31. Pengorbanan

361 24 17
                                    

Drttt... Drttt...

Dering suara ponsel itu berhasil membuat pemiliknya terbangun. Dengan mata yang masih terpejam Ali merabah mencari di mana ponselnya berada.

Pria itu menggeser tombol hijau tanpa melihat siapa yang menelponnya.

Terdengar suara samar-samar di seberang sana. Ali yang belum sadar sepenuhnya tidak membuka suara, ia memilih menunggu saja orang itu berbicara.

"Al-Ali... Tolong Tias.. tolong....." Tiba-tiba suara rintihan dari seorang gadis terdengar mengejutkan. Mata Ali sontak terbuka sempurna ketika mendengar permintaan tolong yang keluar dari benda persegi panjang itu.

"Tias... Kamu di mana? Kenapa? Apa yang bisa gue bantu?" tanya Ali bertubi-tubi.

"Da...Darah..."

Tutt...Tutt...

Sambungan terputus, pria itu pun semakin panik. Ia terus berusaha menghubungi Tias lagi. "Angkat, gue mohon angkat," gumamnya ntah kepada siapa.

Setelah beberapa kali menghubungi, akhirnya telpon Ali di angkat.

"Halo, Tias kamu kenapaa?"

Tak ada balasan dari gadis itu.

"Tias? Kamu ada di mana?"

"Ali.." lirih Tias sangat lemah.

Rintihan gadis itu membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. "Tias... Tias........." Teriak Ali memanggil-manggil nama gadis itu.

Ali terbangun dari tidurnya, ia bermimpi buruk akan gadis itu. Deruan napasnya pun terdengar gusar akibat mimpi yang ia alami beberapa detik yang lalu.

Ali melirik ke jam yang ada di ponselnya, masih pukul 03.00 pagi. Ia menghela napasnya lega karena kejadian itu hanyalah bunga mimpi saja.

Di ambilnya segelas air yang berada di atas nakas kemudian meminumnya sedikit untuk melegahkan tenggorokannya. Perlahan ia membaringkan tubuhnya lagi, mencoba menahan rasa sakit di kepalanya dengan cara kembali tidur.

Baru satu detik kelopak matanya terpejam, tiba-tiba perasaan gelisah menghampiri pikiran Ali. Ia kembali membuka matanya, pria itu terdiam sejenak karena tak mengerti mengapa dirinya merasa begitu gelisah.

Dan setelah beberapa saat sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba nama Tias terlintas di dalam hatinya. Bayangan-bayang akan mimpinya tadi pun kembali terputar.

"Ada apa sama dia?" gumam Ali sembari mengotak-ngatik ponselnya.

Ternyata pria itu berusaha menghubungi Zidan, namun telpon darinya tak kunjung di angkat oleh Zidan.

Batinya semakin tak tenang memikirkan bagaimana kondisi gadis itu. Akhirnya tanpa memperdulikan kesehatannya sendiri, Ali memutuskan untuk keluar dari ruangannya dan mencari tau akan kondisi Tias saat ini.

Dengan kasar pria itu melepaskan impus yang ada di tangannya. Ali perlahan menurunkan kakinya satu persatu, menguatkan hati dan jiwanya agar dapat berjalan. "Gue bisa." Tukas Ali menyemangati diri sendiri.

Satu demi satu kakinya melangkah melewati lorong-lorong rumah sakit. Pria itu tak tau ingin kemana, namun ia percaya pada langkah kakinya yang pasti membawa dirinya ke tempat yang tepat.

Sudah sekitar 15 menit pria itu mengitari sekitar rumah sakit, namun hasilnya nihil, ia tak menemukan tanda-tanda akan Tias. Kekuatan yang ia miliki semakin menipis, wajahnya pun berubah menjadi pucat pasih. Butiran-butiran keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuh pria itu.

Dengan tertatih kaki Ali terus berusaha tetap berjalan, di liatnya ada seorang gadis yang sedang tertidur di depan ruang ICU. Ia bermaksud ingin meminta bantuan kepada orang itu, namun belum sempat membuka suara, tubuh Ali sudah terjatuh lemas di atas lantai, ia tak dapat menahan lagi semua rasa sakit yang menyerangnya kini.

My Trip My Future ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang