Berapa hari? Berapa minggu? Berapa bulan? Sampai kapan ia menunggu untuk membuka matamya ? Sedangkan Fahira sudah mulai melewati masa kritisnya. Gadis itu sudah melewati masa di mana ia nyaris kehilangan nyawanya. Lalu, bagaimana dengan Luiz? Bagaimana dengan kondisi anak itu? Bukan,kah dia tidak memiliki luka dalan seperti Fahira? Tapi kenapa dia belum juga siuman?
Hari ini adalah hari ke 124, kurang lebih sekitar 4 bulan setelah kejadian itu. Selama itu juga Luiz masih setia dengan mata tertutupnya. Fernando Sang Ayah juga sudah terbebas, karena Eros tidak ingin melihat Ayahnya menyesali perbuatannya terlalu banyak lagi. Dia meminta Niko untuk mencabut tuntutannya, karena Eros tahu, kalau Ayahnya memiliki alasan. Karena ia tidak benar-benar melihat sorot kebencian di mata Sang Ayah.
Kesal, benci, dan kwcewa. Semua itu sudah bercampur aduk, tapi kini, semua itu dikesampingkannya, demi kesembuhan Luiz dan Fahira Eros berusaha sebisanya.
"Makan dulu." ucapan itu membuyarkan apa yang Eros pikirkan. Ia menatap sosok yang di sebelahnya, senyum lembut dalam sorot yang begitu paham tentanf kondisinya saat itu.
"Janji ya tinggal janji, kamu sudah melunasinya, kini kamu harus membuat dirimu jaub lebih baik lagi, Fahira sudah siuman, bukan?" katanya. Eros mengangguk, pria itu menunduk.
"Aku hanya ingin bersandar pada bahu yang mau menerima air mataku, bukan bahu yang tegak tapi menepis air mataku." ucapan Eros terhenti, dengan cepat gadis itu memabawa kepala Eros bersandar pada bahunya, membiarkannya menangis. Dia menepuk pelan pipi Eros tanpa pamrih.
"Menangis memang tidak dapat menyelesaikan masalah, setidaknya dengan menangis sudah mengurangi sesak di dada yang tertahan selama berbulan-bulan." ucap gadis itu.
"Ada atau tidak adanya bahu, air mata akan tetap turun dengan sendirinya, meski pria yang melakukannya. Karena, hati manusia itu tidak ada yang tahu kapan ia juga akan runtuh dan berusaha kuat. Tetaplah menjadi Eros yang gagah. Seorabv pelukis terkenal dan seorang kakak yang cinta pada adik-adiknya juga keluarganya. " lanjutnya.
"Jika semua makhlum tahu dia melakukan kesalahan, maka semua buih di dunia sudah penuh." ucapan itu terlontar dari bibir Lintang, remaja yang baru saja datang bersama dengan Sang Ibu.
"Lin?" panggil Eros, pria itu tersentak ketika melihat Lintang berdiri di dekatnya, ia pun langsung membenarkan tubuhnya.
"Tante Delin?" tambahnya.
"Kenapa ? Kaget ketemu Lin yang tampan dan menggemaskan bak pangeran ini?" katanya percaya diri.
"Dengeeinya putri Mememi, kamu itu ngga ganteng, apalagi menggemaskan. Kamu itu nyebelin." sahut Eros.
"Mom, tuh denger kan, masa Lin di kataib Memei, so pasti ajaran sesat tuh, ish dasar udah tua tuh sadar apa Kak." celoteh Linng.
"Shut, kamu ah, kalau ketemu kerjaannya berantem terus, kaya jeri dan sparky." lerai Deliana.
"Tom Mom, bukan Sparky. Astaga. Itu mah dogynya Koko Munaf yang di pinggir jalan itu." balas Lintang. gelak tawa Eros membuat Lintang menoleh, ia pun ikut tersenyum.
"Tante, Lin emang cocok jadi Sparky, memang menyebalkan." katanya di sela tawanya. Ada rasa teduh ketika Eroa kembali tertawa, tapi tawa itu hanya sesaat, setelah itu wajahnya kembali menegang, melihat Dokter kila yang baru saja keluar dari ruangan Fahira.
"Gimana keadaan Fahira Dok?" tanya Fernando, dia juga sudah beberapa hari belakangan terus ada di rumah sakit.
"Anda bisa menjenguknya. Hanya satu orang saja yang diperbolehkan masuk." ujar Kila. Fernan mengangguk, lalu masuk ke dalam ruangan srrba steril itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]
General FictionJika penyesalan datang hanya di akhir, lalu untuk apa menyempurnakan maaf, jika terus di hantui dengan rasa bersalah. ~Fahira Aveza Fernando~ Dunia baru untuk Veza, dan dunia yang rumit untuk seorang Luiz Fernando, dengan keterbatasannya, dia menjad...