(46) weekend

590 17 5
                                    

Pengap.

Itu yang Keysa rasakan saat ini, ia merasa tidak bisa bernapas.

Ia berpikir, apakah ia telah menemui ajalnya?

Mengapa cepat sekali?

"Keysa belum bahagiain Ayah sama Bunda Ya Allah, Keysa belum dapet jodoh Ya allah."

Itulah yang Keysa pikirkan jika di umur yang semuda ini ia telah mendekati ajalnya.

Ia telah berusaha membuka matanya sedari tadi namun rasa kantuknya tak bisa diajak kompromi.

Samar-samar ia mendengar tawa pelan seseorang.

Apakah Malaikat sedang menertawakannya?

"Bangun Key!"

"Duh aduh aduh, Malaikat jangan sakitin Key dong kan Key anak baik."

"Iya aku tau kalo aku ganteng,"

"Ampe dipanggil Malaikat segala," lanjutnya.

Setelah mendengar suara yang sangat familiar di telinganya itu Keysa langsung membuka matanya.

Sekarang rasa kantuknya benar-benar bisa diajak kompromi.

Ia melihat Sean yang sedang mencubit hidungnya dengan gemas.

"Pantes gue gak bisa napas," Batinnya.

"Lepasin Sean, sakit tau."

"Loh udah bangun ternyata,"

Kemudian Sean melepaskan tangannya dari hidung Keysa.

"Ih sakit,"

"Uhh maaf ya, sini aku elus."

"Ngga!"

"Kenapa?"

"Ya, gamau aja."

"Kenapa dulu?"

"Kok kamu jadi kepoan sih?"

"Emang iya?" Tanya nya kembali.

"Kok balik nanya?"

"Gak boleh? Hak asasi manusia dong."

"Nyebelin!" Keysa mengerucutkan bibirnya.

"Bisa gak?"

"Apa?"

"Gak usah imut gitu."

"Gak! Udah dari lahir," balasnya nyolot.

"Kok ngegas sih."

Sean kembali mencubit hidung dan pipi Keysa hingga hidung dan pipinya memerah.

"Sean!"

Keysa beranjak dari rebahan morning nya dan membalas mencubiti Sean, dimulai dari hidung, pipi, tangan, hingga perut Sean.

Bahkan Keysa juga menjambak rambut Sean.

Bukannya mengaduh kesakitan, Sean malah tertawa terbahak-bahak.

"Gak ada tenaga ya kamu pagi-pagi begini?" Gelaknya.

Keysa kembali menekukkan wajahnya.

"Males ah sama kamu,"

Sean mengelus rambut Keysa yang masih acak-acakan, "Yaudah mandi sana kebo."

"Enak aja kebo, masih pagian juga."

"Mandi Key, kita hari ini bakal holiday ke pantai."

"Really?!!"

Anggukan kepala menjadi jawaban pasti Sean.

"Yaudah aku mau siap-siap."

"Jangan lama-lama nanti macet."

Love Alone (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang