Potret yang menggemaskan, ketika Lintang, berkunjung ke rumah kediaman Fernando. Terlihat di sana, senyum cerah Luiz begitu berbeda. Dia terlihat sangat senang, tidak menampak-kan, sebuah raut sedih. Tapi, malam yang dingin telah menjadi sebuah bencanda hati, luka yang telah merobek habis sebuah kepercayaan.
"Bunda ngga mau Luiz terluka, Bunda akan melakukan apapun supaya Luiz senang, jangan sedih, Bunda ngga bisa lihat air mata itu." ucap Meri, lirih.
Anak itu diam, dia tidak berbicara apapun, tapi air matanya terus mengalir, sudut matanya terlihat basah, di usap lembut oleh Meri berkali-kali.
"Luiz, jangan nangis,Nak, Bunda ngga ngerti kalau kamu begini, Bunda bingung, bicaralah." pinta Mri, putranya tetap diam. Ranbut lebat hitamnya terus diusap, tapi air matanya tak hentinya terus mengalir.
Sementara di luar sana, Fernan duduk merenung memikirkan kesalahannya yang hanya salah ucap pikirnya.
"Ya Tuhan, apa yang aku perbuat sudah melukai banyak orang?" gumam Fernan.
"Antonio? Di mana Meri?" panggil srorang wanita paru baya. Wanita itu berdiri tepat di depan putranya.
"Mi? Meri didalam, Mami sama siapa ke sini?" sahut Fernan, pria itu langsung bangun lalu memeluk Maminya. Wanita yang telah melahirkan dirinya dan saudaranya Alfariel, yang tak lain adalah adik kandungnya.
"Mami sama Ariel, dia di parkiran, sebentar lagi juga kesini, kamu kenapa di luar?" kata Kania, sang ibu.
"Ariel?" ulang Fernan.
"Iya adik kamu, Alfariel Gafry Fernando, ya ampun, sedepresi itu kah kamu, sampai kamu lupa sama adik kamu sendiri." kata Kania.
"Maaf Mi, Fernan benar-benar lupa. Meri, ngga mau ketemu sama Fernan," ucap Fernan pelan.
"Kamu bicara apa sama dia?" tanya Kania.
"Entahlah, aku benar-benar bersalah padanya." ucapannya semakin lirih wajah tampan itu menunduk.
"Mas Anton? Di mana Baby L?" pertanyaan Ariel atau Gafry itu, membuat Fernan dan Kania tersentak.
Kode yang diberikan Kania, membuat Ariel mengerti kalau dia harus masuk lebih dulu, Ariel yang mengerti maksud Maminya dia pun mengetuk pintu kamar berwarna putih itu, lalu ia melangkahkan kakinya. Di sana Ariel menemukan sosok yang terbaring diam dalam mata terbukanya, dan sosok wanita cantik yang duduk di sebelah brankarnya sambil menggenggam jemari lentik milik putranya.
"Kak Mer?" panggilan Ariel mengalihkan fokusnya dan menoleh kebelakang.
"Riel? Kamu sama siapa?" tanya Meri. Ariel melangkah mendekat, ia menyalimi punggung tangan kakak iparnya. Lalu mengusap lengan keponakannya dengan sayang.
"Sama Mami, tapi lagi sama Mas Anton." Jawab Ariel. Meri mengangguk, lalu ia kembali menatap Luiz.
"Luiz gimana, kak?" tanya Ariel. Meri menunduk. Menghindari tatapan mata Ariel yang tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]
General FictionJika penyesalan datang hanya di akhir, lalu untuk apa menyempurnakan maaf, jika terus di hantui dengan rasa bersalah. ~Fahira Aveza Fernando~ Dunia baru untuk Veza, dan dunia yang rumit untuk seorang Luiz Fernando, dengan keterbatasannya, dia menjad...