37. Not Spesial Day 2

85 12 4
                                    

Kejam?

Jangan katakan itu, acara yang sudah dipersiapkan oleh Lintang benar-benar tidak ada artinya. Semuanya hancur dengan seketika, ulah yang semakin menjadi-jadi membuat Eros harus lepas kendali, kali ini Eros sudah benar-benar muak dengan sandiwara Ayahnya dan juga Fahira.

Dia benar-benar telah ditipu semua alasan yang diberikan oleh Fernan dan Fahira, sama sekali tidak ia hiraukan. Semuanya sudah seperti penjara dalam ruangan yang luas.

Savage!

Satu kata yang keluar dari mulut manis seorang Lintang, dan tatapan tajam dari Luiz.

Dia benar-benar kecewa sekaligus hancur dan  patah. Anak itu hanya berdiri diam didalam kamarnya dengan kepalan tangan yang begitu kencang.

Kemarin ......

"Lin?"

"Ada apa, Kak?" tanya Lintang.

"Beneran mau buat party?" Ucap Eros, yang ragu dengab ide yang telah di sepakatinya.

"Kenapa engga? Jarang-jarang, kan Lin ikut serta diparty kalian?" seru Lintang, wajahnya selalu cerah, lekuk bibirnya tak pernah diam, dia selalu tersenyum.

"Kak Eros, takut kamu kecewa, Kak Eros ngga mau buat kamu atau pun Luiz nantinya akan menerima hal yang tidak memungkin,kan." jelas Eros.

"Tenang Kak, Lin akan jamin, semuanya akan selamat dan aman. Yaudah kalau gitu, Lin pulang duluan, supaya Lin bisa menyiapkan semuanya." ujar Lintang. Eros mengangguk, lalu mengacak rambut lebat milik Lintang. Remaja itu pun tersenyum, lalu ia masuk kembali kedalam ruang rawat Luiz, untuk mengambil  ponselnya yang tertinggal diatas brankar Luiz, sekaligus meminta izin untuk pamit pulang.

"Cepet pulang Lui, kita freestayle bareng lagi , nanti." seru Lintang, ia melambai sambil berjalan keluar ruangan, lalu berpamit sekali lagi pada Eros dan pergi.

Selang beberapa waktu berlalu, langitpun sudah semakin berwarna oranye. Luiz yang kala itu sedang duduk sambil menghadap keluar jendela, terus menerus mengetukan jarinya di sudut kursi.

"Bo-san." gumamnya. Anak itu menatap pantulan dirinya yang tak begitu jelas dari kaca jendela yang ada di depannya.

"Cute." Katanya, lalu tersenyum tipis, tangannya tergerak,ia memegangi perban yang ada di kepalanya.

"Bag-us, dan ker-en." gumannya lagi.

Eros yang sedang menperhatikannya hanya bisa menggeleng, dia berdiri di ambang pintu sambil bersandar bersedekap dada.

"Udah siap pulang?" tanya Eros.

"Back to home? Oh God."

Hanya batin yang berkata, helaan napas beratnya memembuat Eros melangkah maju untuk mwndekati adik bungsunya.

"Jangan khawatir, ada Kakak Luiz." ucap Eros. Pria itu memegang bahu adiknya, Luiz dapat melihat pantulan dirinya dan Eros dari kaca jendela.

Luiz mendongak mendapati Eros yang tengah diam dalam raut wajah cemas.

"Ken-apa?" pertanyaan Luiz membuatnya menggeleng, lalu menunduk melihat Luiz.Tapi, Luiz memilih untuk beranjak dan  berdiri tepat di depan Eros .

"Kak Eros cuma bingung, Kamu mau pulang atau masih betah duduk di sini?" elak Eros, pria itu menghindari  kontak mata dengan Luiz, yang secara tidak langsung anak itu akan mudah menebak isi kepalanya.

"Pula-ng." serunya, setelah di rasa semuanya tidak ada yang tertinggal, sehari setelah kejadian itu,Luiz pun di perbolehkan pulang.

Sepanjang perjalanan, Eros dan Luiz terdiam, Eros yanf sibuk memikirkan Lintang di rumah dan Luiz yang sibuk dengan pertanyaan besarnya.

MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang