(25) ruang osis

1K 63 88
                                    

"Jelasin sama gue apa yang terjadi di kantin tadi!" Sean berkata dengan tegas. Dia menatap satu persatu 6 orang yang membuat ulah di koridor tadi dengan tajam, tidak terkecuali Keysa.

"Mau gue laporin ke ruang BK biar kalian di skor?"

Mereka menggeleng serentak.

"Kalo gitu jelasin!"

"Sean, ini masalah biasa, gak perlu di perpanjang." Keysa memberanikan diri untuk bicara.

"Kalo gak mau di perpanjang ya tinggal jelasin!"

"Susah dijelasin, jadi lepasin kita ya?" Keysa mencoba membujuk Sean.

"Lo gak ngehargain gue sebagai ketua osis disini Key?"

"Bukan gitu, Sean."

Asa berbisik pada Ana yang ada di sebelahnya. "Kita cuma jadi penonton kdrt an nih?"

"Diem lo! Ntar tambah ngamuk lakinya Keysa." Mereka saling berbisik, untung saja tidak ada yang menyadari.

"Kenapa diem? Kalian semua gak punya mulut? Kalo gak punya mulut gak usah sekolah disini! Disini bukan tempat nampung orang yang bisu! Ini sekolah elite tau kan?" Sean sudah kehilangan kesabaran sekarang.

Sean jadi berbicara banyak, hanya saat bertugas saja cowok itu menjadi bawel.

Kemudian Sean mengambil ponselnya untuk menelepon Alfen, karena cowok itu menjabat jadi wakil ketua osis Purmasakti.

"Cek kejadian tadi lewat cctv. Salin dan kirim ke gue."  Sean menutup telepon tanpa berniat mendengarkan jawaban Alfen.

"Jadi gak ada yang mau ngomong?" Sean tersenyum miring, terlihat sangat menakutkan.

"Gue." Elsa mengangkat tangannya, karena hanya dirinya yang tidak terlibat pertengkaran mereka.

"Lo berantem sama Keysa?" Tanya Sean.

Elsa menggeleng.

"Gue gak berantem sama dia." Ujar Keysa sewot.

"Jelasin." Sean menatap serius Elsa, cewek itu menghelekan napas panjang, dia menoleh kearah Via sebentar, namun cewek itu membuang muka kearah lain, tampak tidak peduli.

Elsa menceritakan semuanya, detail tanpa ada yang di tutupi dan di tambah-tambahin.

"Oke pertama Via, lo gak merasa bersalah setelah ngeludahin anak orang? Dia anak yang dibesarin orang tuanya dengan penuh kasih sayang, lo seenaknya ngeludahin dia? Kalo kepsek tau lo bisa di keluarin dari sekolah!"

"Gak masalah." Via menatap lurus. "Gue gak bakal mulai kalo gak di provokasi sama mereka." Via menatap Keysa, Putri, Asa, dan Ana bergantian.

"Kedua, Keysa. Lo kenapa nampar Via?"

"Reflek, karena kaget dia ngeludahin Putri gitu aja."

"Denger ya, kalian itu cewek. Kalian bisa nyelesain masalah tanpa main kasar!" Sean menatap tajam satu persatu dari mereka.

"Kenapa harus ada acara jambak-jambakan? Tamparan bahkan hebatnya sampe ngeludah di muka orang.." Sean menyindir Via.

"Emangnya lo anak donald trump? Bahkan anaknya aja gak bakal mau berbuat hal menjijikan kayak lo."

"Minta maaf sama Putri!" Titah Sean.

"Gak." Cewek itu menggeleng. "Lebih baik gue pindah sekolah daripada harus minta maaf sama dia."

"Lo ninggi? Apa karena bokap lo direktur bank?" Via terdiam.

"Kok lo tau? Lo kenal dia?" Tanya Keysa.

Love Alone (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang