Namanya cukup bagus, Luiz. Pintar dan tampan, itulah yang selalu di katalan oleh orang tuanya. Luiz mengalami masa di mana ia harus menuangkan masa remajanya hanya di dalam rumah. Bosan? Sudah pasti akan bosan.Tapi Luiz menjalaninya dengan senyum yang selalu terpancar di wajahnya. Meski memiliki kekurangan, Luiz bukanlah anak laki-laki manja yang selalu di temani dalam berbagai kegiatannya. Luiz hanya perlu di awasi, meski dia tidak sperti anak-anak lain di luar sana.
Meski dia harus ditertawakan ketika ia berjalan keluar rumah atau ikut dengan Bundanya ke mini market terdekat. Meski dia harus terus merasa hidupnya tidak berguna dan meski dirinya di katagori kan sebagai anak idiot di kalangannya.
Luiz tidak sempurna di mata orang banyak, dia aneh, dia menyeramkan, dia yang selalu di pandang sebelah mata. Fahira mungkin menyesal dengan kehadiran adik bungsunya, di mana ketika anak-anak seusianya sedang menikmati masa remaja, tapi dia di beri tanggung jawab oleh kedua orang tuanya untuk menjaga Luiz.
Sampai dia berpikir yang seharusnya tidak ia lakukan, tapi...hawa napsunya jauh lebih membabi buta untuk membuat semuanya menjadi lebih lancar.
. . .
"Ha-ll-o," sapa anak itu, dia berdiri tepat di sebelah Kakaknya. Dia menatap gadis itu dengan bingung, sapanya tidak di hiraukan sama sekali.
"Fahira. Itu adek kamu nyapa, disahutin dong." teguran yang hampir setiap detik mengumandangkan namanya. Gadis itu menatap jengah ke sebelahnya, lalu menjawab ketus sapaan adiknya.
"Um!" Hanya itu, tapi, anak laki-laki itu tidak bisa diam, hidupnya sudah cukup membuat dirinya merasa sakit.
"Ka-ka, ma-in, yuk." katanya.
Tetap tidak ditanggapi. Anak yang selalu membuat hidup gadis itu tidak pernah damai.Ucapannya yang selalu lama dan terbata, membuat Fahira kesal dan muak. Tapi, Luiz tidak pernah tahu seberapa benci kakaknya akan kehadiran dirinya.
"Sana-sana, ganggu aja." usianya.
Luiz menunduk, anak itu terus memainkan jari-jarinya, sedih?
Luiz hanya bisa merasakan sedih dan senang saja. Dia tidak akan pernah tahu apa itu rasa benci dan kesal, karena kesabaran kedua orang tuanya, Luiz menjadi anak yang selalu ceria.
"Fahira! Jangan kasar sama adik kamu!" bentakan itu mengejutkan si pemilik nama, kali ini ayahnya yang berbicara.
"Ayah bentak aku? Ayah, benar-benar bentak aku, lagi? huh!" katanya, gadis itu mendengus sebal, lalu menatap ayahnya yang masih duduk di tempatnya.
"Kamu itu seorang Kakak, harusnya kamu sayang sama adik kamu sendiri." ucap ayahnya. Antonio Fernando.
"Apa ? Apa aku nggak salah denger nih? Adik? Adik dari mana ? Adik pungut gitu?" ucap tajam Fahira berhasil membuat ayahnya geram. Pria itu berdiri menatap lekat mata putrinya.
"Ayah sama sekali nggak pernah ajarin kamu berbicara kasar. Fahira!" balas Fernando, Sang Ayah pun melenggang pergi meninggalkan meja makan, usai mengatakan hal itu.
Merriatama, Sang Ibu hanya diam, tak tahu harus menanggapi siapa, dia berdiri mendekati putranya, lalu mengusap wajah putranya dengan sayang dan membawa putranya masuk ke dalam kamar.
"Terus aja manjain anak sialan itu! Ayah sama Bunda nggak pernah peduli sama aku! Kalian egois! Egois!" teriak Fahira, gadis yang masih berada di tempatnya.
Dia mengusap wajahnya kasar, air matanya jatuh tak bisa ia tahan lagi.
"Dasar idiot, lo selalu jadi penghalan kebahagiaan gue!"Makian akan kehadiran adiknya, adalah suatu tanda rasa penyesalannya ketika ia tahu kalau, adiknya lah yang telah menyelamatkan hidupnya dan menyelamatkan masa depannya.
Prolognya sampai sini dulu, kuy ikutin terusnya, cerita ini slow update. Jadi sabar-sabarin aja ya muehehe 😁
Komentar dan vote jangan lupa terima kasih selamat menikmati. 😋😘😘
Republish, September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]
General FictionJika penyesalan datang hanya di akhir, lalu untuk apa menyempurnakan maaf, jika terus di hantui dengan rasa bersalah. ~Fahira Aveza Fernando~ Dunia baru untuk Veza, dan dunia yang rumit untuk seorang Luiz Fernando, dengan keterbatasannya, dia menjad...