(43) Late

1.1K 39 21
                                    

"Gue liat keadaan Tasya dulu."

Keysa mengangguk menanggapi ucapan Sean, dan Tasya yang mendengar itu langsung bergegas menuju tempat tidurnya.

Setelah mendengar penjelasan dari Sean, entah mengapa hatinya kini mengikhlaskan Sean. Jika dengan bersama Sean, Tasya akan baik-baik saja. Mungkin itu jalan terbaik untuk keduanya.

"Sean," ujar Keysa menghentikan pergerakan Sean membuka pintu ruangan.

Sean membalikan badannya dan menatap Keysa.

"Mungkin menurut lo gue dan Tasya sama, tapi kalau lo sadarin lagi, kita berdua beda," ujar Keysa diakhiri dengan senyumannya.

Sean masih terdiam menunggu kelanjutan ucapan Keysa.

"Yang gue lihat, dia tulus sama lo. Dan, lo sayang Tasya kan?"

Sean tertegun, ia bingung ingin mengatakan apa, jika dibilang tak sayang tak mungkin ia bertahan hanya karena penyakit Tasya.

Sean memilih tak menjawab pertanyaan Keysa.

"Gue masuk dulu."

Terlihat Tasya yang masih berbaring dengan mata memejam, Sean pikir Tasya belum sadarkan diri sedari tadi. Namun kenyataannya terbalik, Tasya mendengar ucapan mereka dibalik pintu dan kembali membaringkan dirinya.

Sean duduk di sebelah ranjang tempat Tasya di rawat, ia mengelus tangan Tasya dengan lembut.

"Sean?" Lirih Tasya sembari menggenggam erat tangan Sean.

"Kamu udah sadar?"

Tasya mengangguk menanggapinya.

"Aku panggilin dokter ya", Sean beranjak dari tempat duduknya namun ditahan oleh Tasya.

"Aku mau ngomong sama kamu."

Sean membantu Tasya untuk duduk dengan pelan-pelan.

Setelah Sean kembali duduk, ia menatap Tasya dengan penuh tanya.

"Ada apa Sya?" Tanya Sean akhirnya.

"Sean, aku ga tau mau ngomong darimana. Aku udah mikirin ini, dan aku ikhlas kalo misalnya kamu mau kembali lagi sama Keysa."

Hari ini Sean dibuat bingung oleh dua gadis sekaligus.

"Maksud kamu ngomong gitu apa Sya?"

Tasya tersenyum menanggapinya, setelah itu ia menarik napasnya pelan.

"Aku sadar, aku gabisa nahan kamu untuk tetep terus sama aku. Dari awal aku tau kalo perasaan kamu ke aku cuma sebatas rasa simpati, tapi aku dengan bodohnya nepis pikiran itu," Tasya terkekeh pelan merutuki kisah cintanya.

"Dan sekarang, aku mau coba hidup tanpa adanya Sean Aldino yang nemenin aku. Aku- aku pikir Papa Rudi udah cukup buat alasan aku untuk tetep jalanin hidup."

Tasya menangis tak bersuara, memang sakit, melepas Sean yang dicintainya.

"Sya" lirih Sean, sesak rasanya mendengar Tasya mengatakan hal seperti itu. Entah mengapa stengah hatinya menolak perkataan Tasya barusan, namun setengah hatinya lega.

"Aku gapapa Sean. Dan, Hari ini---,"

Tasya kembali menarik napasnya pelan, "Tasya Avina ngelepas Sean Aldino" ujarnya disertai dengan senyuman.

Tanpa disangka, Sean memeluk Tasya dengan erat, hati Sean dibuat bingung saat ini.

Antara memperjuangkan Keysa, atau Tasya. Siapa?

"Aku mau ngomong berdua sama Keysa, boleh?"

"Kamu yakin?"

Tasya mengangguk pelan.

Love Alone (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang