(5) ketemu

1.2K 65 7
                                    

Keysa termenung di balkon kamarnya, dia terus memikirkan Wildan. Dua tahun mereka bersama, Keysa terlalu berharap Wildan memilihnya. Kalau Wildan memiliki pacar, apa masih ada kesempatan untuk Wildan melihat kearahnya? Apa Wildan masih mau menjaganya?

Tok tok..

Lamunan Keysa buyar, "Key didalem?" Yuni mengetuk pintu kamar Keysa cukup lama. Keysa mau berpura-pura tidur, tapi berbohong kepada orang tua itu dosa. Keysa bergegas membukakan pintu kamarnya.

"Kenapa Bun?" Yuni tersenyum-senyum, kalau sudah begitu pasti ada maunya. "Temenin bunda jajan sate yang di depan komplek." Keysa mengangguk, mengambil jaketnya yang tersampir di belakang pintu.

Mereka berjalan kaki, hanya memakan waktu 10 menit untuk sampai.

"Bunda gak lagi hamil kan? Malem-malem gini tumbenan minta sate." Keysa menatap Yuni intens, dia curiga. Keysa benar-benar tidak mau mempunyai adik lagi, Juna saja sudah membuat nya kerepotan.

"Dua anak lebih baik." Yuni mengangkat dua jari tangannya, Keysa bernapas lega. kemudian matanya membola saat melihat cowok yang tidak asing, berdiri tidak jauh darinya.

Cowok itu melirik dari ekor matanya, dia sadar di perhatikan. Dia Sean. "Keysa?" Sean menghampiri Keysa. Yuni menatap berbinar, Keysa tersenyum canggung.

Seorang Sean menyapanya?

"Temen Keysa, ya?" Sean tersenyum tipis, Yuni meminta Sean untuk duduk di dekat mereka.

"Saya Sean, tante." Sean memperkenalkan dirinya, Keysa menjadi kaku.

Keduanya mengobrol bebas, mengabaikan Kesya yang terdiam membeku bak patung.

"Kamu punya temen cowok juga selain Wildan?" Akhirnya Keysa diajak ngomong, tapi topiknya tidak berfaedah.  "Sean ketua osis, Bun." Keysa mengangguk.

"Wah, pinter dong." Yuni melanjutkan obrolannya dengan Sean, mengabaikan Keysa lagi.

Ponsel Yuni berdering. "Sebentar ya...." Yuni keluar untuk mengangkat telepon.

Hening.

Canggung, keduanya memilih memainkan ponsel. Tapi Keysa tidak tahan dengan keheningan. "Lo kok dingin?" Keysa melontarkan pertanyaan itu.

"Lo nanya gue?" Sean meletakan ponselnya di dalam saku. Keysa menatap jengah. "Kok lo ngeselin sih?!"

"Lo mau gue bersikap kayak gimana?" Sean menautkan alisnya.

"Kayak manusia." Jawab Keysa dengan asal.

"Lo kira gue apa?"

"Tembok yang bisa berjalan!" Keysa menjawab ketus. Sean menatap dingin. "Lo alien." Sean membalas.

"Jadi lo lagi ngomong sama alien? Bangga dong ketemu gue, gue langka."

"Mau di masukin museum?"

Keysa mencebik kesal. "Dasar tembok." Keysa kehabisan kata-kata.

"Lo gila? Ngomong kok sama tembok."

"Terserah." Keysa mengalah.

Sean tersenyum miring. "Ngaku kalah?"

"Keram perut gue ngomong sama lo." Keysa menatap Sean sengit, Sean menatapnya datar.

"Maaf ya lama." Yuni duduk kembali, membuyarkan acara tatap-tatapan Keysa dan Sean. Yuni terkekeh pelan. "Cie tatap-tatapan, saling suka ya?"

Keduanya menggeleng serentak, mana mungkin mereka saling suka. Apa tom and jerry pernah saling suka? Tidak kan?

Yuni mengobrol lagi dengan Sean. Keysa tidak peduli, sate lebih menarik atensi Keysa sebelum Yuni bertanya. "Menurut kamu Keysa gimana orang nya?" Yuni penasaran. Keysa menutupi sebagian wajahnya karena malu.

"Dia...." Sean berpikir, dia terkekeh pelan. "Bawel." Yuni mengangguk. "Tantu setuju." Keysa menekuk wajahnya kesal.

"Kamu gak mau jadi pacar nya Keysa gitu?" Sean terdiam, Keysa menutup wajahnya lagi dengan kedua tangan. Malu.

"Emang tante ngizinin?" Sean bertanya ragu. Keysa berkedip beberapa kali. Yuni mengangguk antusias. "Tentu."

▪️▪️▪️

Love Alone (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang