39. Dislike My Life

183 22 5
                                    

Amarahnya meluap, kamarnya berantakan sama seperti saat mendengar kabar Bundanya meninggal. Kamarnya selalu tertutup. Beberapa hari berlalu begitu cepat, Lintang juga hanya melewati kamarnya, berhenti sebentar lalu pergi, seperti itu terus.

Kini kelelahan itu mulai terasa dibenak Lintang, dia tak tega, sepulang sekolah Lintang mencoba mampir dan mengobrol sebentar dengan Luiz, anak itu berniat untuk pergi beberapa waktu untuk menemui Mominya di Surabaya.

Dia membuka pintu kamar yang memang tak pernah di kunci, hanya tertutup rapat.

"Lui?" panggil Lin, setelah ia membuka pintu itu, dan melangkah masuk perlahan.

"Lui, apa kamu di dalam? Gelap sekali kamarmu?" katanya lagi. Masih tidak ada sahutan di sana. Lintang terus berjalan menoleh ke sisi kanan dan kirinya, matanya menjelajah ke seluruh ruangan, tapi tak nampak keberadaan Luiz di sana.

"Ke mana dia? Apa yang terjadi selama beberapa hari ini?" batin Lintang. Dia menekan tombol saklar yang ada di dekat meja belajar Luiz.

"Ya ampun,  ke mana dia ? Lui? Kamu di mana ?" nada cemas Lintang mulai terdengar, dia mencarinya. Dia melihat kebawah tempat tidur tapi tak ketemu, dia pun keluar guna mencarinya, tapi ia lupa kalau kamar mandi di dalam kamar Luiz tertutup.

"Kenapa sih Lin? Dari tadi manggil Luiz terus." tegur Eros.

Lintang tak menjawab, dia kembali ke dalam kamar Luiz, langsung menuju ke kamar mandi. Benar pintunya tertutup. Dia menggedornya berulang kali, tak ada sahutan dari dalam.

"Lin kenapa ?" tanya Eros ketika ia sudah berada di sebelah Lintang, Eros mengikuti Lintang yang berlari cemas  masuk ke dalam kamar adiknya.

Lintang lagi-lagi tak menjawab pertanyaan Eros.
Anak itu terus menggedornya.  Eros yang sedari tadi di abaikannya mulai geram, dia membentak Lintang  lalu membalik tubuhnya dengan paksa.

"Jawab Kakak Lin, kenapa kamu menghindar terus dari kakak. Apa yang sudah kakak lakukan sampai kamu menghindar begini?" kata Eros.

Lintang yang marah sekaligus kesal, dia pun menepis  kedua tangan Eros dari bahunya. Dia  menatap lekat  pada Eros.

"Kakak harusnya tanya sama diri kakak sendiri, apa yang salah sama Kak Eros! Minggir, Lin cuma butuh Lui, bukan Kak Eros atau Kak Fah. Karena-"

Belum sempat Lintang melanjutkan perkataannya. Fahira muncul, gadis itu berjalan cepat menghampiri kedua lelaki yang terus berdebat.

"Kenapa sih? Ada apa ini, Kak, Lin?" tanya Fahira.

"Diam! Aku sedang tidak bicara denganmu." ketus Lintang, ia mengangkat jari telunjuknya depan wajah Fahira. Dengan terkejut Fahira  diam, begitu juga Eros.

"Kamu kenapa sih Lin? Marah sama Fahira, terus sama aku, kenapa?" tanya Eros.

"Diam!" teriak Lintang, sambi menendang pintu kamar mandi didepannya begitu kuat. Dia pun langsung masuk,  mulutnya dibungkam   ketika melihat Luiz sudah tergeletak diatas lantai yang begitu dingin. Air yang mengalir terus-menerus.

"Lui!" pekiknya, dia menghampirinya, menepuk kedua pipi Luiz pelan.

"Punya hati, kan? Bantu dong! Astaga. Kakak macam apa kalian ini." ucap Lintang kesal, Eros pun mengangkat tubuh ringan Luiz keluar dari kamar mandi, di baringkannya tubuh itu diatas tempat tidurnya.

"Handuknya Kak." kata Fahira, sambil memberikan sehelai handuk berwarna putih yang ia ambil di dalam lemari.

"Kalian keluarlah, aku akan mengurusnya." titah Luiz. Lintang dan Fahira pun menurut, mereka pun keluar.

MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang