Chapter 17 | Rumah Sakit

680 36 2
                                    

Suara tangisan dari lorong rumah sakit, membuat beberapa orang menenangkan agar tidak menangis lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara tangisan dari lorong rumah sakit, membuat beberapa orang menenangkan agar tidak menangis lagi.

Olvyia menangis dengan bahu bersender di sini rumah sakit, Olvyia tidak mau kehilangan cinta pertamanya.

Toni sang ayah, berada di ruang Operasi sejak 10 menit yang lalu. Olvyia tidak bisa menahan air matanya yang keluar begitu saja. Baginya, ayah merupakan segalanya. Olvyia mengingat masa lalu, yang tersenyum senang saat di belikan mainan oleh sang ayah.

Tidak hanya mainan, ayahnya selalu membela dirinya saat masa SD Olvyia menjadi bahan bullyan kakak kelasnya. Selalu mengajak Olvyia ke pasar Ramadhan, saat Olvyia puasa, walaupun Olvyia hanya puasa setengah hari, dan masih banyak lagi kenangan indah bersama ayahnya.

Diva, anak perempuan itu tengah berdiri di depan pintu ruang IGD dengan mata memerah, melirik ke dalam ruangan melalui kaca. Tetapi, kaca itu tertutup dengan gorden.

Lalita, ibunda Olvyia menangi histeris di depan pintu ruang IGD, dan di tenangi oleh Leo dan juga adik nya Lalita, Kemal beserta adik iparnya, Vina.

"Udah ya Lvy, jangan nangis terus, Kasian sama diri lo sendiri, kalau lo begini!" Shinta mengelus rambut Olvyia dengan lembut membuat Olvyia meneruskan tangisannya.

"Olvy, jangan nangis dong. Nanti kalau Om Toni tambah sakit gimana?" dengan tingkat kepolosan Savira, membuat tangisan Olvyia semakin menjadi-jadi.

Shinta dengan tangan polosnya memukul kepala Savira dengan botol minum, membuat Savira kesakitan.

"Gak gitu juga tolol! Gue cungkil bola mata lo gak lama,"

Shinta menatap Savira sinis, membuat Savira menahan tangis. "Gak usah nangis anjir, gak luka juga otak lo!"

Shinta langsung menarik tangan Olvyia, untuk berdiri namun Olvyia menolak.

"Ayo, kita ke kantin. Lo belum makan dari pagi!" paksaan Shinta membuat Olvyia hanya mengikuti kemauan Shinta. Shinta mengajak Diva juga untuk menenangkan mood mereka.

"Lo mau makan apa aja, terserah. Gue bayarin!" seru Shinta membuat Diva kembali bersemangat.

"Diva mau jajan boleh kan kak?" tanya Diva menunjuk toko menjual cemilan.

Shinta tersenyum senang, lalu berjongkok mensejajarkan badannya dengan Diva. "Boleh dong, apa si yang enggak buat Diva,"
Senyuman Diva kembali, membuat Shinta tersenyum lalu membisikkan sesuatu kepada Diva, "Jangan yang lain ga Div, hari ini Diva harus pesan makanan aja ya?"

Good Girl, I love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang