30. Accident

359 23 10
                                    

Seorang pria duduk bersandar di atas pohon dengan ke dua kaki yang di silangkan. Setelah perbincangannya dengan Sinta tadi Ali tidak segera kembali ke dalam kelas. Ia malah cabut jam pelajaran dan bersembunyi di atas pohon yang ada di halaman belakang sekolah.

Pria itu sangat menikmati pemandangan yang terlihat dari atas sana, meski tingginya hanya 1 meter. Sesekali tangan Ali memutik daun-daun yang tak berdosa. Ia memejamkan matanya dan menghirup udara yang cukup segar di atas sini.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari seseorang yang memanggil namanya. "Ali..."

Ali berdecak kesal karena suara itu membuatnya terkejut. Ali menuruni pohon dengan mulut yang terus mengoceh tanpa henti. "Berisik banget, gk tau gue lagi galau. Gue sumpahin tuh orang jadi toak mas....." omelan tak jelasnya terhenti ketika Ali melihat siapa yang tadi memanggil namanya.

Ternyata bu Afifah menyambut pria itu dengan kedua tangan berkacak di pinggang. Ia ketahuan bersembunyi di atas pohon karena laporan dari siswa lain yang melihatnya.

"Eh Assalamu'alaikum bu Afifah." Sapanya menunjukkan cengiran kuda.

"Walaikumsalam." Balas bu Afifah ketus, kemudian tangan guru BK itu pun naik terpangku di atas dada menambah kesan tegas.

"Permisi bu saya mau masuk ke kelas dulu, soalnya udah mulai nanti takutnya terlambat." Ali melangkahkan kakinya bermaksud untuk kabur dari hadapan bu Afifah.

Namun tangan bu Afifah dengan cepat meraih kerah baju pria itu. "Ikut ibu!"

"Ah kampret banget." Pekik Ali yang gagal kabur dari guru mematikan ini.

"Apa kamu bilang tadi?!" tanya bu Afifah menghentikan langkahnya.

Ali menggaruk punuknya, ia melihat sekitar untuk mencari alasan. " Anu bu, maksud saya itu paret (selokan) di sekolah kita ini wajib di buat lagi, agar sekolah tercinta ini tidak banjir."

Tanpa membalas omongan Ali, bu Afifah kembali melanjutkan jalannya untuk menggiring pria itu ke ruang BK.

"Akhirnya otak gue ke pakai juga, makasih ya." Ucapnya berdialog dengan dengkul kaki sendiri.

Setelah wawancara selama 15 menit, akhirnya pria itu keluar dengan membawa surat panggilan orang tua.

Ia boleh kembali ke dalam kelas dan melanjutkan proses pembelajaran yang sebentar lagi selesai. Dengan langkah ringan Ali memasuki kelas tanpa mengucap salam atau apapun.

Tak perduli jika guru yang sedang mengajar di kelas bakal marah kepadanya. Pria itu langsung mengambil duduk dan meletakkan kepalanya di atas meja.

Dan 10 menit kemudian bel pun berbunyi tiga kali. Para siswa dengan semangat empat lima membereskan semua alat tulis dan buku-bukunya lalu langsung berhamburan untuk pulang kerumah masing-masing.

Sedangkan Ali masih menempelkan kepalanya di atas meja. Perlahan tangannya mengambil surat panggilan yang di berikan oleh bu Afifah tadi. Ia menatap sendu ke arah selembaran kertas putih di hadapannya ini.

Ali tersenyum kecut ketika membaca kata orang tua. Ia kembali teringat dengan masa kecilnya bersama sang mama. Pria itu sepertinya sangat merindukan pelukan hangat dan kecupan manis dari mamanya.

Satu butiran bening berhasil lolos dari pelipisnya. Dengan cepat tangan Ali menyekal air mata itu agar tak bertambah deras. Kemudian ia berdiri dan berjalan menuju pintu keluar kelas.

***

Vespa klasik itu berhenti di sebuah pemakaman umum di daerah Bekasi timur. Ia melangkahkan kakinya menuju salah satu kuburan.

My Trip My Future ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang