Terdengar suara yang cukup berisik dari knalpot vespa Ali ketika di nyalakan. Lalu ia memakai helm dan langsung menaiki vespanya dengan seribu gaya."Ayo naik." ucapnya menyuruh Tias.
Gadis itu mengangguk dan langsung mengambil posisi duduk di boncengan belakang.
"Udah?" tanya Ali memastikan.
"Udah." balas Tias siap.
Ali menggelengkan kepalanya yang telah tertutup dengan helm.
"Gue udah naik, buruan jalan." pinta Tias agar Ali segera memacukan vespanya.
Ali menoleh ke arah Tias, lalu mengisyaratkan tangan menunjuk ke pinggangnya.
Tias mengernyit tak paham. "Apa?" tanyanya.
"Ah elah gk pekaan banget. Rangkul pinggang gue biar lu gk jumpalik (jatuh) ke belakang." Ujar Ali yang masih mengisyaratkan tangannya ke pinggang.
"Cih ogah." tolak Tias mentah-mentah.
Ali berdehem pelan, lalu tiba-tiba pria itu turun dari vespa.
Tias heran, apa lagi yang bakal di lakukan orang aneh ini?
"Kenapa turun?"
"Mau ngambil kain buat ngiket elu, takutnya nanti jatuh terus yang ada gue di salahi sama emak lu." jawab Ali dengan ekspresi yang tidak bisa di artikan, karena wajahnya yang terlalu konyol.
Tias menghela napas panjang, lalu menahan Ali yang hendak pergi mengambilkan kain. "Berangkat sekarang atau gue gk jadi ikut?!" Ancam Tias.
"Yaudah." balas Ali tak goyah dengan ancaman Tias.
Mata Tias terbuka sempurna, tak percaya dengan balasan pria itu. Ia kira Ali bakal menahannya, ternyata pria di hadapannya itu benar-benar tak mau kalah.
"Udah buruan jadi gk?"
"Jadi, tapi lu harus pegangan di pinggang gue ya?" pinta Ali.
Tias mengangguk pasrah, rasanya ingin sekali Tias melempar pria ini dengan sepatu yang ia kenakan tapi dengan cepat di urungkannya niatan itu.
Ali tersenyum puas merasa menang dengan gadis itu, ia pun semangat menaiki vespanya lagi. "Tenang gue udah pernah suntik rabies, jadi gk bakal kejang-kejang kalau seandainya lu kena gigitan gue." cerca Ali menakut nakutkan.
Tias memukul helm yang menempel di kepala Ali. "Jalan!."
"Siap laksanakan." Jawab Ali sigap.
Ia pun langsung menginjakan kopling dan mulai menarik gas. Vespa Ali membelah jalanan dengan kecepatan sedang.
Hanya panasnya matahari dan desiran angin yang mengiringi perjalanan mereka. Terasa begitu canggung karena mereka berdua sedari tadi hanya diam, sibuk dengan pikiran masing masing.
Tak lama kemudian, Ali lah yang akhirnya memecah keheningan. "Lu gk malu naik vespa jelek gini?" tanyanya sedikit berteriak agar gadis di belakang itu dapat mendengar suaranya.
"Buat apa malu?" lagi lagi Tias tak menjawab langsung pertanyaan yang di lemparkan kepadanya.
"Kan biasanya para wanita seperti anda ini suka pria yang naik Honda CBR, biar bisa minta antar jemput dan pamer sama teman satu gengnya." tutur Ali tetap fokus pada jalanan.
"Gue sama wanita lain."
"Eith dah, iya juga ya lu kan Tias bukan wanita. Ya jelas lah beda banget, si wanita kan lemah lembut, kalem, lah yang di belakang...." Ali menggantungkan kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Trip My Future ✓ [REVISI]
Teen FictionBukan sebuah cerita cinta antara sang bad boy dengan nerd girl, ini adalah kisah seorang gadis yang kehilangan hidupnya sejak ia di tinggal oleh seseorang, sampai pada akhirnya gadis ini pun bertemu dengan pria yang dapat mengembalikan kehidupannya...