Epilog

975 13 12
                                    

Tias menutup album foto miliknya, kemudian beralih ke sepucuk surat yang masih terlipat rapi dengan bentuk segitiga. Ragu-ragu ia membuka surat tersebut, tulisan di dalamnya tak terlalu indah di pandang, namun setiap katanya berhasil mengingatkan Tias pada sosok pria di masa lalu.

Segitiga bertua, karena abang Ali ingin sampai tua dengan mba Tias...

Mungkin aku hanyalah seorang manusia biasa, yang tak bisa egois memiliki mu seutuhnya. Aku tak mengerti mengapa setiap kali aku melihat senyuman mu aku merasakan kehangatan itu hadir. Kau sama seperti ibu ku, senyum mu, sifat mu bahkan wajah kalian sama membuat suasana seperti apa pun menjadi damai.

Aku tak tau apa yang akan terjadi setelah ini. Yang ku minta kepada Tuhan agar setiap skenario yang ku buat berjalan dengan lancar. Dan kita akan menjadi pemeran utama hingga akhirnya tertulis kalimat "Happy ending" pada akhir cerita.
Namun lagi-lagi aku hanyalah seorang pria biasa, takdir kita berada di tangan Tuhan.

Apapun nanti yang terjadi pada cerita kita, semoga itu yang akan menjadikan kisahnya lebih sempurna.

~ Ali Payne ~

Tanpa ia sadari, setetes air mata jatuh membasahi pipi gadis itu. Ia hanyut dalam setiap kata yang tertulis pada secarik kertas kuning di genggamannya.

Namun tiba-tiba terdengar suara yang cukup berat yang memanggil namanya dengan lembut. Tias tersentak dengan suara itu, dengan cepat ia menyimpan kembali kertas tersebut ke dalam album foto yang ada di atas meja.

"Sayang makan yuk... Bunda sama ayah udah nungguin kamu itu di meja makan." ucapnya sembari mengusap lembut puncak kepala Tias.

Tias pun hanya mengangguk, lalu detik berikutnya ia mengulas senyuman lebar. Ia berdiri dari posisinya, kemudian menatap tubuh seorang pria yang tengah berlutut di hadapannya sambil sibuk mengelus-elus perutnya yang kini sudah terlihat membuncit.

"Liat de mama mu lagi senyum-senyum sendiri kaya orang gila di pasar rame." Ujar Rizki seolah sedang berbicara dengan seseorang di hadapannya.

Tias yang merasa kesal pun, mencubit pipi pria yang kini sudah sah menjadi suaminya sejak 4 bulan yang lalu. "Ihh ngeselin..."

Rizki terkikih geli dengan kelakukan Tias. Ia pun berdiri untuk menyejajarkan posisinya dengan sang istri yang masih terlihat kesal dengan dirinya. Pandangan Tias pun sengaja ia buang ke sisi kanan agar mempertegas bahwa dirinya saat ini sedang marah.

Pria itu sedikit membukukan badannya, kemudian berbicara dengan nada yang sangat pelan namun masih bisa di dengar oleh Tias. "Tapi orang gila nya cantik de, makanya dia engga lolos masuk ke rumah sakit jiwa."  Rizki sengaja menjeda perkataanya beberapa detik untuk mengintip ke arah Tias. Benar saja ternyata sedari tadi wanita itu melirik ke arah Rizki dengan senyum yang terlukis jelas di bibir. Namun buru-buru Tias mengalihkan pandangannya ketika ia tertangkap basah oleh Rizki.

Rizki kembali pada kegiatannya berdialog dengan perut Tias yang tengah mengandung anaknya, "Liat de sekarang mama mu malu-malu gitu karena ketauan lagi ngeliatin papa."

Tias benar-benar ketauan, ia pun memilih berjalan melewati Rizki yang tengah membungkuk di hadapannya. Pipinya mendadak bersemu merah, ketika sebuah tangan menggenggam tangannya sembari membisikan kata sederhana yang berhasil membuat jantung Tias berdegup kencang, "engga usah ngambek-ngambek gitu ntar mukanya keliatan jelek, terus aku makin cinta deh."

Yah begitulah seorang Rizki, ia selalu saja berhasil membuat hati seorang Tias terombang ambing. Dia lah sutradara yang paling hebat dalam hidup Tias. Pria itu berhasil memainkan emosi Tias dengan rapi lalu kembali menyusunnya pada keadaan yang semula bahkan lebih sempurna dari sebelumnya.

Tias sangat bersyukur di pertemukan dengan sosok Rizki beberapa tahun lalu di Bandung. Seorang pria yang pasti bisa membuat ia tersenyum dengan caranya sendiri. Seorang pria yang berhasil menutup luka yang sempat tergores di relung hati. Seorang pria yang berhasil meyakinkan Tias bahwasanya dunia itu indah jika kau berani melihatnya. Dan seorang pria yang berhasil mengenalkan kepada Tias akan sebuah cinta yang sesungguhnya.

Hidupnya seakan sempurna, semua sesak di dada lenyap seketika ketika pria itu datang melengkapi kehidupannya. Kini Tias menemukan sosok suami, sahabat sekaligus teman bermain ketika dirinya sedang merasa jenuh. Rizki seolah bisa menjadi apa saja yang Tias butuhkan. Ia benar-benar pria hebat yang selama ini Tias butuhkan.

Kini tak ada lagi tangis kesedihan, hanya tawa bahagia yang selalu di ciptakan oleh seorang Rizki. Tias pun tak perlu memikirkan kisah di masa lalu, sebab kini ia susah memiliki seorang pria yang mampu melengkapi segala kekurangannya.

"Kisah yang pernah kau buat itu memanglah bagus. Namun skenario dari Tuhan lah yang jauh lebih indah meski apa yang terjadi tak pernah terduga olehku sebelumnya."

~

Shena Autias Styles~


Assalamu'alaikum
Alhamdulillah setelah sekian lama menghilang akhirnya saya kembali :v maafkan ke gajean di epilog ini ya 😪 karena belakangan ini emang lagi males buat nulis.

Semoga suka dengan epilog MTMF, doakan revisinya berjalab dengan lancar, agar lebih banyak lagi yang baca MTMF akwkw aamiin.

(Razayn)

My Trip My Future ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang