(13) Kekecewaan

1.1K 70 12
                                    

Jangan lupa vote and comment

⚫⚫⚫


Keysa membelalakan matanya tidak percaya dengan apa yang dia lihat di ruang cctv. bagaimana seseorang yang terlihat baik dan lugu bisa seperti itu? Hell, no. Keysa sangat membenci orang-orang yang memakai topeng agar terlihat baik, tetapi di dalamnya? Busuk.

"Gue gak nyangka." Keysa menutup mulut dengan sebelah tangannya. Sean tersenyum miring.

▪️▪️▪️

Besoknya.

Keysa tidak memberi tahu ketiga sahabatnya, dia takut mereka akan mengamuki orang itu. Dia tidak mau menambah masalah sahabatnya sendiri.

"Kemana Key?" Sean keluar kelas bersama Nando. Keysa menoleh, mereka berjalan sejajar.

"Nemuin orang itu." Mood Keysa belum membaik dari kemarin, bahkan dia susah tidur.

"Sendirian?" Keysa mengangguk. "Gue temenin."

Nando berkedip dua kali, dia di abaikan. "Sean, lo ninggalin gue?" Sean berlalu saja, menganggap Nando makhluk astral. "Sean udah bucin."

Keysa menemukan orang itu di kantin, tidak mau membuang waktu, dia menghampiri orang itu disusul Sean di belakangnya.

Keysa menggebrak meja, membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Lagi-lagi Keysa menjadi pusat perhatian.

"Key, kenapa?" Wildan menatap heran. Keysa tidak menoleh kearahnya, melainkan kepada cewek di depannya.

Elsa, pelakunya.

"Elsa." Keysa menyebut nama itu dengan sudut bibir yang bergetar. "Maksud lo apa?" cewek itu mengabaikan pertanyaan Wildan, dia enggan memanggil dengan embel-embel kak.

Elsa menautkan alisnya bingung. "Harusnya gue yang nanya, maksud lo apa sampe gebrak meja segala?" cewek ini benar-benar memuakan.

"Hebat, lo." Keysa tersenyum miring.

"Keysa." Wildan memanggil. "Jangan aneh-aneh."

"Gue bener-bener gak percaya pacar kak Wildan  ngelakuin hal gak berfaedah."

"Keysa!" Wildan membentak. Keysa sudah terbiasa dengan bentakan Wildan, cewek itu tidak menatap Wildan sedikitpun.

"Kita bicarain di tempat lain, disini diliatin." Sean memegang lengan Keysa.

"Biarin, biar semua orang tau kelakuan dia."

"Key, nurut sama gue." Sean menekankan setiap kata yang diucapkannya.

Akhirnya Keysa mengangguk, "gue tunggu di atap sekolah." Dia berlalu diikuti Sean.

"Key bisa gak, gak usah kekanakan." Wildan menatap penuh harap pada Keysa. "Gue tau lo baru kena masalah, emosi lo gak stabil."

"Iya." Keysa mengangguk. "Karena dia." Cewek itu menunjuk Elsa.

"Maksud lo?" Wildan tidak mengerti, Keysa mengabaiakannya.

"Motif lo apa motoin gue terus nyebarin di mading dan forum sekolah?" Telak. Elsa meneguk ludah, dia sudah ketahuan.

"Atas dasar apa lo nuduh pacar gue?"  Wildan yang merespon.

Sean merogoh saku celananya, mengambil ponsel. Memperlihatkan salinan cctv di koridor, disana jelas Elsa yang memasang selebaran di mading. "Gue udah lacak email yang nyebarin di forum, itu email dia." Sean menatap datar Elsa.

Wildan menatap tidak percaya. "Jelasin." Tatapannya dingin dan menusuk.

Tidak ada rasa bersalah di dalam diri Elsa. "Ah, itu. Emang gue." dia menatap Keysa dengan sorot mata benci.

Wildan mengacak rambutnya sendiri, dia prustasi.

"Gue benci sama lo." Keysa tertawa hambar mendengar pengakuan Elsa. "Gue muak denger cerita Wildan, semuanya tentang lo. Dia mementingkan lo diatas segalanya." Elsa menatap Wildan dalam. "Wajar kan aku cemburu?" Wildan terdiam.

"Lo ngerasa gue jadi penghalang di hubungan kalian?" Elsa mendengarkan. "Lo harusnya seneng dong sekarang hubungan gue sama kak Wildan udah renggang..."

Jeda. "Kak Wildan milik lo seutuhnya sekarang. Jadi kenapa lo masih mau jatuhin gue? Belum puas?"  Keysa mendekat menyorot tajam mata Elsa. "Lo yang udah rebut dia dari gue!"  Keysa mengutarakan isi hatinya, tidak mau di tutupi lagi.

Wildan tertohok, Elsa menatap Keysa sinis, sedangkan Sean menjadi penonton.

"El." Wildan memanggil Elsa lirih. "Aku kecewa sama kamu, kalo kamu emang kesel dan gak suka kamu bisa omongin baik-baik ke aku, kamu boleh marah ke aku. Tapi..." Dia membuang muka. "Jangan lampiasin ke Keysa, dia gak salah."

"Kalo aku ngomong ke kamu, kamu bisa jauhin dia demi aku?" Elsa tersenyum miring, menatap remeh Keysa.

Wildan menelan ludahnya susah payah, pertanyaan Elsa susah untuk di jawab. "Enggak kalo untuk jauhin, tapi aku bisa perbaikin. Aku bakal lebih ngertiin dan ngutamain kamu."

Elsa melunak, dia menatap manik mata kecoklatan Wildan, cowok itu tulus mengatakannya. Mengabaikan Keysa yang meyorot mata terluka.

"Lo gak nyadar ya sama ucapan Keysa tadi?" Kali ini Sean yang berbicara.

"Maksud lo?" Wildan tidak mengerti, kepekaannya minus.

"Lo yang udah rebut dia dari gue.." Sean mengingat perkataan Keysa tadi. "Lo gak peka?"

Keysa menarik lengan Sean. "Sean, kita pergi aja." Sean enggan menghiraukan Keysa.

"Keysa suka sama lo. Dia ngerasa atensi lo bukan ke dia lagi, dia kehilangan lo." Keysa terdiam, ucapan Sean tidak salah. "Dia rela ngorbanin perasaannya demi kebahagiaan lo."

"Key..." Wildan menatap, meminta penjelasan.

Keysa menghelekan napasnya, berat untuk mengatakannya. Apalagi ada Elsa.

"Kita selesain hari ini juga." Keysa menatap Sean, cowok itu mengangguk, dia mengusap lengan Keysa menenangkan.

"Keysa emang suka sama kak Wildan dari lama..." keysa mengakui. "Key cemburu, kak Wildan bisa suka sama cewek yang baru kak Wildan kenal, bahkan gak ada apa-apanya sama Key yang udah kenal kak Wildan lama."

"Rasa suka gak bisa ditafsirkan dari seberapa lamanya kenal." Elsa menyahut.

Keysa tersenyum samar, dia membenarkan ucapan Elsa dalam hati.

"Key, gue pernah mikir. Kalo gue macarin lo, gue takut suatu saat kita putus dan saling jauh." Wildan berkata jujur. "Gue takut kehilangan lo."

"Kalo gak suka, bilang gak suka..." Keysa menatap datar Wildan. "Gak usah pake alasan takut putus, takut kehilangan buat jadi kalimat penenang."

Jeda. "Orang yang jatuh cinta gak bakal mikir apa akibatnya."

Elsa tercenung. Kini dia merasa bersalah, dia membenci Keysa karena Wildan lebih selalu membahas cewek itu, tapi setelah Keysa mengutarakan isi hatinya, dia tahu Keysa jauh lebih terluka.

"Gue minta maaf." Atensi Keysa, Wildan, dan Sean tertuju pada Elsa. "Gue gak membenarkan kelakuan gue, tolong maafin gue Key." Elsa tulus mengatakannya.

"Oke dimaafin." Keysa tersenyum simpul.

Heh semudah itu?

▪️▪️▪️

Love Alone (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang