35. Lin dan Lui

187 26 4
                                    

Malam menerpa udaranya begitu dingin, menusuk dan masuk kedalam tulang. Sosok itu masih tertidur, remaja laki-laki yang terpeleset hingga membentur ujung  meja yang tajam, tepat mengenai kepalanya, darah yang mengalir cepat melewati pelipisnya  begitu banyak, lukanya cukup dalam  sampai harus di jahit beberapa jahitan. Tidak hanya kepala, sikutnya yang juga ikut terluka akibat gesekan kursi belajarnya yang di letakan sembarang, sebelum ia memulai parti yang berujung celaka itu.

Kini mata pandanya masih asik terpejam, entah sampai berapa lama, sementara Lintang enggan untuk pulang karena ia merasa bersalah  telah mengajak Luiz untuk ikut serta.

"Lin, udah malem, Kak Eros antar pulang ya?" tawar Eros, pria itu sudah mengajak Lintang pulang tapi selalu di tolaknya.

"Engga, Lin mau di sini jagain Lui, Kak Er pulang saja sana sendiri." balas Lintang, Eros berdehem, menyerah dengan sikap keras kepala Lintang yang tak ada bedanya dejgan Luiz dan Fahira.

"Besok sekolah Lin," katanya lagi.

"Libur sendiri." kata Lintang, sambil menatap Luiz yang masih tertidur.

"Lin, orang tidur gak usah di lihatin, yang ada kaget, mending sama Kak Eros sini." celetuk Eros.

Lintang berbalik, dia sebal dengan sepupunya yang cerewet menurutnya.

"Kak, dengerin Aileen Lintang Nicholas ini, mana ada orang tidur bisa kaget karena melihat Lintang yang tampan?" kata Lintang.

"Pfft. Tampan dari mana? Muka kaya Memei gitu, tampan?" seru Eros.

"Memei yang cantik juga tahu kalau Lin memang tampan, plis ngga usah becanda, ngga mood." kata Linrtang.

"Lin?" panggil Eros.

"Em? Apa?" sahut Lintang, remaja itu duduk sambil  memainkan ponselnya yang baru saja ia ambil, dari saku celana pendek berwarna crem miliknya.

"Lin?" panggil Eros lagi.

"Udah malem Kak, Lin lagi keluar." kata Lintang, yang mulai tersengut kesal.

"Lin?"

"Kak, Lin tahu, Lin menggemaskan, jangan gitu deh." ucap Lintang. Gemas sekaligus kesal, Eros pun bangkit membuat kegaduhan di ruangan yang luasnya tak seberapa itu.

"Eh, Hahah... Kak Woi woi udah gila  gila, ah ah.. Hahha." umpat Lintang di sela tawanya.

"Ngga, kamu sudah membuat Mr. E ini menjadi haus." seru Eros. Pria itu mengkelitiki sepupunya yang duduk dikursi dekat brankar adiknya.

"Bodo... Lin ngga takut." kata Lintang, Eros semakin membuat geli  Lintang, karena Lintang dan Luiz adalah dua remaja labil yang terkadang meributkan hal kecil seperti camilan yang ia belikan.

"Aku lapar... Auu..." kata Eros  sesekali mengaung layaknya harimau. Hal itu membuat Lintang terbahak, mencoba melepaskan diri dari Eros.

"Makan lah. Ih.. Ahahaha, Kak beneran ini mah aku ... Hahahaha.." ucap Lintang di sela tawanya lagi.

"Engh."

Suara itu membuat Eros dan Lintang berhenti, mereka menoleh kearah Luiz, anak itu memegang pelipisnya perlahan, lalu meringis kesakitan saat di sentuhnya.

"Lui?" panggil Lintang. Luiz menoleh menemukan Lintang yang berdiri di sebelahnya dan Eros yang ada di sebelah Lintang.

"Masih pusing?" tanya Eros, Lintang yang melihatnya merasa sedih, karena Luiz masih saja diam.

"Kak Eros, panggilin dokter atau suster kalau gitu." katanya, tapi dengan  cepat Luiz menahan  tangan kakaknya. Meminta pria itu untuk tetap berada di dekatnya.

MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang