21. Di Rooftop

440 35 3
                                    


Sinar mentari perlahan hilang di gantikan gelapnya malam. Di balik sebuah kegelapan ada bulan dengan bintang yang menghiasi di langit indah itu.

Tias merasakan harinya ini begitu melelahkan. Sehingga dia membutuhkan makanan yang dapat mengisi kembali energi enrginya yang terkuras habis.

Gadis itu makan di temani dengan ponselnya. Bunda dan ayahnya kini tengah keluar kota untuk mengurusi projek projek baru pada bisnis mereka.

Suapan demi suapan perlahan masuk ke dalam mulutnya. Tak berselera namun ia tidak mau jatuh sakit, karena jarum suntik lebih menyeramkan di banding rasa nyeri yang mendera dadanya.

Huk..Huk...

Tias meletakkan sendok yang sedari tadi ia pegang. Gadis itu meminum air di hadapannya kemudian dengan cepat menyambar ponsel yang ada di atas meja makan.

Tertera nama Ali di layar hitam ponselnya. Pria itu menelpon Tias dengan telpon pribadi, karena ia sudah memblokir kontak WhatsApp Ali.

"Mau apa lagi dia." Gumam Tias.

Dia melanjutkan lagi makannya, tak mempedulikan ponselnya yang terus saja berbunyi.

Setelah selesai, ia langsung masuk kembali ke dalam tempat ternyamannya. Apa lagi kalau bukan kamar tidur.

Merebahkan tubuhnya sejenak, mengelah napas panjang hanya untuk sekedar membuang sedikit rasa penat di hatinya.

Tias bangkit dari tidurnya, langkah kakinya menuju ke kamar sang bunda. Membuka pintu dan mengintip sedikit ke dalam. Kemudian gadis itu lanjut untuk masuk ke dalam, ntah apa yang ingin ia lakukan di sana.

Tias memutari sekitar kamar sang bunda, mambuka lemari dan melihat lihat koleksi baju.

" Apa gk dingin bunda pake baju kaya gini?" Gumam Tias mengambil salah satu baju bundanya yang terlihat kurang bahan.

Gadis itu melanjutkan kegiatannya. Ia berpindah ke meja rias sang bunda. Memegangi satu persatu barang yang ada di sana.

" Maskara? Apa ini? untuk merahin bibir kali." Ucapnya asal.

Tias benar benar gadis polos, hingga umurnya kini ia tak pernah membeli satu pun peralatan makeup.

" Ini apaan sih? Kok banyak banget warnanya? Itu muka atau tembok, mau di cat warna warni." Tias bergidik aneh melihat semua alat makeup yang ada di depannya.

Tiba tiba dadanya kembali terasa sesak. Otak Tias kembali memutar kejadian di rumah Ali. Ia terus terngiang ngiang dengan semua perkataan dari Bella.

Butiran bening pun berhasil lolos kembali dari matanya. Ia mencoba menahan agar tak banyak lagi air yang keluar dari pelupuknya karena ia sudah lelah menangis terus sepanjang hari ini.

Dia tertunduk lemas di meja rias. Detik berikutnya gadis itu menatap senduh dirinya sendiri di depan kaca.

Tiba tiba tangannya mengambil salah satu makeup.

"Apa iya gue harus ngerubah penampilan gue untuk nunjukan ke orang orang kalau gue gk seperti apa yang mereka liat selama ini?" Ujar Tias kepada dirinya.

Pikirannya berubah, ia meletakan kembali makeup itu.
"Gk gk, lo harus jadi diri lo sendiri." Tegas Tias.

Dia kembali menundukan kepalanya yang mulai terasa berat. Tiba tiba rasa pusing mengampiri kepalanya. Gadis itu sangat berat untuk mengangkat kepalanya kembali. Dan pada akhirnya ia tertidur di meja rias sang bunda.

***
Deru napas terdengar kasar memburu. Tias telat berangkat ke sekolah, ia sampai di sekolah tepat pukul 07.20 telat 5 menit.

Setelah melakukan prosesi hukuman dari guru BK Tias langsung masuk ke dalam kelas.

My Trip My Future ✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang