Sore tenggelam berganti gelapnya malam. Tepat pukul 18.30 tubuh Ali sudah di bawa ke ruang operasi. Kondisi pria itu semakin menurun, jadi dokter memutuskan untuk mengoperasi Ali lebih cepat dari waktu yang telah di rencanakan.
Eko berjalan mondar-mandir di depan pintu ruangan operasi. Di wajahnya terlihat rasa khawatir yang begitu besar. Sesekali ia mengintip dari sela pintu yang sedikit terbuka.
"Pa doain aja, semoga operasinya lancar." Ucap Zidan yang jengah melihat papanya terus mondar-mandir.
Omongan pria itu tak di hiraukan oleh Eko, ia malah sibuk mengintip. Akhirnya Zidan bangkit dari duduknya. "Pa Zidan ke kantin sebentar."
Eko pun hanya mengangguk, kemudian kembali berjalan kesana kemari sambil meremas-remas jemarinya untuk mengurangi rasa cemasnya.
Zidan melangkahkan kakinya dengan tatapan kosong. Ntah apa yang sedang di pikirkan pria itu. Karena pikirannya yang melayang-layang ntah kemana akhirnya tubuh Zidan tak sengaja menabrak seseorang.
"Eh ma-maaf." Ucap pria itu, tangannya pun membantu mengambil barang-barang yang terjatuh.
"Zidan?"
Ternyata orang yang di tabrakannya itu adalah Sinta.
"Maaf ya, gue tadi lagi gk fokus."
Sinta hanya mengangguk, ia pun membersihkan bajunya yang sedikit basah karena terkena tumpahan minuman yang ia bawa tadi.
"Basa baju lo?"
"Yaiya lah basah, lo liat apa." Gerutu Sinta, kesal dengan pertanyaan yang tak seharusnya di tanyakan oleh pria itu.
"Ha? Apa?"
"Eh enggak, ini gak apa-apa kok, basah dikit doang."
"Oke." Balas Zidan singkat, kemudian ia melanjutkan lagi langkahnya.
Namun tiba-tiba tangan Sinta menahan Zidan. Pria itu pun sontak terkejut, dan berhenti berjalan. Zidan hanya menaikan satu alisnya.
"Gue mau bicara sama lo." Ujar Sinta serius, kemudian ia menarik tangan Zidan dan membawanya ke taman belakang rumah sakit.
Pria itu hanya mengikuti saja kemana gadis itu membawanya pergi.
Duduklah mereka berdua di sebuah bangku taman. Sinta tak kunjung membuka suara, keduanya sama-sama menutup mulutnya rapat.
Akhirnya Zidan yang merasa bosen memilih membuka suara terlebih dahulu.
"Mau bicara apa?"
Gadis itu terkejut, ternyata sedari tadi ia sedang memikirkan sesuatu. "Eh lo tau keadaan Tias sekarang?"
Zidan mengangkat kedua bahunya.
"Dia kemarin sempat koma selama dua hari. Dan kata dokter dia butuh beberapa kantung darah, namun stok darah yang ada di rumah sakit ini habis. Jadi kemarin Ali kecelakaan dan ketemu dengan bunda Tias, dia bilang golongan darahnya sama kaya golongan darah Tias. Dan akhirnya Ali yang donorkan darah buatnya." Sinta berhenti berbicara, sepertinya gadis itu kehabisan stok oksigen. Ia menelan salivanya dan menarik udara di sekitarnya.
"Terus?" balas Zidan.
Sinta kesal mendapatkan tanggapan yang tak mengenakan dari pria itu.
"Ish lo taukan kalau Ali itu orang yang dulu pernah nyakiti Tias. Dan lo biarin aja gitu Ali masuk ke dalam dunia Tias? Lo gk takut kalau dia bakal ngapa-ngapain Tias lagi?" Kali ini gadis itu menjelaskan dengan nada yang mulai meninggi.
Namun respon dari Zidan tetap biasa saja. "Jadi mau lo apa?"
Sinta berdiri, ia mengedarkan pandangannya ke tempat yang menurutnya enak di pandang. "Jauhkan Ali dari Tias, gue gk mau sahabat gue di sakiti lagi sama orang yang gk benar."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Trip My Future ✓ [REVISI]
Teen FictionBukan sebuah cerita cinta antara sang bad boy dengan nerd girl, ini adalah kisah seorang gadis yang kehilangan hidupnya sejak ia di tinggal oleh seseorang, sampai pada akhirnya gadis ini pun bertemu dengan pria yang dapat mengembalikan kehidupannya...