Warning! sebelum baca, bila ada kata yang kurang berkenan, dianjurkan untuk tidak berlarut dalam situasi sedih atau . Tolong bijak dalam membaca. Hati-hati bila melihat kata yang typo, harap maklum, sekian dan terima kasih. Kuy baca, tapi, coba simak vidio berikut,alu masuk kedalam ceritanya.
. . .
Pagi menjelang, fajar berlalu. Hari ketiga kepergian Meri, suasana duka masih menyelimuti keluarga Fernando. Delina dan Nicko selaku sanak saudaranya, masih senantiasa menginap di rumah Fernan. Delina yang tahu betul kondisi keponakannya ia memutuskan untuk menetap sedikit lebih lama, sampai suasananya kembali tenang.
Luiz juga sudah mulai menerima kepergian Bundanya, meski sakit. Tapi, Luiz tahu diri kalau dia masih belum mendapat izin untuk bicara dengan ayahnya apalagi kakak perempuamnya. Beban yang amat berat, seorang anak di campakan dengan alasan yang sederhana.
"Melihatnya adalah pengingat kepergian Meri."
Satu kalimat yang dilontarkan beberapa hari lalu, itu sangat mengejutkan Luiz, bahkan anak itu mendengarnya langsung. Kini, dia memilih berdiam diri didalam kamar dia selalu menyibukan dirinya dengan melukis, alat lukis yang dibeli oleh Eros, sebagai hadiah. Tidak hanya itu, dia juga sedang menikmati peran barunya sebagai dancer, cara yang dia lakukan diam-diam beberapa bulan belakangan. Saat itu, di tengah malam dia terbangun, ia melihat sosok wanita yang muncul dengan senyum diwajahnya. Itu Fahira, gadis yang selalu ia inginkan keberadaannya. Ia melihat Fahira duduk manis diatas sofa panjang sambil menonton televisi.
Kakak perempuan itu selalu terbangun saat malam, karena pekerjaan kantornya yang padat, mengharuskan gadis itu untuk tetap terjaga. Luiz menatapnya penuh harap, tatapan yang selalu enggan di balas oleh Fahira.
Anak itu melangkah perlahan mendekatinya, matanya tak lepas dari objek didepannya.
"Nando?" Suara itu mengagetnya, ia melotot tak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Mau kemana ?" Luiz diam, panggilan itu benar-benar berbeda dari sebelumnya.
"Nando? Hei?" Katanya lagi, tubuh itu di goyangkannya, Luiz masih diam.
"Ada apa ? Tubuhmu masih demam, tidur-lah lagi." Luiz menggeleng perlahan.
"Hau-s." sahutnya pelan langkahnya di tahan, ia bingung.
"Duduk-lah, biar aku ambilkan." pintanya. Luiz hanya bisa menurut. Dia memiringkan kepalanya heran dan tak percaya dengan apa yang terjadi.
"Ada apa um?" katanya, gadis itu memberikan segelas air putih padanya, lalu ia duduk disebelahnya.
"Kak Fa, tida-k tid-ur?" tanyanya, Fahira menoleh, lalu tersenyum.
"Aku masih belum mengantuk, lihatlah, foto di laptopku, tampan ya." katanya, Luiz mengikuti pandangan Fahira. Ia ikut mengulas senyumnya.
"Iya, itu Luiz." katanya pelan. Fahira mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]
General FictionJika penyesalan datang hanya di akhir, lalu untuk apa menyempurnakan maaf, jika terus di hantui dengan rasa bersalah. ~Fahira Aveza Fernando~ Dunia baru untuk Veza, dan dunia yang rumit untuk seorang Luiz Fernando, dengan keterbatasannya, dia menjad...