Part ini dipersembahkan oleh Return Instrument. Jangan lupa bacanya musti pelan-pelan, harap bersabar bila menemukan typo bertebaran ... Jaga mata karena part ini cukup panjang, kalo perlu siapin tisu juga 😁
Nah ini sebagai pengisinya terima masih 😁
Selamat menikmati 😘
.
.
.Hari semakin siang, waktu telah menunjukan pukul 2 dini hari, tapi Luiz belum juga ketemu. Isak Fahira pecah saat itu juga, gadis itu menangis dalam pelukan Eros.
Mereka memilih beristirahat sejenak, karena lelah mencari adiknya yang entah pergi kemana. Eros belum bisa menghubungi polisi karena waktu hilang belum 2x24 jam. Pria itu mengeratkan pelukannya pada Fahira, entah dosa apa yang ia perbuat selama ini, sampai mengurus adiknya sja tidak berguna. Gerutu sesal itu menggebu dalam benak Eros.
"Kak, Luiz belum ketemu, ayo kita cari lagi." di sela isaknya Fahira terus menerus menyuarakan nama Luiz.
"Jangan panik, Kak Eros akan berusaha mencarinya lagi. Kamu tunggu di sini, jangan ke mana-mana, kalau ada apa-apa kabarin Kak Eros." Ucap Eros, pria itu melepaskan pelukannya, lalu mengusap lembut air mata adik perempuannya.
"Jangan pergi, Kak." tahannya, gadis itu memegang tangan Eros begitu erat. Eros membuang napasnya lelah,lalu ia mengusap sebelah pipi adiknya dengan sayang.
"Kak Eros janji akan mendapatkan Luiz, kamu tunggu di sini, kalau sudah mulai gelap, pulang lah duluan, tunggu kami di rumah, jangan beritahu apapun dulu pada Ayah atau Lintang, Kak Eros tidak ingin membuat kekacauan lagi nanti." jelas Eros, Fahira pun kembali memeluk Eros dengan erat, sebelum akhirnya Eros pergi untuk mencari Luiz kembali.
"Pulang dengan Luiz, Kakak janji itu sama aku." gumamnya. Eros mengangguk, dan pria itu pun pergi.
"Maafkan jika aku selalu berbuat kasar padamu Luiz, sampai kamu mengilang dan lepas dari pandanganku." batin Fahira, gadis itu berbalik dan betapa terkejutnya ia melihat Lintang yang berdiri tak jauh darinya. Tatapannya dingin, bibirnya bungkam, renaja itu berdiri masih dengan seragam abu-abunya. Langkah kakinya mengajak Lintang untuk mendekat pada Fahira, gadis itu hanya diam di tempatnya. Dia menunduk seolah tahu diamnya Lintang adalah pertanyaan besar dan jawaban sulit untuknya.
"Napasmu bahkan tak setulus hati yang berkata di malam hari." begitu katanya. Fahira langsung mengangkat kepalanya mendengar penuturan dingin dari mulut Lintang.
"Matamu tak bisa melihat kedalam relung hatinya, egomu melumat habis harapannya." katanya lagi. Begitu menusuk untuk Fahira dengar, karena Lintang benar-benar berkata begitu dingin padanya. Matanya tak berkedip, tajam seperti ingin menikam.
"Jarimu tak layak untuk menyentuhnya, dia lembut, bagai kapas putih yang sudah kau nodai harapannya dengan segores tinta hitam. Benci baginya adalah kelemahannya, tidak-kah kamu berpikir itu?" katanya lagi.
"Apa maksud kamu Lintang, kamu sadar tdak, apa yang baru kamu katakan tadi, menyakiti hatiku, kamu tidak tahu seberapa khawatirnya aku, dia menghilang, di keramaian orang seperti ini, kamu masih bisa berbicara begitu padaku? Apa mau kamu Lintang?" ucap Fahira panjang.
Lintang hanya menyunggingkan senyumnya, remaja itu meremat talu ranselnya yang tersampir disebelah bahunya.
"Harusnya kamu bertanya pada dirimu sendiri, dosa apa yang telah kamu lakukan sampai adikmu sendiri enggan untuk melihat bahkan malas untuk kamu sentuh." ucapannya santai namun menyakitkan. Begitulah Lintang, ada kalanya ia berbicara serius ada kalanya ia bermain-main dengan masalah. Lintang tak tinggal diam, sebelum ia berangkat sekolah, Lintang tak sengaja mendengar perbincangan Eros dan Luiz saat mereka di kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]
General FictionJika penyesalan datang hanya di akhir, lalu untuk apa menyempurnakan maaf, jika terus di hantui dengan rasa bersalah. ~Fahira Aveza Fernando~ Dunia baru untuk Veza, dan dunia yang rumit untuk seorang Luiz Fernando, dengan keterbatasannya, dia menjad...