Mungkin akan jelas jika seorang anak diberi pengertian yang mudah untuk dipahami. Tapi, itu tidak berlaku untuk seorang Lintang. Sehari setelah kejadian hilangnya Luiz dan berhasil di temukan di pemakaman Bundanya, Deliana langsung mengambil penerbangan pagi, wanita itu tidak bisa hanya berdiam diri, sementara putranya juga ada di rumah Fernando.
Nikolas yang sedang ada rapat pun segera menuntaskannya dan pergi menyusul istrinya. Bahkan Kania, Sang Nenek pun juga segera meluncur ke kediaman Fernan. Entah apa yang ada dalam pikiran pria itu sampai ia acuh pada putranya sendiri.
Selepas pulang dari pemakaman Eros terlebih dulu mengantar Karel ke rumahnya, namun, ketika Eros sampai di rumah bukannya sambutan yang ia dapat dari Sang Ayah. Melainkan sebuah amarah besar yang begitu besar terlihat dari sorot mata yang tajam mengarah pada Luiz.
"Anak idiot bukan hanya menyusahkan, lebih baik mati, untuk apa di sayang, dan di sekolahkan, lagi pula Meri sudah mati."
Jika kalian pikir Fernan dalam keadaan waras, maka itu semua salah, Fernan beridiri memang seperti orang biasa saja, tapi ketika ia berbalik dan hendak berjalan meuju kamarnya pria itu melangkah dengan sembarang, langkahnya terhuyung beberapa kali ia hampir terjatuh.
Ucapannya hanya terdengar oleh Eros, karena saat sampai di rumah Lintang langsung pergi menuju kamarnya, anak itu merasakan lelah benar-benar lelah di dadanya. Seperti sesak yang begitu kuat. Sementara Luiz tertidur dalam gendongan Eros. sama halnya dengan Lintang Luiz bahkan terlihat pucat. Eros tidak menyahut saat ayahnya berkata kasar, karena ia telah mencium bau alkohol di sana. Eros lebih memilih meletakan Luiz di atas tempat tidurnya usai ia masuk rumah dan menuju kamar adiknya.
Eros pun duduk di pinggir tempat tidur adiknya, sesekali ia mengusap rambut hitam lebat milik adiknya.
"Kamu itu seperti robot yang sewaktu-waktu mati dan terisi kembali. Tubuh ini sudah kurus, bahkan hatimu mungkin sudah rapuh, tapi aku percaya kamu tidak akan menyerah dengan mudah." batin Eros.
Terdengar ketukan pintu dari luar kamar, di sana terlihat Fahira yang sudah berdiri dengan sebaskom kecil berwarna hitam berisi air dan sebuah handuk kecil ditangannya.
"Kak?" panggil Fahira.
"Masuk aja Ra, dia udah tidur." kata Eros, baru lah Fahira masuk, karena selama ini, Fahira hanya bisa menjaganya dari jauh, tidak seperti kakaknya yang kapan pun bisa masuk kedalam dan menyentuhnya dengan sesuka hati.
"Kak Eros istirahat aja, biar Luiz aku yang jagain, oiya coba kaka lihat Lin tadi dia hampir jatuh juga, aku gak tahu soalnya tadi siang dia marah sama aku." ujar Fahira.
Eros mengangguk dan langsung berdiri, mendengar penuturab Fahira, Eros pun segera menghampiri Lintang yang ada di kamarnya, di lantai 2."Lin?" panggil Eros, pria itu mengetuk pintu kamar Lintang, tak lama pintu itu terbuka dan terlihatlah sosok Lintang yang masih mengenakan seragam sekolahnya.
"Kak Eros, ada apa ?" tanya Lintang bingung.
"Boleh masuk?" kata Eros, Lintang mengangguk, dan membiarkan Eros untuk masuk ke dalam kamarnya. Eros duduk di sudut tempat tidur Lintang, di ikuti oleh si pemilik.
"Capek ya?" tanya Eros tiba-tiba.
Lintang tak langsung menjawab, ia merebahkan tubuhnya dan menjadikan kedua tangannya sebagai bantal, remaja itu menatap langit-langit kamarnya seolah di sana ia melihat sesuatu yang sedang berjalan.
"Kak?!" katanya, Eros menoleh.
"Ada apa?" tanyanya.
"Menapa manusia diciptakan memiliki hati?" katanya, membuat Eros menaikan kedua alisnya karena bingung dengan pertanyaan Lintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]
General FictionJika penyesalan datang hanya di akhir, lalu untuk apa menyempurnakan maaf, jika terus di hantui dengan rasa bersalah. ~Fahira Aveza Fernando~ Dunia baru untuk Veza, dan dunia yang rumit untuk seorang Luiz Fernando, dengan keterbatasannya, dia menjad...