23. Own

231 26 8
                                    

Apa yang ada di kepala mu jika mendengar  satu kata 'kecelakaan?' Apakah ada rasa  perihatin, ataukah rasa iba?  Jawaban ada pada dirimu sendiri. Kali ini adalah kali ke aekian Eros tidak mau membuka matanya, di pikiran Avan, sahabatnya hanya satu, separah apa Eros mengalami kecelekaan itu?

Pria malang itu masih enggan untuk membuka jendela dunianya, jendela yang amat sangat indah bila di pandang oleh semua orang. Tidak-kah itu baik, jika ia mau menggerakan sedikit jemari lentiknya?

"Eros Fernando, Bro bangun dong, gimana kalau Ayah lo tahu, apalagi adik kecil lo itu juga tahu, gue harus jawab apa nanti?" bisik Avan, pria berkulit putih itu terus mngepalkan tangannya di ataa paha, gemas dan juga sedih, dia benar-benar bingung sekarang. Sahabatnya masih belum sadarkan diri.

Sudah hampir 3 minggu setelah kecelakaan itu berlangsung, Ayah dan Bundanya terus mengabarinya, tapi Avan takut, takut kalau ia menceritakan semuanya akan sampai pada adik kecil Eros, adik yang selalu Eros banggakan, bahkan Avan juga tahu kalau Luiz adalah satu-satunya adik yang memiliki keterbatasan, tapi juga memiliki kemampuan yang luar biasa.

"Er, lo bangun, 3 minggu belakangan, ayah lo telp, gue mau jawab juga ragu nih, Er, pelis ku mohon." ucap Avan lirih, pria itu menunduk,  merasa lelah dengan keadaan yang menimpa Eros.

Entah mukjizat dari mana, jemari milik Eros berggerak, kelopak matanya mulai membuka jendela indah itu, sorot matanya menatap langit-langit berwarna putih,  mengerjap perlahan.

"Ah," gumamnya, pria itu memijat pelipisnya terasa pusing, ia menoleh ke sebelahnya, melihat sahabatnya yang masih menunduk.

"Van?" panggil Eros lirih.

"Engga Er, lo harus bangun dulu, biar gue ngga halusinasi, gue capek Er ngereject telepon orang tua lo," kata Avan. Eros ingin sekali menjitak kepala sahabatnya, tapi ia urungkan.

"Van? Haus kali," katanya lagi.

"Er, jangan gini deh, gue tahu gue pengin banget lo sadar, tapi gausah buat gue ngehalu di siang bolong." gerutunya lagi. Eros terkekeh pelan.

"Van, tolong dong," kata Eros, untuk terakhir kalinya, karena kesal Avan mendongak melihat sosok yang masih juga terpejam itu.

"Dih, ya kali gue beneran halu, ah Avan!" gumam Avan, terdengar tawa yang cukup renyah diatas brankar putih itu. Pria yang sejak 3 minggu lalu tertidur tanpa permisi, dan sekarang ia nekat untuk duduk dalam keadaannya yang lemas.

"Sial! Gue kira lo bakal mati, gue udah mikir gue bakalan ngehalu di siang bolong," gerutu Avan, Eros terkekeh. Pria itu menatap punggung tangannya yang masih tertempel oleh selang infus.

"Berapa lama gue tidur?" tanya Eros.

Avan pun mengangkat ketiga jarinya,  di depan Eros.

"3 hari ?" jawab Eros asal, gelengan kepala Avan menandakan sebuah jaaaban yang salah.

"3 minggu, lo tidur selama 3 minggu, lo ngepain aja Er, di mimpi lo juga gak bakal nemu cewek, juga,kan?" celetuk Avan gemas.

"Oh 3 minggu," seru Eros dengan santai, beberapa menit kemudian, matamya membulat, ia menatap Avan sambil menjulurkan tangan, lalu Avan menepuknya, sambil mengangguk.

"Apaan?" tanya Avan.

"Ih bodoh, hp gue, mana?" pinta Eros, dengan segera Avan memberikannya, jemari-jemari itu mulai menekan layar ponselnya, ia terkejut melihat beberapa pesan masuk dan panggilan tak terjawab. Dengan cepat ia menggeser  layar yang berwarna hijau di ponselnya. Sambungan itu tak lama mulai terdengar.

"Hallo, Bun?" sapa Eros, ia tak peduli dengan sakitnya, terdengat helaan napas lega dari sebrang sana.  Eros hanya membuang napasnya pelan.

"Eros, kamu kemana aja? Bunda khawatir,"  ucapan khaaatir dari sosok yang telah melahirkan Eros.

MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang