadi lebih berat.

Sinta sangat terkejut mendengar perkataan gadis itu. " Ha? Siapa yang di Indonesia? Zidan? Zidan yang mana?" tanyanya memastikan lagi.

"Zidan Deandra."

"E-Etong maksud lo?" ia masih tak percaya dengan apa yang di katakan Tias.

Gadis itu hanya mengangguk, mengiyakan.

"Serius lo?" Sinta pun terpelonjak dari tempat duduknya, ia menegakkan tubuhnya agar dapat lebih jelas mendengar perkataan Tias.

"Dan ternyata Ali...." Ketika menyebut nama pria itu ntah kenapa dadanya terasa sangat sesak, seperti di hantam dengan benda keras.

Namun gadis itu masih berusaha menahan semua dorongan itu, dan ia pun melanjutkan omongannya yang tadi terpotong. "Ali itu ternyata abangnya Zidan."

Setelah kata terakhirnya selesai, butiran bening pun terjun bebas dari pelupuk matanya. Pertahanannya kini pecah, ia tak dapat lagi menutupi rasa perih pada dadanya.

Sementara Sinta masih terpaku pada posisinya. Ia kini mengerti kenapa sahabatnya menjadi begitu sedih.

Sinta menarik bangku tempat ia duduk agar lebih dekat lagi dengan Tias. Kemudian ia mengambil tangan gadis itu, menenangkannya sejenak karena ia tau bahwa sahabatnya ini sekarang sedang berada pada titik yang sangat berat.

"Gue tau ini berat bagi lo." Sinta mulai membuka suara. "Jadi sekarang lo lagi marah sama Ali karena dia udah bohongi lo gitu?"

Gadis itu hanya mengangguk kecil dalam tangisnya yang tambah menjadi.

My Trip My Future ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang