Keysa dan Sean berjalan beriringan menuju Ruang Kepala Sekolah.
"Ini semua salah lo." Keysa memulai obrolan.
"Kenapa gue?" Sean tidak terima di salahkan.
"Lo sih meluk-meluk gue." Keysa membuang muka, dia malu mengatakan itu.
"Lo seneng kan di peluk gue?" Sean bertanya dengan percaya diri. Keysa menatap sinis.
"Biasa aja."
"Lo bales pelukan gue, terus nyerunduk kayak sapi di dada gue. Lo nyaman kan?" Sean menjelaskan dengan detail. Pipi Keysa memerah karena malu.
"Hah apa? Gue gak denger. Duh kuping gue ketinggalan dimana sih." Keysa mempercepat langkahnya, dia malu.
Sean tergelak, "tunggu."
Keysa dan Sean memasuki ruang kepala sekolah. Keysa terkejut, Yuni ternyata ada didalam. Bunda nya memberi tatapan meneduhkan.
Kenapa harus melibatkan orang tua? Lebay.
"Mama." Sean menelan ludah, Resti tersenyum simpul. Sean lega, dia kira akan dimarahi tapi ternyata tidak.
Mereka langsung duduk di sofa yang berhadapan dengan Yuni dan Resti.
"Saya mulai saja.." pak Rian memulai obrolan. "Saya tahu seumuran mereka memang masa-masa jatuh cinta, tapi ini di sekolah. Mereka melanggar peraturan."
Pak Rian menatap Sean. "Kamu ketua osis disini, kamu pasti tahu semua peraturan di sekolah kan?"
"Saya mengaku bersalah pak..." Sean mengangguk sopan. "Saya siap di hukum, Keysa tidak salah." Keysa mencubit lengan Sean, cowok itu pura-pura tidak tahu.
"Dan juga..." Sean menjeda. "Bukannya menyebarkan selebaran di mading dan memberi info di forum tanpa izin juga melanggar peraturan?"
Pak Rian mengangguk membenarkan, Sean tersenyum puas.
"Saya tidak terima anak saya dipermalukan." Resti bersedekap dada. "Saya harap bapak cepat-cepat mengambil tindakan."
"Kita harus mengetahui siapa pelakunya." Yuni membeo. Keysa dan Sean saling tatap.
"Sean, bukannya kita yang bersalah disini?" Keysa berbisik. Sean juga bingung, Yuni dan Resti tidak memarahi mereka karena foto itu. Mereka malah ingin mengetahui siapa pelaku paparazi.
"Di atap gak ada cctv..." Sean berpikir. "Kalau gitu bisa di cek cctv di koridor. Hampir semua mading ada selebaran fotonya."
"Baiklah." Pak Rian setuju.
"Saya juga bersalah pak, hukum saya juga." Keysa menyerahkan diri, dia tidak enakan jika hanya Sean yang di hukum.
"Gak ada hukum-hukuman." Yuni dan Resti menjawab serentak. Pak Rian tercenung, untung saja mereka orang yang berpengaruh di Purmasakti.
Resti Mauren, istri dari pemilik sekolah.
Yuni Elaura, istri dari donatur terbesar sekolah.
Pak Rian bisa apa?
⚫⚫⚫
"Kalian pacaran?" Resti penasaran sedari tadi. Dia baru bisa menanyakan saat mereka sudah keluar dari ruang kepsek.
Keysa menggeleng, tersenyum simpul pada Resti. "Enggak tante."
"Mereka baru pedekate, Res." Yuni menyahut.
"Bunda sama Mama Sean saling kenal?" Keysa menatap bergantian dua wanita paruh baya di sebelahnya.
"Tentu, Rahman rekan bisnis papanya Sean. Kami sering bertemu." Resti mengelus surai hitam Keysa. "Anak kamu cantik ya, Yun."
Yuni tersenyum bangga. "Bundanya cantik, wajar anaknya juga cantik." Yuni teringat sesuatu. "Beberapa hari yang lalu, aku ketemu Sean. Ngobrol banyak. ternyata dia anak kamu."
Yuni menoleh pada Sean, cowok itu tersenyum tipis.
"Kalian cuma pelukan?" Resti menatap Keysa dan Sean bergantian. keduanya mengangguk ragu.
"Yun, aku berharap mereka melakukan lebih. Biar bisa langsung di nikahin. Menurut kamu gimana?" Pertanyaan Resti konyol.
"Kita sepemikiran." Yuni menggandeng lengan Resti. "Kamu mau cucu pertama cewek atau cowok?"
Keysa dan Sean serentak menghentikan langkahnya, Yuni dan Resti membahas topik orang dewasa.
"Sean, kita gak bakal dinikahin kan?"
Sean masih terpelongo. "Gue mau ngasih makan lo pake apa?"
"Kenapa berhenti? Kita makan dulu di kantin." Resti berbalik, sedikit berteriak.
Kantin tampak ramai, karena jam istirahat baru dibunyikan 5 menit yang lalu. Keysa malas diperhatikan orang-orang, Sean tampak tidak peduli.
"Bunda sama Tante mau makan apa? Biar Keysa pesenin." Yuni dan Resti menghentikan acara gosip mereka.
"Terserah." Yuni membeo.
"Iya, terserah Keysa aja." Resti tersenyum simpul.
Terserah itu makanan apa?
"Gue bebas." Bebas itu makanan apa?
"Gue gak nanya lo." Keysa memasang wajah menjengkelkan.
"Sean, temenin Keysa nya." Titah Resti.
Sean berdiri, dia menatap malas Keysa. Cewek itu tampak bodoamat. Keysa berhenti di stand penjual nasi goreng.
"Nasi goreng aja?" Keysa meminta pendapat, Sean menggeleng.
"Lo bilang bebas bambang!"
"Oke bebas."
"Deal, nasi goreng aja?" Sean mengangguk pasrah.
"Sean..." Keysa memangggil. "Kita bakal pura-pura pacaran?"
"Kecilin suara lo, orang-orang ngeliat." Keysa melihat sekitarnya, hampir setengah orang di kantin memperhatikan mereka.
"Sampe kapan?" Keysa mendekat, membisiki Sean.
"Sampe lupa kalo lagi pura-pura." Tatapan Sean datar. Keysa mencerna omongan Sean, dia tidak paham, kepekaannya minim.
"Selesai makan kita keruang cctv." Sean mengganti topik, membuyarkan lamunan Keysa.
▪️▪️▪️
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Alone (Tahap Revisi)
Teen FictionKeysa Aura Lizton, salah satu Most Wanted Girl di SMA Purmasakti. Cewek yang selalu bersama dengan serigalanya, Wildan Reygan. Cowok yang juga dijuluki Most Wanted Boy itu berpotensi membuat Keysa jatuh cinta dan juga berpotensi membuat patah hati. ...