(40) scare

1K 42 16
                                    

Akhirnya Keysa menemukan Sean yang sedang duduk di bangku taman, memainkan ponsel yang ada ditangannya, dan terlihat jaket hitam yang ada di sebelahnya.

"Sean, gue mau ngomong sama Lo," ucapan Keysa berhasil membuat Sean yang sedang memainkan ponselnya di bangku taman sekolah mendongak menatap seorang gadis yang biasanya tersenyum ceria, menatap dirinya datar, dan Keysa yang biasanya berbicara menggunakan Aku-Kamu, kini menjadi gue-elo, ah seharusnya itu tak perlu dipikirkan.

"Ada perlu apa?," Sean bergeser sedikit dari bangku yang sedang ia duduki, dan menunjuk kesamping dengan dagunya, memerintah Keysa untuk duduk di sebelahnya.

Tanpa basa-basi Keysa langsung duduk di sebelah Sean, sedikit memberi jarak. Mengetuk-ngetuk kedua lututnya dengan kedua tangannya, bingung ingin membuka pembicaraan darimana.

Keysa sama sekali tak bisa menatap Sean, pandangannya kebawah sedari tadi menatap kedua sepatunya, bukannya ada sesuatu di sepatunya, tetapi ia sangat canggung saat ini.

"Kalo ga bisa ngomong, gue pergi," ujar Sean yang jengah melihat Keysa yang sangat jelas sulit untuk berbicara padanya.

"Eh- tunggu," tahan Keysa, dan kali ini ia berani menatap kedua bola mata Sean.

Dan Sean mengalihkan pandangannya saat Keysa tiba-tiba menatap matanya.

"Ngomong," ujarnya singkat, padat, tentunya jelas.

"Gue masih sayang sama lo."

Sean mengernyitkan keningnya, "emang gue peduli?,"

"Gue sama sekali ga minta dipeduliin Sean Aldino," ujar Keysa menekankan tiap ucapannya.

"Terus?,"

"Gue denger pembicaraan lo sama Tasya kemarin di depan mall."

Sean tersenyum sinis menatap Keysa, "selain murahan lo juga suka nguping pembicaraan orang ya? Jadi cewek kok ga punya sopan santun."

Ucapan Sean barusan berhasil menyayat hati Keysa, bagaimana Sean bisa mengatakan hal yang menyakitkan seperti itu? Tak tahukah Sean bahwa hati wanita sangatlah lembut?

"Murahan? Maksud lo apa?," Keysa berusaha untuk berbicara setenang mungkin, ia tak boleh tersulut emosi dan memilih meninggalkan taman, ia harus menyelesaikan semua ini dengan Sean saat ini juga.

"Maaf gue sedikit ikut campur, tapi lo emang beneran murahan. Wildan itu tulus sayang sama lo, dan lo masih bisa deket sama si Reno lagi?,"

Sean menghelakan nafasnya sejenak, "lo ga kapok-kapok ya? Setelah hubungan lo sama gue berakhir, harusnya lo sadar. Hargain seseorang yang ada di dekat lo, yang tulus sayang sama lo,"

"Lo pikir yang namanya cowok itu ga bisa ngerasain sakit hati seperti yang kalian para cewek sering rasain? Lo kalo deket sama cowok bisa ga sih sama satu cowok aja? Kasian gue sama Wildan, cinta mati sama cewek yang ga berperasaan kayak lo,"

Keysa memilih diam mendengarkan segala ucapan Sean.

"Lo mau tau kenapa gue milih ninggalin lo padahal gue tau lo sayang banget sama gue?,"

"Gue muak sama lo Keysa! Lo sama sekali ga bisa nentuin pilihan lo sendiri."

Mata Keysa sudah berkaca-kaca sedari tadi, namun ia memilih untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh, "pilihan? Maksud lo?"

Sean terkekeh masam, "Lo bilang waktu itu lo sayang sama gue, tapi dari saat kepergian gue waktu itu dan sampai saat ini, lo masih deket bahkan nempel banget sama Wildan, lo seakan ngasih dia harapan dengan adanya dia disisi lo tiap saat."

Love Alone (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang