22. Life

243 26 5
                                    

Zigaz-Hidupmu hidupku. Menemani chapter ini. Siapin tisu kalo perlu. 😁 selamat membaca
________

Hantu dalam diri akan terasa gelap bukan? Jika itu memang benar, tolong tuntun dalam sebuah cahaya terang. Kira-kira itulah yang sedang Luiz dan Eros rasakan. Keduanya sama-sama sedang merasa menjadi sosok hitam dalam sebuah diri seseorang.

Luiz dengan masalahnya begitu juga dengan Eros, putra sulung dari pasangan Meri dan Fernan itu di rundung sebuah masalah besar di hidupnya. Pria itu mengalami sebuah kecelakaan saat ia akan menyebrang jalanan yang ada di kota Munich German. Salah satu kota yang ada di sana. Entah bagaimana nasibnya, pria itu dilarikan ke rumah sakit yang ada negara tersebut. Beruntungnya Eros, ia tidak sendiri berada di sana, ia memiliki seorang sahabat senegaranya di sana. Hanya dia yang menemani Eros.

"Er, lo harus bertahan, gue harus cerita apa ke Ayah sama Bunda lo, nanti?" gumam Avan. Eros masih tidak ingin membuka matanya. Sedangkan Luiz yang ada di sana, anak itu merenungkan setiap kata yang Fahira ucapkan. Kata-katanya tetap tidak terhapus dari memorinya, meski hanya sesaat.

"Kak Mei? Udah seminggu lho, ngga ada niat mau pulang gitu?" tanya Key. Meri menoleh, ia menatap Kezy sendu.

"Aku ingin pulang Key, tapi lihatlah putraku, dia masih tetap seperti itu, seolah ada yang mengganggu di pikirannya, setiap akan tidur mata panda itu menatap langit hitam diluar sana. Bagaimana bisa aku memaksanya lagi?" ucapnya. Lalu ia memilih pergi meninggalkan Kezy yang masih berdiri menatap sosok remaja yang senantiasa duduk di dekat jendela kamarnya.

"Aku sendiri juga bingung, kalau sudah begitu." gumamnya.

"Kak Eros, aku mau ke sana, ketemu kakak. Apa aku bisa ketemu? Aku sendirian kak." batinnya. Anak itu diam, jari-jari lentiknya menari di atas lantai dingin, sama seperti saat ia duduk bersama dengan Eros waktu itu.

"A-ku, bi-sa." gumamnya. Lalu ia berdiri dan berjalan mendekati cermin yang ada di kamarnya. Ia menatap pantulan dirinya di sana.

"Ini kah wajahku? Rasanya begitu gelap sekali hidupku, aku ingin seperti mereka. Hidupku rasanya biasa saja." batin itu kembali besuara, matanya menunduk sendu.

"Lu-iz, na-kal, Lu-iz, na-kal!" katanya berulang kali, anak itu memukul-mukul meja rias yang ada di depannya dengan keras.

"Lu-iz, na-kal, Lu-iz, na-kal." ulangnya sampai tangannya terluka pun ia tak peduli. Anak itu menatap dirinya kembali di cermin, dia memberantakan semua yang ada di sana.

Kezy masih diam, dia tak tega melihat keponakannya, tapi ia juga tidak mau mengambil resoko lebjh banyak, karena kejadian minggu lalu saat ia menjemputnya.

"Lui, apa Om boleh masuk?" tanya Kezy, yang mengetuk pintu kamar keponakannya. Tidak, Luiz tidak mudah untuk di bujuk. Anak itu membanting tubuhnya begitu saja di atas kasur. Dia menangis dibalik bantal, yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya.

Kezy duduk disudut yang lain, ia mengambil tangan keponakannya yang terluka, ia mengusap telapak tangan itu dengan hati-hati.

Lu-iz, se-di-h." katanya sangat pelan.

Kezy mengusap lengan kurus itu, lalu ia menarik perlahan bantal yang Luiz pakai, untuk menutupi wajahnya.

"Luiz? Ada Kak Lintang, mau ketemu ngga?" bujuk Key.

"Ka-k, Li-n?" tanyanya. Lalu anak itu menatap Key, yang tersenyum padanya.

"Iya, kak Lin, mau ketemu ngga ?" tanya Key lagi, mata sendu Luiz mengerjap beberapa kali, lalu anak itu mengulurkan tangannya yang terluka, memberi tahu, kalau ia terluka.

MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang