Takdir itu kadang lucu dan menarik. Manusia akan menyalahkannya, jika ia yang dalam masalah. Takdir seseorang telah di tulis oleh sang pencipta, bukan? Lalu, bagaimana jika orang keras seperti Fernan, menyalahkan orang lain padahal itu terjadi karena dirinya sendiri.Lintang duduk diam di kursi tunggu yang ada di depan ruang emergency. Anak itu benar-benar takut kalau sepupunya mengalami hal yang buruk. Dia terus meremas baju yang di kenakannya, di kepalanya kini hanya memikirkan keadaan Luiz. Tak lama jemari dingin itu menjadi hangat, melihat tangan lain menyentuhnya.
"Jangan sedih, dia akan baik-baik saja." kata wanita parubaya yang entah siapa namanya. Lintang menoleh, wajahnya benar-benar sendu.
"Tante siapa?" sahut Lintang, wanita itu hanya tersenyum wajahnya tak ia tampakkan, ia tutup dengan sebuah topi yang cukup besar hanya setengah wajahnya saja yang dapat terlihat.
"Kamu hanya perlu mendoakannya, semua yang terjadi adalah kecelakaan. Jangan takut." katanya lagi.
"Makasih Tan, tapi, Tante ini siapa ?" tanya Lintang lagi. Wanita itu tersenyum dia bangkit lalu pergi.
"Tante?" seru Lintang, ia berdiri mencoba menyusul wanita itu, tapi tangannya di tahan oleh Fahira, gadis itu terlihat marah dan kesal, tanpa permisi tangannya terangkat dan meninggalkan jejak tamparannya di pipi Lintang. Lintang yang terkejut menatap sebal pada Fahira, dia membelalak memegangi pipinya yang terasa panas karena tamparan Fahira.
"Ngga bisa diandalkan! Kamu baru saja membunuh si idiot itu! Kenapa ? Jawab aku Lin!" pekik Fahira. Lintang masih enggan untuk menjawab. Dia berusaha mengatur dirinya agar tidak tersulut emosi akibat ulah Fahira yang kekanak-kanakan.
"Ra! Udah jangan ribut, lagian Dokter baru aja bilang Luiz sudah dipindahkan." lerai Eros.
"Lin tanya sama Kak Fa, selama ini sudah-kah kakak menjadi sosok kakak yang baik? bermain dan mengajaknya berbicara? Apakah kakak sadar kalau Luiz sangat menyayangi Kak Fah? Sadar ngga?" tanya Lintang, remaja itu menatap lekat mata Fahira yang sudah mulai berkaca-kaca.
"Kalau memang si idiot itu tak berguna dalam hidup kak Fah, lalu kenapa Kak Fah datang ke sini? Bukan-kan lebih baik dia mati, kan?" ucap Lintang, suaranya yang lembut dan santai membuat Eros tak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Satu hal lagi, tamparan ini tak berguna untuk orang yang belum sadar akan kesalahannya. Lihat saja, suatu saat nanti kepergian yang abadi akan meninggalkan duka. Bukan hanya penyesalan, tapi, permintaan maaf saja akan menjadi sia-sia. Ingat Kak, Tuhan masih mencari sisi baik orang yang mau berubah, bukan semakin meronta." kata Lintanf panjang. Lalu ia pergi meninggalkan Fahira, Eros yang kecewa melihat adik perempuannya hanya bisa menggeleng, lalu ia menyusul langkah Lintang menuju kamar adiknya.
Belum sampai, tempat tujuan, Fernan menghentikan langkah mereka berdua, sudah ada Kania Ariel dan Kezy di sana. Pria itu melangkah mencoba mendekat pada putra sulungnya, tapi Eros menyuruhnya untuk tetap berada di tempatnya.
"Er, kenapa ?" tanya Kania, sang Nenek merasa bingung dengan tingkah cucunya. Wanita itu mendekati cucunya lalu mengusap lengannya, begitu juga pada Lintang.
"Ada apa? Kenapa ayahmu kamu larang?" tanya Kania. Eros menatap sinis pada ayahnya. Dia kesal sekaligus hancur seolah hatinya mati begitu saja.
"Tidak pantas bagi pria itu datang, jika kedatangannya hanya dengan rasa iba. Aku sudah tak punya orang tua, sejak saat itu mereka telah mati." ucap Eros tegas. Matanya memanas siap meluncurkan cairan bening yang ia tahan.
"Kak?" panggilan Lintang saja ia abaikan, suasa di koridor dekat kamar rawat Luiz menjadi tegang.
"Eros, apa ini? Om ngga pernah mengajarkan kamu berbicara kasar begitu." sela Kezy, adik dari Bundanya.
Eros pun melepaskan tangan neneknya, dia melangkah maju mendekati Fernan yang masih berdiri dengan begitu gagahnya. Pria dewasa itu menatap putranya heran.
Ketika Eros sudah berada tepat di hadapannya, mata mereka bertemu dan saling menatap. Eros yang sudah gemas dengan sikap ayahnya ia ingin sekali menghajarnya, tapi selalu ia urungkan, ia selalu mengingat pesan Meri.
"Seburuk apapun keluargamu, mereka adalah tempat mu kembali, jaga dan lindungi mereka dengan caramu. Tuhan itu tahu karena Tuhan, tidak pernah tidur."
"Ayah ingin bertemu Luiz, Nak, ada apa dengan kamu Eros?" pertanyaan Fernan benar-benar diabaikannya.
"Ayah? Masih pantaskah aku memanggilmu Ayah? Setelah berminggu-minggu mengabaikan kami?" kata Eros. Fernan mengulurkan tangannya hendak meraih bahu putra sulungnya. Tapi Eros dengan cepat menepisnya.
"Tidak, aku tidak butuh uluran itu. Aku hanya butuh penjelasan, apakah aku salah? Aku adalah orang tua kesekian untuk adik kecilku. Dia terluka, tidak-kah kau tahu itu?" kata Eros lagi.
"Er-"
"Aku tahu, itu tidak penting, maka percuma aku menjelaskannya, hatimu sebagai Ayah sudah musnah, bukan? Aku yakib Bunda pasti mebgatakan sesuatu kepadamu tapi enggan untuk kau sampaikan, benar?" Eros terus bertanya pada Fernan, seolah pertanyaannya penuh penekanan.
"Er, kamu apaan sih!" sela Ariel.
"Om diam saja, ini urusan Eros dan Ayah." kata Eros, yang memberitanda kalau keluarganya yang lain tidak boleh ikut campur, sementara Lintang terus beridir di sebelah Kezy, anak itu merangkul lengan Omnya takut sekaligus khawatir. Kezy yang sadar akan hal itu, dia langsung merangkul remaja laki-laki yang tak lain keponakannya.
"Om?" panggil Lintang Lirih.
"Kita pergi saja kalau begitu?" tawar Kezy, tapi Lintang menolak.
"ANTONIO!"
Histeris Kania, melihat putranya menampar sang cucu di depan mata kepalanya langsung.
"Tampar Yah! Tampar Eros sepuas Ayah!" kata Eros. Fernan melihat tangannya sendiri, tangan itu gemetar usai menampar putranya.
"Er, maafin Ayah." ucap Fernan. Seraya ingin menyentuh wajah yang ia tampar.
"Ayah!" suara jerit itu memalingkan perseteruan yang terjadi, Fahira dengan cepat melangkah mendekati Kakak dan Ayahnya.
"Kak Eros mau jawaban apa dari Ayah? Fah akan menjawabnya." kata Fahira, Eros memberi tanda untuk tidak ikut campur, untuk kesekian kalinya.
"Dengar baik-baik, hati ini, telah musnah dan menghilangkan jejakmu di dalamnya, sosok Ayah sudah tidak ada lagi untuk ku." kata Eros, ia berbalik melangkah mendekati Lintang dan Kezy, juga Kania Neneknya.
"Kak Eros ngga pernah tahu bagaimana rasanya tertinggal di masa sulit! Ayah cuma takut untuk mengatakan kenyataannya." kata Fahira. Eros menoleh, mencoba mendengarkan adik perempuannya menyelesaikan ucapannya.
"Bunda telah berpesan kalau-"
"Sudah biarkan Eros, Ayah memang salah, kita pergi saja, kembali dilain waktu." putus Fernan akhirnya.
"Tapi, Yah? Kak Eros harus tahu. Fah juga salah, Fah telah melukainya." ucap Fahira.
"Tidak sekarang, Sayang. Lagi pula ada Nenek dan Om di sana, sudah, kamu juga harus tenangkan dirimu dulu." kata Fernan. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah sakit, sementara Eros dan yang lainnya menjenguk keadaan Luiz, yang kabarnya masih belum sadarkan diri.
Aku akan selamat jika aku pergi dari sini.
Taraaaaaa udah up ramein yah, jangan lupa di dengerin Audionya sebagai teman untuk part ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]
General FictionJika penyesalan datang hanya di akhir, lalu untuk apa menyempurnakan maaf, jika terus di hantui dengan rasa bersalah. ~Fahira Aveza Fernando~ Dunia baru untuk Veza, dan dunia yang rumit untuk seorang Luiz Fernando, dengan keterbatasannya, dia menjad...