Seorang gadis tengah menyisiri rambutnya dengan penyisir rambut yang ia miliki di depan cermin dengan senyuman manis yang ia keluarkan.
Setelah beberapa menit ia menyisiri rambutnya ia bergegas berlari keluar kamar karena mendengar suara mobil datang.
Gadis itu bernama Olvyia, ia terus saja berlari hingga menuju lantai bawah dan langsung memeluk dari belakang seseorang wanita paruh baya membuat wanita tersebut kaget dan berbalik arah, dan membalas pelukan putrinya tersebut.
"Olvy kangen sama bunda!" ucap nya di sela pelukan dengan senyuman yang masih mengembang, betapa kangen nya ia dengan Regina yang hampir seminggu tidak pulang kerumah.
"Bunda juga kangen sama Olvy!"Bisik Regina membuat ia menahan tangisannya.
Setelah selesai berpelukan mereka yang berada di dapur kini duduk di ruang keluarga, dan beberapa mereka yang baru saja datang langsung mengganti baju nya.
Kini Olvyia menunggu Regina--Bunda nya untuk segera duduk di sofa bersama Vavel,Diva,Ainun,dan juga Gantra yang asik bermain dengan Diva.
Kini suara kaki berbunyi membuat Olvyia menoleh siapa pemilik kaki dan terus saja tersenyum.
Regina duduk di samping Olvyia, sedangkan Vavel dan Ainun duduk bersebelahan di tambah Gantra dan juga Diva.
"Mama ngapain sih ke Bogor?" tanya Olvyia membuat mereka jadi kikuk,kecuali Diva dan Gantra yang merasa tak perduli.
"Ada urusan" Vavel seadanya lalu menganggu Gantra yang asik bermain.
"Gimana keadaan mas To-"
"Mas Sandi, om Sandi yang anak nya Fadil itu?" Vavel mengalihkan topik dan mencubit lengan Ainun membuat Ainun langsung paham, dan untung nya saja ia tak keceplosan.
"Dia baik-baik saja, bahkan saya tinggal di tempat nya" Regina tersenyum membuat Olvyia tersenyum "Fadil makin ganteng gak bun?, lama gak ketemu".
"Lumayan sih, tapi masih gantengan anak bunda" Regina terkekeh membuat Vavel kesenangan bukan main "Tuh, apa bunda bilang. Vavel lebih ganteng dari Fadil. Antara 12-50, Fadil itu 12, soalnya gak ganteng. Kalau abang mu ini, Ganteng di atas rata-rata" Bangga Vavel tersenyum dengan pede nya dan mendapatkan pukulan maut dari Ainun yang mendarat di punggung nya.
"Pede amat!, Asal kamu tau. Bunda kamu muji kamu karena bunda kamu kasian kalau dia anggap Fadil ganteng!, secara kan Fadil ganteng mirip Sandi. Kamu?, mirip odading mang oleh!!" Sindri Ainun membuat Vavel menatap Ainun kesal.
"Tante ih, gak senang apa! keponakan senang walau di puji ganteng" Vavel cemberut.
"Enggak! tante mau kamu nya menderita. Baru di puji juga terbang, gimana nanti kalau di gombalin sama cewek terus di tinggalkan, tante cuma bisa tertawa jahat. HAHAHA" Ainun dengan tawa jahat membuat kedua perempuan dengan keturunan yang sama tertawa.
"Makanya, jadi orang jangan sok kecakepan bang!" Olvyia di selat tertawa.
"Emang gue cakep, mata lo tuh katarak. Gak bisa liat apa ada cogan di hadapan lo" Vavel masih dengan bangga nya walaupun udah di ejek oleh Ainun.
"Iya kamu ganteng, tapi mirip bekantan,hahahaha" Ainun masih mengejek Vavel dan Olvyia juga Regina tertawa paling keras.
Vavel langsung beranjak dari sofa dan pergi ke kamar nya, sebelum itu ia berbalik arah menatap Ainun dan memberi isyarat dengan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah hingga membentuk 2 dan menaruh di hadapan mata nya dan juga di hadapan mata Ainun, lalu ia mengepalkan jari tengah nya dan tersisa jari telunjuk lalu di gerakkan di leher, hingga terlihat seperti pisau yang hendak memotong leher. Tapi, itu hanya candaan. Setelah itu Vavel masuk kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl, I love You
Teen Fiction(TAHAP REVISI) Rasa suka ini tiba-tiba muncul dan milih kamu buat jadi pendamping hidup -Ervan. _________________________________________________ "Lo bersedia jadi jodoh gue di masa depan?" Ervan "Maksud lo, apaan sih?! Sok puitis deh," Olvyia "B...