28.Tangis

236 28 6
                                    

Apa yang di katakan manusia jika patah satu tumbuh seribu? Apa yang akan di terima oleh seorang penyandang sindrom, jika dia tahu kabar menyedihkan mengenai sesuatu yang sangat berarti?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang di katakan manusia jika patah satu tumbuh seribu? Apa yang akan di terima oleh seorang penyandang sindrom, jika dia tahu kabar menyedihkan mengenai sesuatu yang sangat berarti?

Kabar yang menusuk ulu hati, bahkan bisa mengganggu konsentarasi. Untuk yang pertama kalinya jerit tangis itu menggema di dalam ruangan bercorak abu itu.

Rumah yang biasanya sepi atau mungkin hanya keheningan, kini mulai ramai, ramai oleh para manusia lain yang datang berbondong-bondong menyaksikan serta memberi doa.

Tepat pukul 12 malam, kabar itu sampai ke telinga anak remaja yang saat ini masih duduk termenung di dalam kamarnya. Dia enggan urnuk menatap siapapun dia menyalahkan dirinya atas apa yang telah menimpa keluarganya. Suara putus asa yang mulai bergetar dari bibir pria dewasa itu.

"Kak Eros makan dulu," seru Lintang, sepupu kecilnya itu selalu berusaha menghibur sepupunya yang terpuruk. Apalagi jika membicarakan sosok Luiz. Anak itu sudah pasti lebih terluka akan kejadian yang menimpa keluarganya.

Lintang baru saja melihat senyum cerah Luiz kemarin, tertawa dan tentunya bercanda bersama. Malam itu membuat semua kehidupan barumya rusak dengan cepat.

"Lin, kamu tolong lihat Luiz sedang apa, Kaka ngga lapar, kaka akan menunggu kabar terbaru dari pihak tim sar." sahut Eros, pria itu memalingkan wajahnya, wajah yang selalu ia perlihatkan dengan tegas kini hilang.

"Kak, menunggu juga butuh tenaga, apa salahnya mengisi perut setidaknya sedikit saja." kata Lintang.

"Lin, Kak Eros sudah bilang, kan? Kak Eros mohon," kata Eros dengan suara lirihnya.

"Oke, Lin menurut, kalau gitu Lin ke kamar Lui dulu," sahut Lintang ketika sepupu kecilnya berbalik, suar a gebrakan pintu terdengar begitu keras, terlihat sosok gadis cantik yang selalu Luiz rindukan. Matanya merah, pipinya bhasa, menandalan gadis itu habis menangis. Kedatangannya membuat semua orang terkejut, di sana tidak hanya ada Eros, tapi juga ada Nenek dan Kakeknya, Om dari Sang Ayah dan Ibunya, belum lagi sepupunya dan masih banyak.

"Za?" panggil Kania, wanita parubaya itu menghampiri cucu perempuan satu-satunya, tapi di tepis olehnya.

"Za? Ini Eyang, Nak." kata Kania.

"Manusia sial! Di mana dia ? Di mana manusia idiot itu ? Dia telah memberikan kekacauan di keluarga ku di mana dia Eyang?" pekik Fahira. Gadis itu terus berteriak.

"Ra, sadar, ini semua musibah, jangan salahkan orang lain." ucap Kezy, tapi bukan Fahira namanya, kalau tidak membalas semua yang terjadi pada adiknya. Lintang yang melihat sepupunya datang dalam amarah, langsung berlari ke kamar Luiz, tapi sial, kamar itu terkunci.

"Lui, buka pintunya! Ini aku Lin." teriak Lintang dari luar kamar.

"Ti-dak, Luiz, ing-in sen-diri." katanya dari dalam kamar. Tapi Lintang tidak tinggal diam, dia berlari keluar rumah, ia mengetuk jendela kamarnya, tapi sayang, Luiz kembali menutup aksesnya, ia menutup rapat hordeng tebal itu.

MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang