29. Kenyataan Pahit

371 32 3
                                    


Tetes demi tetes cairan impus berhasil masuk kedalam tubuh seorang gadis yang kini kondisinya semakin memburuk.

Perkiraan dokter kemarin itu berbanding terbalik dengan kenyataan sekarang. Tias sore ini sedang tidak sadarkan diri. Ia tergeletak di dalam ruangan ICU.

"Dokter, kenapa anak saya jadi kaya begini dok?" Astrid sebagai seorang ibu tentunya sangat merasa khawatir ketika melihat kondisi sang anak yang seperti saat ini.

"Maafkan saya bu, kemarin saya sudah periksa bahwa dia tidak apa-apa, namun tiba-tiba kondisinya tadi sangat drop dan dia butuh 2 kantung darah sekarang." Jelas sang dokter dengan hati-hati agar Astrid tidak tambah khawatir.

Tangis pun pecah ketika dokter Ridwan selesai menjelaskan prihal kondisi Tias.

"Dan lagi-lagi saya meminta maaf karena stok darah AB sedang kosong di rumah sakit ini. Di antara ibu atau bapaknya siapa yang memiliki golongan darah AB?" dokter Ridwan di buat mengernyitkan dahinya, karena ketika ia mengucapkan kata terakhirnya Astrid malah tambah terisak dalam tangisnya.

"A-Ayahnya yang pu-punya golongan AB." Lirih Astrid terseduh-seduh.

Dokter itu menganggukkan kepala.
" Jadi nanti sore kita akan..."

Astrid memotong penjelasan yang ingin di katakan oleh sang dokter.
" Tapi ayahnya saat ini lagi di luar negeri." Linangan air mata terus membasahi pipi lembut dari wanita ini.

Dokter Ridwan menghembuskan napasnya berat, ia mencoba tetap tenang meskipun dirinya sendiri di buat khawatir dengan kondisi gadis itu yang saat ini sangat membutuhkan darah.

"Oke bu tenang ya, saya akan hubungi semua rumah sakit yang ada di daerah Jakarta ini, saya bakal usaha semaksimal mungkin." Tukas dokter Ridwan bersungguh-sungguh agar dapat membuat wanita itu sedikit lebih tenang.

Astrid hanya mengangguk lemah.

***
Flashback

Senin, 2 Desember 2018.

Setelah bertahun-tahun hilang entah kemana. Akhirnya pria itu muncul dari hadapan Tias. Zidan Deandra, seorang pria yang pernah menjadi pahlawan di hidup Tias dulu akhirnya berani menunjukkan diri di hadapan gadis itu.

Ternyata setelah perbincangannya dengan Ali tadi, Zidan langsung pergi ke rumah sakit untuk menjelaskan semuanya kepada Tias.

Ia melihat ke arah gadis itu, dan tak sengaja senyuman terbentuk di sudut bibirnya. Pria itu pun sangat lekat menatap sahabat kecilnya yang kini sudah memiliki banyak perubahan.

Tangan Zidan bergerak merapikan helaian rambut yang jatuh menutupi wajah Tias. Tiba-tiba gadis itu terbangun dari tidurnya. Dengan cepat pria itu langsung menarik tangannya dan kembali ke posisi duduk di samping ranjang.

"Ma, Tias pengen minum." Ucap gadis itu masih belum sadar sepenuhnya.

Zidan dengan singgap mengambilkan segelas air yang ada di atas nakas. Ia memberikan gelas itu dan membantu Tias untuk meneguk minumannya.

Tampaknya Tias masih belum sadar bahwa Zidan kini ada di hadapannya.

Setelah ia meletakkan kembali gelas tersebut, baru lah Zidan membuka suara.

"Gimana kondisi lo?" suara khas dari pria itu berhasil membuat Tias terkejut.

Gadis itu pun menoleh ke sumber suara. Matanya mendapati seorang pria yang tengah duduk di samping ranjang tempat tidurnya.

My Trip My Future ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang