(20) Gio kepo

1.1K 56 21
                                    

Jangan lupa Vote and Comment nya.

⚫⚫⚫

"Sean gak sarapan." Sean menyalimi kedua orang tuanya.

"Ini masih pagi banget lho." Ujar Resti.

Sean mengambil tasnya di kursi, "Mau kerumah Keysa dulu."

Resti tersenyum samar, begitupun dengan Seno.

"Bawa mobil aja, gerimis." Titah Seno.

"Cuma gerimis, Pa. Sean bawa motor aja."

"Nanti menantu Mama demam gimana?" Resti menghawatirkan Keysa yang sudah dia anggap menantu, padahal Sean tidak berpacaran dengan Keysa.

"Bawa mobil aja Sean, kamu mau Keysa demam?" Kali ini Seno yang membujuk.

"Gak mau sih." Sean menuju kamarnya untuk mengambil kunci mobil.

Resti dan Seno hampir tertawa mendengarnya.

▪️▪️▪️

"Sekarang kan udah ada Gio, kalian bawa mobil aja." Ujar Yuni yang sedang memasak di dapur. "Biar Juna yang dianterin Pak Dadang, Ayah belakangan ini sibuk banget soalnya."

"Beneran Bunda?" Keysa menghampiri Yuni, membantu wanita paruh baya itu memasak. Hari ini dia bangun lebih cepat.

Yuni mengangguk, "tapi Gio aja yang bawa, Ayah gak bakal ngizinin kalo kamu yang bawa."

Keysa menghelekan napas berat, "Yaudah deh gakpapa."

"Kalo gitu Gio keluarin mobil dulu dari bagasi, mau di panasin."  Lalu Gio menghampiri Keysa menanyakan dimana kunci mobil.

Setelah membantu Yuni memasak, Keysa membuat susu putih hangat untuk dirinya sendiri.

"Panggil Gio Key, sarapannya udah jadi. Bunda bangunin Juna dulu." Yuni berlalu pergi tanpa menunggu jawaban dari putrinya.

"Gio!!!" Pekikan Keysa kian menyaring, mungkin tetangga sebelah bisa dengar. "Sarapan dul---" Keysa berkedip dua kali.

Gio sedang berhadapan dengan seorang cowok yang memiliki mata tajam, siapa lagi kalau bukan Sean Aldino? Sean datang dengan membawa mobil, Keysa sangat tahu merk nya, Lamborghini Sesto Elemento.

"Mobil baru?" Keysa menatap takjub mobil Sean.

"Dia siapa?" Tunjuk Sean pada Gio, dia mengabaikan pertanyaan Keysa.

"Pacar Aura." Jawab Gio asal. Dia nyengir lebar kearah Keysa, membuat cewek itu menatap tajam Gio.

Keysa mendekati Gio, menjewer kedua telinga Gio sehingga si empunya meringis kesakitan.

"Sakit Ra, ampun dah ampun." Gio meminta ampun.

"Pacar apaan hahhh," Keysa masih belum mau melepaskan tangannya dari telinga Gio.

"Berhenti." Sean yang berbicara, cowok itu menatap tajam Keysa dan Gio bergantian, keduanya sampai menelan ludah.

Akhirnya Keysa menuruti Sean, "gue belum puas."

"Lo berangkat sekolah bareng gue." Ucapan Sean adalah perintah.

"Aura berangkat bareng gue lah!"

Keysa berkedip dua kali, "kenapa gak nelpon dulu?" Biasanya Sean kalau ingin menjemputnya pasti mengabari terlebih dulu.

"Gak aktif."

Keysa mengingat-ngingat, ternyata dia lupa charger semalam.

"Sorry, hp gue mati." Keysa nyengir lebar.

"Dia siapa lo?" Sean masih penasaran dengan cowok yang mengaku-ngaku pacar Keysa.

"Sepupu." -Keysa

"Pacar." -Gio

Keysa menghelakan napas panjang, sekali lagi Gio berkata itu dipastikan Keysa akan kehilangan kesabaran.

"Dia sepupu gue, dia pindahan dari Bandung." Keysa mengenalkan Gio pada Sean, cowok itu hanya mengangguk dan merasa lega.

"Dia bakal sekolah di Purmasakti, dia berangkat bareng gue." Ujar Keysa merasa tidak enakan pada Sean, sedangkan Gio tersenyum puas.

"Lo bisa bawa mobil kan?" Sean menatap dingin Gio.

"Bisa lah!" Gio menjawab dengan sewot.

"Keysa sama gue, lo ikutin mobil gue dari belakang."

"Gak bisa gitu!" Gio tidak terima dengan keputusan Sean, dia menarik tangan kiri Keysa. "Dia sepupu gue, lo siapa?"

Sean tidak mau kalah, dia menarik tangan kanan Keysa, Keysa khawatir setelah ini badannya terbelah menjadi dua.

"Dia..." Sean berpikir sejenak. "Calon.."

"Calon apa hah?" Gio memotong ucapan Sean yang belum selesai.

"CALON IBU DARI ANAK-ANAK GUE NANTI!" Nada suara Sean naik 1 oktaf, atau bahkan 5 oktaf.

Blush. Pipi Keysa memerah.

"Yaudah kalo gitu, gue calon uncle anak kalian nanti." Gio melepaskan tangan kiri Keysa, "sana lo!"

⚫⚫⚫

Banyak pasang mata yang melihat kearah dua mobil mewah yang baru memasuki pekarangan sekolah. Tak sedikit yang berhenti untuk melihat siapa yang mengendarai mobil tersebut.

"Ini alasan gue males buat bawa mobil." Sean berdecak, menatap malas orang-orang yang melihat kedatangan mereka.

"Terus kenapa dibawa?"

"Gerimis."

"Lo khawatir sama gue?"

"Mama sama Papa yang khawatir."

Keysa memproutkan bibirnya.

"Gak mau turun?"

Keysa menatap ke luar, mereka sudah sampai di parkiran mobil sekolah.

"Iya." Keysa langsung turun dari mobil Sean.

Tak lama Gio juga turun dari mobil dengan gaya sok cool, untung emang cool.

Mata beberapa siswi hampir keluar dari pelupuk matanya karena terpana dengan Gio. Gio tersenyum manis kearah mereka, membuat cewek-cewek itu berteriak histeris.

"Narsis." Sindir Sean yang baru saja turun dari mobil.

"Sirik bilang." Gio balas menyindir.

"Aura, temenin gue ke ruang kepsek." Gio menghampiri Keysa.

"Sama Sean aja.." Keysa menunjuk Sean. "Gue lupa bikin PR, mau nyontek dulu." Keysa langsung berlari tanpa menghiraukan Gio yang berteriak memanggil namanya.

Sean mundur pelan-pelan, berharap Gio tidak menyadarinya, dia malas jika harus keruang kepsek, jaraknya cukup jauh. Maklum, Purmasakti sangat luas.

"Sean ganteng..." Gio tersenyum sumringah, membuat Sean menatapnya jijik. "Walaupun gantengan gue, antering dong."

"Sendirian aja." Sean masih mundur pelan-pelan, Gio tersenyum picik lalu mendekatkan dirinya pada Sean.

"Anterin atau gue cium lo." Gio memanyunkan bibirnya kearah sean.

"Oke gue anterin oke!" Sean melangkah duluan, meninggalkan gio di belakang.

"Tungguin!" Pekik Gio.

"Sean, lo suka sama Keysa?" Mereka beriringan menuju ruang kepsek.

"Kasih gue alasan kenapa gue harus jawab pertanyaan lo?"

"Penasaran aja."

"Jadi gue gak punya alasan buat jawab pertanyaan lo." Sean menoleh sebentar kearah Gio. "Udah sampe, gue duluan." Sean membalikan badannya menuju kelasnya.

▪️▪️▪️

Love Alone (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang