Dengan langkah gusar Ali terus menarik tubuh Tias menjauh dari kelas. Ia terus saja berjalan ke depan tanpa memperdulikan gadis yang sedari tadi berusaha mengikuti langkahnya.Tias pun akhirnya tak dapat menyamakan lagi langkah Ali. "Ali stop." seru Tias menarik paksa tangannya.
"Lo mau bawa gue kema..." omongan Tias terhenti ketika mendapati wajah Ali yang telah merah padam. Napas pria itupun terlihat tak beraturan, tampaknya ia sedang emosi.
"Kenapa?" tanya Tias berusaha tetap tenang agar Ali tidak tambah emosi.
Namun tak ada jawaban dari pria di hadapannya ini.
"Ali." Tias mencoba memanggilnya.
Kini tangan Ali yang mengepal kuat.
"Emosi sama pak Misrun tadi?" tebak Tias, kemudian perlahan ia membuka kepalan di tangan Ali dengan lembut.
Akhirnya Ali membuka suara. "Seharusnya yang namanya seorang guru itu harus ngajarin muridnya. Bukan malah ngusir murid yang gk bisa ngikuti pelajaran dia. Di sini para orang tua nitipin anaknya untuk di didik agar pintar kalau udah pintar ngapain di sekolahin lagi." jelas Ali masih dengan emosi yang begitu tampak pada raut wajahnya.
Tias terkejut mendengar pernyataan Ali yang begitu serius kali ini, ia hanya tersenyum kecil, dan dalam hatinya Tias sangat bersyukur bertemu seorang pria yang seperti ini. Pria yang sudah membuat banyak perubahan di dalam hidupnya
"Udah ngomelnya?"
"Udah." jawab Ali tegas.
"Yaudah." Balas gadis itu berlalu meninggalkan Ali.
"Kentut, gue kira bakal di bujuk atau di tenangi, eh ini malah di tinggal pergi, gk ada romantis-romantisnya." gerutu Ali cukup keras sehingga Tias yang masih tidak terlalu jauh dapat mendengarnya dengan jelas.
Tias menghentikan sejenak langkahnya, tanpa berbalik badan ia berkata.
"Minta di bujuki sama mbak Yuli aja gih." Lalu gadis itu melanjutkan langkah kakinya yang di iringi dengan sedikit tawa karena membayangkan muka kesal dari pria itu.***
Perpustakaan adalah tempat di mana mereka mengistirahatkan kaki sejenak setelah berputar putar di area sekolahan.
Tias mengambil duduk di tempat biasa jika ia sudah di usir keluar oleh guru. Ia sibuk memainkan ponselnya dan fokus membaca sesuatu.
"Liatin apa lu?" tanya Ali karena melihat Tias yang terlalu fokus pada benda persegi panjang yang ada di tangannya.
"Eh ini, ntar dulu." bukannya menjawab Tias malah kembali lebih lekat menatap ponselnya.
Ali tak sabar menunggu penjelasan dari gadis itu, ia pun merampas ponsel Tias lalu mengecek apa yang membuat ia begitu serius.
"Ohh event art yang di Jaksel." ucap Ali seperti tau tentang hal itu.
"Lo tau?"
Ali mengangguk cepat, tapi detik berikutnya pria itu meralat anggukannya. "Ma-maksud gue gk tau. Emang itu ada apa?"
"Kirain tau."
Ali cengengesan. "Emang itu ada apa?" tanya Ali untuk kedua kalinya.
"Ini tuh lomba menggambar, kemarin event ini di ada kan tanggal 10 november eh tiba tiba gue baru liat di ig ternyata event nya di percepat jadi tanggal 5." ujar Tias panjang lebar. Tapi tak ada respon dari pria di sampingnya itu. Tias menoleh ke arah Ali yang sedang senyum senyum tak jelas sambil menatap Tias.
Tias merasa jijik melihat Ali menatapnya seperti ini. Ia pun mengambil buku dan memukulnya tepat di atas kepala pria itu.
"Au." Ringisnya kesakitan. Ali memegangi kepalanya yang terkena pukulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Trip My Future ✓ [REVISI]
Genç KurguBukan sebuah cerita cinta antara sang bad boy dengan nerd girl, ini adalah kisah seorang gadis yang kehilangan hidupnya sejak ia di tinggal oleh seseorang, sampai pada akhirnya gadis ini pun bertemu dengan pria yang dapat mengembalikan kehidupannya...