Kini Olvyia dan Ervan tengah mengantri untuk membeli seblak level tinggi. Ervan menantang Olvyia untuk makanan seblak level tertinggi itu, dan siapa yang meminum air duluan bakal kalah, dan yang kalah harus menuruti permintaan dari yang menang. Padahal, Ervan sendiri tidak yakin, apa dirinya menang?
Olvyia tengah menatap gerobak seblak itu dengan mata berbinar, lama dirinya tidak memakan seblak itu. Semenjak, sang kakak belum memasuki masa skripsi.
"Bang! 2 mangkok level tinggi ya, minumnya es teh 2," Ervan memesan pesanan seblak itu membuat beberapa pembeli dan pelayan itu menatapnya.
"Yakin dek?" tanya penjual itu tidak percaya. "Iya Bang yakin, masa tampang ganteng gini gak yakin sih Bang!"
Akhirnya seblak pesanan mereka sudah jadi, dan mereka memilih tempat untuk duduk memakan seblak itu.
Ervan melirik Olvyia tanya menggunakan lapisan itu, membuatnya kasian. Ervan langsung melepaskan jaket kulitnya dan memakaikan pada badan Olvyia.
"Pakai, nanti baju seragam lo kena," ucap Ervan membuat Olvyia mengangguk dan memakai jaket kulit milik Ervan itu.
"Lo gak pake?" tanya Olvyia membuat Ervan bergaya, "Gue biasa makan disini habis pulang, jadi baju putih gue gak bakal kena!"
Akhirnya mereka memulai tantangannya dan tidak lupa timer dari ponsel masing-masing.
Satu dua menit kini mereka lewati, sekarang waktu menunjukkan tiga menit, tetapi Ervan langsung mengangkat tangannya kalah, dan meminum es teh. Olvyia segera memberhentikan waktu itu dan tertawa remeh kepada Ervan.
"Ngolok ya lo?!" Ervan tidak terima diejek, "Gue gak ngolok, tapi gue heran aja gitu."
Olvyia meminum esnya itu, namun direbut oleh Ervan dan dihabiskan oleh Ervan.
"Bekas gue!" peringatan Olvyia tidak didengarkan, dirinya langsung menaruh gelas kosong itu dan memesan es teh buat Olvyia.
"Heran kenapa?" tanya Ervan membuat Olvyia terkekeh lagi, "Lo yang ajakin tantangan ini, tapi lo juga yang kalah. Payah!"
"Bukan gitu ya, gimana ya? Kemarin lusa gue kesini pesan yang level tinggi juga. Tapi pedasnya beda, apa lombok murah ya dipasar?" elak Ervan membela dirinya.
"Alah, sotoy lo. Gue yang terbiasa makan level 7 aja santai." Ervan tidak percaya dengan perkataan Olvyia itu. "Alah pasti lo bohong kan Lvy, ngaku?!"
"Tanya aja sama Bang Vavel, dia tau level berapa yang sering gue pesan,"
"Gak percaya gue sama perkataan lo itu,"
"Yaudah kalau lo gak percaya, nanti kalau ketemu tanya ya!"
"Insyaaalah kalau ingat. Oh iya, tumben gak di antar jemput Bang Vavel?"
"Bang Vavel ngurus skripsi, ya jadi sibuk," jawab Olvyia lalu mengambil ponselnya yang ada notifikasi masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl, I love You
Teen Fiction(TAHAP REVISI) Rasa suka ini tiba-tiba muncul dan milih kamu buat jadi pendamping hidup -Ervan. _________________________________________________ "Lo bersedia jadi jodoh gue di masa depan?" Ervan "Maksud lo, apaan sih?! Sok puitis deh," Olvyia "B...