"Luiz tidak mau pulang."
Semakin terngiang di kepala Eros, ketika ia menemui Deriana di jalan gang rumahnya. Gadis itu menghampiri Eros, yang sudah gusar kebingungan mencari adiknya.
"Eros?" panggil Eri. Eros menoleh, ia sedikit melangkah, mendekat juga.
"Ada apa Ri?" tanya Eros.
"Lagi cari Luiz?" tebak Eri, Eros mengangguk. Tak lama, gadis itu menarik tangan Eros, dan membawanya ke pekarangan rumag Eri. Di sana Eros melihat adiknya sedang asik menggambar, dengan seorang gadis yang sama usianya dengan Luiz.
"Itu Luiz? Kok bisa di sini?" tanya Eros.
"Dia berlari kebingungan sambil menangis, dia ketakutan, Er, ada apa sebenarnya? Adik kamu tidak merespon apa yang aku tanyakan." jelas Eri. Eros menbuang napasnya lelah. Dia benar-benar gusar.
"Sejak lahir dia sudah menderita." kata Eros, yang memulai pembicaraan.
Mereka duduk di teras depan rumah Eri, keduanya diam. Hening seketika.
"Dulu, waktu Bunda hamil, Bunda pernah terjatuh, ku kira Ayah berbohong." lanjut Eros, Eri tetap mendengarkan setiap kata itu.
"Bunda melahirkan Luiz, dia tidak menangis, dia-." Ucapannya terhenti.
Eros tak sanggup memberitahu siapapun, kalau adiknya mengidap sindrom. Dia tidak mau adiknya dilukai siapapun.
"Dia..." Bibirnya kelu, ketika harus mengulas kejadian masa lalunya. Kejadian yang nyaris memisahkan Ayah dan Bundanya, kejadian kalau keputusan Ayahnya adalah keputusan terbodoh yang pernah ia dengar.
"Aku tidak memaksamu, aku hanya ingin mengingatkanmu, kalau Luiz sangat cerdas, kamu tahu, dia datang bukan karena dia takut, dia lelah, mungkin saat ini Luiz juga perlu teman. Aku bisa memahami itu. Setidaknya kamu tidak perlu khawatir, kalau adikmu menghilang lagi. Aku, akan membantu mencarinya." kata Eri.
"Kak Erin, cat nya habis, aku boleh pinjam pensil gambar?" kejut Karel. Gadis itu memandangi kedua remaja yang sejak tadi duduk.
"Ada di meja Kak Erin, Rel." sahut Eri. Belum lama Karel pergi Luiz muncul dengan mata pandanya yang sembab.
"Ka-k, Er-os," panggilnya, anak itu lemas, wajahnya pucat, bibirnya gemetar, semua itu dapat di tangkap dengan tatapan Eros. Dengan cepat Eros mendekati adiknya, tepat dalam peluknya Luiz pingsan.
"Eros, dia kenapa?" panik Eri, gadis itu bingung, karena sejak Luiz datang, anak itu hanya diam. Dia tidak mengatakan apapun, di sugugkan makanan ringan juga tidak di sentuhnya.
"Gak apa-apa, makasih ya, udah jagain dia, kami pulang dulu." pamit Eros, lalu menggendong adiknya dan pergi.
Meski Luiz tidak sama, setidaknya ada sedikit perubahan dalam dirinya, kalau dia juga butuh kebebasan. Suatu saat nanti, Luiz akan mendapatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]
Ficción GeneralJika penyesalan datang hanya di akhir, lalu untuk apa menyempurnakan maaf, jika terus di hantui dengan rasa bersalah. ~Fahira Aveza Fernando~ Dunia baru untuk Veza, dan dunia yang rumit untuk seorang Luiz Fernando, dengan keterbatasannya, dia menjad...