(15) Kesepakatan

1.1K 58 18
                                    

"Kenapa lo berbuat sejauh ini hah?! Lo seneng ngeliat Elsa dikeluarin dari sekolah? Otak lo dimana Keysa, cuma karena masalah sepele gitu lo lebih permaluin Elsa depan semua orang?"

Wildan murka, dia melemparkan semua kesalahan pada Keysa, dia terus memaki Keysa tanpa memberi celah cewek itu untuk menjelaskan.

"Sesuka itu lo sama gue? Sesayang itu lo sama gue sampe lo balas dendam sama Elsa? Elsa udah ngakuin kesalahanya, dia udah minta maaf. tapi lo nyuruh bokap lo buat ngeluarin dia dari sekolah? Kelakuan lo gak ngebuat gue bakal suka sama lo Key!"

Bulir air mata jatuh ke pipi Keysa, hatinya terluka, Wildan salah paham.

Keysa menatap manik mata Wildan. "Iya gue puas! Gue puas banget! Sekarang lo pergi! Pergi!" Wildan menatap tajam sebelum berlalu pergi dari halaman belakang sekolah.

⚫⚫⚫

Besoknya.

Dret...

Ayah💙

Pulang nanti ayah yang jemput.

Keysa menghelakan nafasnya kasar.

"Jadi lo bener- bener gak bisa bujuk Ayah lo buat gak ngeluarin Elsa?" Ana bertanya diwaktu yang tidak tepat, karena Keysa sedang malas bicara.

"Untuk saat ini gak bisa, tapi nanti gue coba lagi." Keysa menjawab seadanya. Dia akan mencobanya, tidak mau orang-orang salah paham Keysa main koneksi.

Di lapangan basket.

"Temennya cewek lo gangguin gue mulu." Alfen mengeluh pada Sean, yang dimaksud cewek Sean adalah Keysa. Sean tidak peduli, dia meneguk minum sampai habis.

Kehausan.

"Ada juga yang mau sama lo, Fen?" Alfen melemparkan baju kotornya kemuka Bastian.

"Bau asem." Wajar saja, keringatnya menempel semua di baju olahraga.

"Ganggu gimana maksud lo?" Hanya Nando yang paling normal dan waras diantara mereka.

"Dia spam gue terus, ngirim pesan gak berfaedah. Selamat pagi Alfen, selamat siang Alfen, selamat sore Alfen, Selamat malam Alfen." Alfen bergidik malas.

"Lebih ramah dari mbak-mbak indomart." Ujar Bastian asal. "Temennya yang mana?"

"Raisa."

Bastian kicep, "dia cantik lho."

Alfen mengangguk, ucapan Bastian fakta. "Cantik sih tapi gue risih aja, dimana-mana kan ngejer itu cowok bukan cewek."

"Jangan sia-siain cewek yang rela berjuang demi lo, Fen." Nando memberi saran.

"Ogah gue kalo sama dia, gak ada feminim-feminim nya."

"Jangan sok nolak, pamali. Nanti kebalikan lo yang bucinin dia." -Bastian

"Amit-amit."

"Alfen." Seorang cewek memanggil Alfen dari pinggir lapangan.

"Baru aja di omongin udah nongol." -Nando

Asa berlari kecil menghampiri Alfen, memberikan sebotol air putih.

"Gue gak haus." Alfen menjawab ketus, untung saja Asa tidak mudah tersinggung, kalau cewek lain mungkin sudah berlari karena malu.

"Gak gue racunin kok."

"Siapa yang tahu." Alfen masih enggan mengambil botol minum yang Asa julurkan.

"Gak mungkin gue racunin cowok yang gue suka." Asa tersenyum sumringan, mengabaikan tangannya yang pegal.

"Lo gak boleh ngomong spontan gitu sambil senyum, gue deg-deg an." Dengan berat hati Alfen mengambil botol minum yang Asa berikan.

"Lo udah suka sama gue?" Asa tidak bisa menyembunyian rasa antuasiasme-nya.

"Gak." Alfen menggeleng. "Senyum lo horor, gue merinding liatnya."

Miris.

⚫⚫⚫

Rahman sudah menunggu Keysa di depan sekolah, Keysa tersenyum tipis.


"Udah lama Ayah nunggu?" Rahman menggeleng, dia mengelus surai hitam putrinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah lama Ayah nunggu?" Rahman menggeleng, dia mengelus surai hitam putrinya.

"Sebelum pulang kita makan siang dulu." Rahman memutar mobilnya menuju restoran yang sudah dia reservasi tadi.

Rahman memesan ruangan pribadi, karena mereka tidak hanya berdua. Rahman memarkirkan mobilnya, kebetulan disana sudah ada mobil kenalannya.

"Seno." Panggil Rahman, Seno menoleh. Sean juga ikut bersama Seno.

"Lama, Lo." Rahman terkekeh, mereka berjalan duluan, anaknya mengikuti di belakang.

"Padahal gue pengen rebahan." Keysa menunduk lesu menatap lantai.

Ide terlintas di otak Keysa, dia menarik lengan baju Sean, cowok itu menoleh.

"Bantuin gue bujuk Ayah sama Om Seno buat gak jadi ngeluarin Elsa." Keysa berbisik dengan sangat pelan. Sean mengangguk, padahal dia tidak tahu mau membantu bagaimana.

"Ayah..." Keysa menatap Rahman. "Om Seno." Kemudian menatap Seno.

"Mau minta untuk batalin ngeluarin Elsa dari sekolah?" Gelagat Keysa bisa Rahman baca. Keysa mengangguk ragu.

"Keysa cuma gak mau yang lain mikir mentang-mentang Ayah orang yang berpengaruh di sekolah, dan Om Seno yang punya sekolah. Keysa sama Sean bisa seenaknya perlakuin orang lain. Terlalu berlebihan ngeluarin Elsa dari sekolah." Keysa menunduk, dia takut pendapatnya tidak diterima Rahman dan Seno.

"Gimana menurut kamu Sean?" Seno meminta pendapat putranya.

"Sebenarnya Sean gak terlalu peduli sama masalah ini, karena gak berdampak apapun buat Sean." Sean menoleh sebentar pada Keysa. "Tapi Sean peduli sama Keysa, di kejadian itu cuma Keysa yang dibebani, sebagian cewek di sekolah gak suka Keysa dekat sama Sean."

Jeda. "Karena Sean terlalu ganteng." Perut Sean keram, dia sudah terlalu banyak berbicara.

"Jadi gimana Sen?" Rahman mengajak Seno berdiskusi.

"Gue bebas."Seno kehilangan fokus dia kelaparan, pesanan mereka belum datang padahal ruangan mereka VIP. "Lagian gue cuma have fun aja kok di sekolah anak-anak."

Jeda. "Gue kira lo gak berani sendirian, makanya gue temenin." Seno mengejek Rahman yang mendelik malas.

"Ayah punya syarat." Rahman menatap serius Keysa. "Kamu harus peringkat pertama dikelas, Ayah malu kamu dibawah 10 besar." Bukan Rahman yang malu, Keysa malu karena Sean hampir menertawakan dia. "Kalo kamu janji bakal berusaha buat jadi peringkat pertama dan lebih rajin belajar, Ayah bakal telpon pak Rian buat gak jadi ngeluarian Elsa, gimana?"

"Deal!!!" Keysa setuju. Sebelum dia merutuki kebodohannya.

Peringkat pertama? Keysa mati saja.

"Dan kalo kamu gak peringkat pertama..." Keysa menelan ludah. "Ayah akan memblokir semua universitas untuk Elsa, dia gak akan di terima di universitas manapun." Ancam Rahman.

Keysa tercenung, nasib hidup seseorang ada di tangannya.

▪️▪️▪️

Love Alone (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang