Malam yang gelap ini seolah kalah dengan kegelapan hati dan perasaan gadis itu.Untuk kedua kalinya Ali membuat gadis itu merasakan sesak di dada dan mengeluarkan banyak butiran butiran bening dari pelipisnya.
Tias memasuki perkarangan rumahnya dengan langkah gontai. Tak ada semangat sedikit pun baginya untuk berbuat apapun. Bahkan jika bisa ia meminta, Tias ingin malam ini dirinya di buat tertidur pulas hingga dapat melupakan semua persoalannya.
Dengan tangan yang lemas Tias membuka handel pintu rumah dan mendorongnya kasar hingga membuat suara bantingan yang terdengar cukup kuat.
Sontak wanita dewasa dan seorang pria yang ada di ruang tamu di buat terkejut akan suara itu.
Penampilan dari gadis itu pun membuat kedua orang itu menjadi tambah terkejut.
"Sayang..." Panggil Bunda Tias menoleh ke arah putrinya.
Tak ada jawaban dari gadis itu, ia masih berdiri di ambang pintu dengan penampilan yang begitu menyeramkan karena make up yang ada di wajahnya luntur oleh deraian air mata.
Zaid sebagai seorang ayah merasa tak tega melihat putrinya begitu. Ia berjalan menghampiri Tias dan merangkul gadis itu. "Putri ayah kenapa?" tanyanya hati-hati.
Lagi lagi Tias tak mengeluarkan satu kalimat pun dari mulutnya, hanya deruan napasnya saja yang terdengar memburu.
"Oh kamu lagi mogok bicara?" tebak Zaid asal. Kemudian ia merogoh saku celana dan mengambil sebuah benda persegi panjang. "Nah ketik aja di sini kalau kamu lagi mogok bicara sama ayah."
Astrid Bunda Tias merasa sangat heran dengan tingkah suaminya yang tak bisa menyesuaikan keadaan. Ia tadi sengaja hanya diam di tempatnya karena Astrid ingin melihat bagaimana cara suaminya untuk menghadapi anak mereka itu. Namun ketika ia tau bahwa suaminya ini tak pernah serius jadi ia pun memutuskan untuk menangani Tias sendiri.
"Anak Bunda kenapa?" Astrid mengambil heels yang ada di tangan Tias.
Tias masih tak membuka suara, namun detik berikutnya ia memeluk erat tubuh sang Bunda dan menumpahkan semua air mata dan rasa perih yang kini mendera hatinya.
"Loh anak bunda kok jadi cengeng kaya gini? Tadi aja sebelum berangkat senyum senyum terus, eh ini kenapa jadi nangis nangisan gini? Udah dong, liat ini make up mahal bunda udah luntur semua di wajah kamu." Astrid menegakan kepala putrinya dengan kedua tangannya agar Tias dapat melihat ke arahnya.
"Bunda emang gk tau apa masalah kamu, tapi bunda yakin apa pun masalahnya anak bunda yang cantik ini pasti bisa ngelewatinya." Ucapnya memberi sedikit dorongan.
"Cuma satu pesan bunda, jangan terlalu cepat memutuskan sesuatu hanya dengan melihatnya saja, karena biasanya apa yang kita lihat tak sesuai dengan kenyataan, coba cari tau dan jangan lah langsung mengklaim orang itu berniat jahat ke pada mu, kasih kesempatan kepadanya untuk menjelaskan yang sebenarnya, setelah itu semua kembali kepada kamu lagi. Oke?" Ia menarik kembali tubuh putrinya dan memberikan ciuman hangat pada puncak kepala Tias.
Gadis itu hanya bisa mengangguk dengan sedikit energi yang tersisa.
"Yasudah sekarang bersihkan badan kamu dulu, nanti bunda masakan makanan kesukaan kamu deh." Ujar Astrid sambil menyapukan bekas air mata pada wajah putrinya.
Tias pun melangkah kakinya untuk menuju kamar dan segera membersihkan tubuh.
Bola mata Astrid mengikuti tubuh putrinya yang perlahan menjauh. Setelah ia tak melihat putrinya lagi bola matanya pun berputar ke arah sang suami yang masih berdiri santai tanpa dosa di ujung pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Trip My Future ✓ [REVISI]
Teen FictionBukan sebuah cerita cinta antara sang bad boy dengan nerd girl, ini adalah kisah seorang gadis yang kehilangan hidupnya sejak ia di tinggal oleh seseorang, sampai pada akhirnya gadis ini pun bertemu dengan pria yang dapat mengembalikan kehidupannya...