46. Kritis.

332 25 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Part ini dipersembahkan oleh Lagu Setia- Tompi ft Shopie Navita.

Harapjaga mata, jika menemukan Typo yang berkelana di dalamnya. Terima kasih, dan selamat menikmati.

. . .. .

Jika manusia semuanya baik, maka dunia ini akan tentram dan damai. Namun, tidak ada sebuah panggung sandiwara yang selalu menempatkan kedamaian yang abadi, bukan? Tuhan menciptakan bermacam-macam sifat dan karakter manusia. Ada yang jahat, ada juga yang baik. Ada yang sangat jahat, dan bahkan yang berpura-pura jahat hanya untuk suatu alasan besar yang semua orang tak tahu itu. Kini, itu terjadi pada Ferbando.

Seorang Ayah 3 anak yang menyesali perbuatannya, agau lebih tepatnya dia tidak benar-benar ingin melakukannya.

Semua yang dia lakukan hanya ingin membuat sesorang sadar bahwa menjadi jahat itu tak seenak yang mereka bayangkan, apalagi membenci sosok yang sangat baik.

Kilas balik....

Kala itu, Luiz tengah berjalan-jalan di tengah malam yang udaranya cukup menusuk. Anak itu berhenti tepat di depan pintu kamar Ayah dan Bundanya. Dia melihat sedikit dari celah pintu yang terbuka. Tak sengaja ia mendengar Fernan yang sedang menangis malam itu.

"Aku telah melakukan sebuah kesalahan, Mer. Jangan lakukan ini padaku Mer." katanya, dalam suara tangis yang lirih. Luiz mencoba membuka sedikit pintu itu, dia melihat Ayahnya yang duduk membelakanginya sambil memegangi foto Almarhumah Bundanya.

Usapan lembutnya membuktikan kalau ia benar-benar tertekan dalam keadaan rumit. Kalau ia boleh memilih, ia tidak akan pernah mau melakukannya.

"Mas sudah melakukan sesuai keinginanmu, Mas tidak mau melakukannya lagi."

Hanya itu yang dapat ia dengar, seolah ada setitik luka yang baru saja tergores di dalam hatinya. Ia melangkah mundur membiarkan dirinya larut dalam pilu. Suara geraknya membuat Fernan menoleh dan segera mendekati pintu yang ia rasa terbuka tak begitu lebar.

Pria itu melihat pecahan Vas yang berantakan di lantai. Melihat tubuh itu melangkah cepat dan masuk kedalam kamarnya.

"Apa dia mendengar semua perkataanku?" batinnya. Namun,ia hiraukan.

. . .

"Ayah tidak sayang Luiz." batinnya meronta, tangisnya  bahkan sudah tak bisa ia bendung. Anak malang itu menyadari kalau kehadirannya memang tidak ada artinya. Malam berlalu, terganti oleh Fajar. Dia masih duduk diam sambil menatap keluar jendela yang  sama sekali tidak ia tutup. Matanya sembab,  wajahnya kusut,  jejak air maganya pun sudah mengering. Dia tidak tidur?

Jika Bukan Lintang yang mengajaknya untuk sarapan, Luiz pun tak akan mampu duduk semeja dnegan Ayahnya. Ayah yang selalu ia sanjung selama hidupnya.

MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang