(9) ....

1.2K 52 6
                                    

Wildan mengikuti Keysa, dia tidak mau pulang. "Gue mau ngomong." Tidak di hiraukan oleh Keysa, dia memasuki kamarnya. Wildan masih mengikuti.

Keysa duduk di sofa yang ada di kamar. "Duduk." Titahnya.

"Ngomong apa?" Keysa menoleh, menatap Wildan yang ragu-ragu bicara.

"Tentang Reno."

"Oke, jelasin." Keysa memberi ruang untuk Wildan menjelaskan.

"Jadi gini..." belum sempat Wildan menjelaskan, ponselnya berbunyi. "Sebentar."

"Iya Elsa, ada apa sayang?" Keysa menghelakan napasnya kasar, dia beranjak dari sofa menuju balkon.

"Oke aku kesana sekarang."

Keysa menoleh, Wildan belum menjelaskan apapun. Sekarang sudah mau pergi?

"Key lain kali gue jelasin, Elsa minta di jemput." Wildan beranjak dari sofa, dia menghampiri Keysa di balkon.

"Gak usah..." Keysa menolah. "Key gak penasaran." Cewek itu membuang buka, enggan menatap Wildan.

Salahkah Keysa cemburu?

"Key..." Lirih Wildan, dia menyorot manik mata Keysa yang tidak menoleh kearahnya sedikit pun.

"Gak bisa tetep disini aja?" Keysa mengatakannya, baru kali ini dia mengutarakan isi hatinya.

"Gue.." Wildan menimang-nimang. "Gue janji bakal jelasin nanti."

Bukan itu maksud Keysa, dia hanya ingin Wildan menemaninya.

"Pergi aja." Wildan mengangguk lemah, masih menatap Keysa kemudian berlalu pergi.

⚫⚫⚫

"Woi ngelamun aja lo, ayo latihan." Alfen menepuk bahu Sean. Jarang-jarang cowok itu melamun.

"Iya." Sean mengangguk. Dia berdiri, menuju lapangan basket yang ada di halaman belakang rumah Alfen.

Alfen adalah sahabat baik Sean sedari mereka pertama kali menginjakkan kaki di SMA purmasakti, tidak hanya Alfen, ada juga Nando dan Bastian.

Nando dan Bastian sudah bermain lebih dulu. "Lama banget lo berdua, ngapain aja?" Bastian menoleh sebentar.

"Boker kali, cebok-cebok an." Alfen menatap tajam Nando, ucapan temannya terlalu jorok.

"Abis bikin 1000 candi." Sean mengambil alih bola yang ada di tangan Bastian.

"Gimana dia bisa becanda dengan muka datar gitu?" Bastian terpelongo, masih tidak habis pikir dengan sikap dingin Sean.

"Kayak baru kenal sehari dua hari aja lo sama dia." Alfen menjitak jidat Bastian tanpa sebab, Nando juga ikutan menjitak Bastian, cowok itu menggeram kesal.

"Bangsat lo berdua!"

⚫⚫⚫



Ketiga sahabat Keysa sedang berada di kamarnya, biasa. Ngerumpi.

"Kalian mesti tau kalo gue udah chatan sama Alfen." Asa memulai obrolan, pipinya merah merona.

"Sukses?" Mereka menatap penasaran.

"Ya dia cuek sih." Asa menjadi murung. "Tapi gue bakal berusaha lagi kok."

"Eh iya." Putri teringat sesuatu. "Sekolah kita kan ada tanding basket minggu depan."

"Gue wajib nonton!" Asa antusias. "Kalian temenin gue ya." Dia menatap memohon pada teman-temannya. Ana dan Putri mengangguk setuju, Keysa terdiam.

"Kalian bertiga aja ya." Keysa berkata hati-hati. Ketiga sahabatnya menolah.

"Kenapa?" Tanya ketiganya serentak.

"Males aja..." Keysa tersenyum canggung. "Males dengerin teriakan alay kalian." Ketiganya menatap tajam Keysa, merasa tidak terima.

Keysa menegang. Ketiga sahabatnya tersinggung, Dia menimang-nimang. "Oke deh oke."

Asa menghelakan napasnya lega. "Btw, lo masih deket sama Sean?"

Seketika perut Keysa mual, topik Asa sangat tidak berfaedah, dia sendiri masih kesal dengan Sean.

"Ceritain." Usul Putri, Keysa mengangguk. Dia bercerita. dimulai dari rooftop sampai kejadian pulang sekolah tadi.

"Kok Sean kek bunglon!" Asa tersulut emosi. Putri mengangguk setuju, "bedanya, kalo bunglon berubah warna. Kalo Sean berubah sikap."

"Jangan-jangan dia punya kepribadian ganda." Ana bergidik ngeri.

"Gue kesel aja. Gue pokoknya gak bakal mau percaya sama dia." Keysa tersenyum miring.

"Lo suka sama Sean?" Pertanyaan Ana membuat Keysa bergidik malas.

"Enggak." Keysa menjawab lempeng

"Jadi lo masih stuck di kak Wildan?" Putri ikut mengintrogasi Keysa.

"Gue yakin hubungan lo sama kak Wildan lagi gak baik. Kabarnya dia jadian sama kakak kelas, lo tahu?" Keysa mengangguk, Asa juga benar hubungannya dengan Wildan sedang tidak baik.

"Kak Wildan nyuruh gue jauhin Reno..." Keysa menatap sahabatnya satu persatu. "dan gue belum tau alasannya apa."

"Menurut lo dia gak punya perasaan lebih ke lo?" Keysa menggeleng yakin, itu mustahil.

"Dia khawatir bukan karena cemburu, tapi dari cara dia ngomong kayak seakan-akan gue perlu dilindungi dari cowok kayak Reno, gue gak tau ada apa sama Reno, tapi yang gue tau mereka satu komplek."  Keysa kembali menjelaskan.

Cih. Ana berdesis. "Reno kelihatan cowok baik-baik kok." Dia tidak terima.

"Jangan liat orang dari covernya Na." Mereka mengangguk, membenarkan ucapan Asa.

"Lo gak nanya apa alasannya?" Ana mengganti topik.

"Belum..." Keysa menggeleng. "Pas dia mau cerita pacarnya nelpon minta dijemput" Keysa tersenyum miring.

"Wah bener-bener..." Putri menggeleng tidak percaya. "Biasanya juga dia lebih mentintin lo Key."

"Miris banget kan?" Keysa memproutkan bibirnya, menatap lesu sahabatnya.

"Tapi lo juga harus ngertiin, sekarang dia punya seseorang yang penting selain lo. Anggap aja lo berbagi." Asa menyeruput jus yang sempat Keysa buatkan tadi.

Keysa mengangguk mengerti, tapi hatinya sakit.

"Gue lagi kesel sama latief." Giliran Putri yang bercerita, mengutarakan rasa kesal terhadap pacarnya. Ketiga sahabatnya menatap serius. "Dia online tapi gak bales chat..."

"Gitu doang? Mati aja lo." Asa menggeleng tidak percaya, itu hal sepele.

"Tapi dia berubah, Asa."

"Jadi apa? Spiderman?" Keysa tidak menanggapi serius Putri, pasalnya sahabatnya yang satu itu kekanakan.

"Mungkin wa nya online tapi orangnya mati." Ucapan Ana dihadiahi tatapan tajam Putri.

"Positive thinking aja dulu put, tanyain aja sama dia langsung. Mungkin punya kesibukan lain, lo jangan salah paham dulu. Sekali-kali lo ngalah, bertindak dewasa. Lo juga butuh dia kan? Gak usah tunggu dia nyari lo dulu." Asa mulai memberi saran yang serius.

"Bener kata Asa..." Keysa menepuk bahu Putri pelan. "Selama ini Latief yang selalu ngalah. Kalo lo egois terus, hubungan kalian gak akan bertahan lama, gue jamin."

"Gue no komen, tapi gue setuju sama apa yang diucapin Asa dan Keysa." -Ana

Putri mencerna ucapan sahabatnya. "Besok gue coba tanya." Putri tersenyum simpul, tanpa sahabatnya mungkin dia akan jadi cewek yang selalu egois.

▪️▪️▪️

Love Alone (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang