3.LMLY (menerima)

133K 7.6K 57
                                    

Hari ini adalah hari pertama Faizha mengikuti Ujian Nasional. Semalam dia telah mempersiapkan semuanya. Perlu di catat. Walaupun Faizha Nakal atau badgirl, Faizha tidak pernah meremehkan pendidikan. Faizha selalu menomor satukan pendidikan.
Terbukti dari selama bersekolah Faizha tidak pernah keluar dari tiga besar.

"Kamu dah belajar zha?" Tanya Amel.

"Hemm--" jawab singkat Faizha dengan deheman.

"Kamu ini Zha di tanya jawab yang bener coba." Amel mengoyangkan tubuh Faizha yang sedikit lemas tidak bersemangat.

"Kamu kenapa zha?" Tanya Amel yang melihat raut sedih dari wajah Faizha, tidak biasanya Faizha begitu biasanya dirinya selalu bersemangat.

"Nggak mel, nggak apa-apa," jawab Faizha berbohong, jelas Faizha berbohong. Di lihat dari wajahnya saja Faizha terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Kamu bohong kan sama aku?" Tanya Amel tak percaya, Amel menatap lekat  wajah Faizha, menelisik jawaban di sana.

Faizha hanya menggeleng lesu.

"Kita sahabatan dah lama zha. Aku tau ada yang sedang kamu pikirin. Cerita sama aku zha. Apa kamu nggak percaya kalo cerita sama aku, kita ini Sahabat nggak perlu ada yang di tutup-tutupin, buat apa punya sahabat tapi kalo ada masalah di pendam sendiri." Amel memegang bahu Faizha, Amel terus menatap Faizha, sedangkan Faizha hanya tertunduk lesu.

"Mel," ucap Faizha lirih sambil mengangkat wajahnya menatap Amel. Terlihat jelas kristal-kristal di mata Faizha.

"Mell, aku nggak mau--Abi mau jodohin aku. Aku nggak mau" Air mata Faizha mulai menggenang di pelupuk mata Faizha. Sedangkan Bibir Faizha bergetar.

"Apa!" Pekik Amel tidak percaya.

"Iya mel, aku mau di jodohin sama anak temanya abi Aku nggak mau." Faizha mulai menampakan wajah sedihnya. Air mata sudah jatuh setetes demi setetes dari mata Faizha. Isakan lirihpun terdengar dari bibir merah muda Faizha.

"Emm--sabar ya Zha, mungkin itu yang terbaik buat kamu zha," ucap Amel sambil mengahapus air mata yang terus keluar dari mata Faizha dengan mengunakan tangannya.

Seketika Faizha memikirkan sesuatu dan berhenti menangis menatap Amel. Di pegangnya tangan Amel yang masih mengusap air matanya.

"Tapi--mel aku nggak mau," ucap Faizha dengan tatapan sedihnya. Amel hanya bisa menghela nafas dalam, tak tau apa yang harus di lakukannya.

"Aku nggak bisa bantu apa-apa zha, tapi menurut aku, ini yang terbaik buat kamu zha. Maaf," ucap Amel lirih selanjutnya didekapnya tubuh Faizha---sahabatnya itu.

Tringggg...!!!!!!
Bunyi bel sekolah.

"Udah ya zha jagan nangis. Ayo sekarang masuk keruangan bel sudah bunyi" ajak Amel sambil membantu Faizha berdiri.

Hari ini adalah ujian mata pelajaran Bahasa indonesia dan matematika. Pelajaran kesukaan Faizha, Faizha suka sastra dan Matematika Faizha selalu unggul dalam kedua mata pelajaran itu.

***

Saat ini Faizha dan Amel sudah berada di parkiran dan sebentar lagi akan bergegas keluar dari lingkungan sekolah, akhirnya Ujian pertama dapat di lalui Faizha dengan lancar begipun dengan Amel. Hanya saja Amel sedikit kesulitan mengerjakan soal matematika.

"Mel, temani Aku kedanau ya? Aku malas pulang kerumah, sebentar saja mel," mohon Faizha pada Amel. Faizha tau karna kejadian kemarin membuat Faizha tak enak harus melibatkan Amel lagi.

"Tapi zha?" Amel sedikit ragu untuk mengiyakan permintaan Faizha, dia takut Faizha di marah jika pulang terlambat, dia takut nanti orang tua Faizah tidak suka dengannya karna selalu membawa Faizha pergi. Sejak kejadian kemarin Faizha mabuk, Amel sedikit takut mengajak Faizha untuk pergi bersamanya.

"Nggak ada tapi-tapi mel. Temanin Aku ya," ucap Faizha memaksa, sambil menampakan wajah memelasnya. Dan tanpa melihat persetujuan Amel Faizha lebih dahulu menariknya.

Amel hanya bisa menghela nafas, mau tidak mau dia harus ikut dengan Faizha.

Segera mereka mengendarai mobil Amel, untung Faizha tidak membawa motor kesayangannya entah kenapa tadi pagi dia sangat malas untuk membawa motor merah metic kesayanganya itu.

Sampai juga akhirnya di danau. Faizha duduk di batu besar di samping Danau itu, di lemparnya batu-batu kecil kearah danau itu menghasilkan cipratan-cipratan air.

Amel hanya duduk di kursi di bawah pohon sambil menatap Faizha yang sedang bergalau ria. Untung ini sudah sore jadi tidak panas.

Faizha terus memikirkan tentang perjodohan itu. Sungguh Faizha tak sanggup untuk menerima perjodohan itu setelah kejadian itu tentang hubunganya dengan Rendi, Faizha belum sanggup untuk memulai semuanya kembali, menjalin komitmen dengan seorang pria, apa lagi harus menikah dengan seorang pria yang tidak di kenalnya, sungguh Faizha tak sanggup.

Apa orang tuanya membencinya karna kelakuanya membuatnya harus di nikahkan seperti ini. Jujur fikiran ini terus saja berputar di kepalanya. Apa sebegitu inginkah orang tuanya membuatnya memderita dengan permintaan ini.

Air mata Faizha kembali menetes dengan deras diusapnya air matanya menggunakan lengan bajunya dengan keras.

'Oke jika itu mau kalian aku akan menjalankan apa yang kalian mau dengan permainan kalian. Mungkin dengan cara ini aku bisa bebas tanpa aturan kalian' ucap Faizha dalam hati, sungguh saat ini hatinya benci. Benci dengan dirinya sendiri--dengan takdirnya juga serta benci dengan--orang tuanya, biarkan Faizha di katakan durhaka, tapi benar-benar rasa benci itu besar Faizha rasakan. Begitukah cara keluarganya membuatnya menderita dengan perlahan.

Faizha kembali melempar batu-batu kecil di sampingnya.

Matahari sudah mulai tergelincir turun dari tempatnya semula bersinar. Faizha bangkit dari duduknya dan menghampiri Amel yang tengah berleha-leha di kursi sambil memainkan ponselnya.

"Mel" pangi faizha sambil mengoyang bahu Amel. Membuat Amel terkesiap kaget.

"Aduh kaget gue Zha"

"Heheh, ayo pulang"

***

Seperti biasa Faizha masuk rumah tanpa mengucapkan salam. Faizha langsung menyelonong masuk.
Tanpa memperdulikan Abi, umi dan Zahra yang sedang duduk di ruang keluarga, Faizha langsung berjalan menuju kamarnya.

"Faizha." pangil Sarah ketika melihat Faizha hendak menuju kamarnya.

Faizha berbalik dan menatap keluarganya yang sedang duduk di ruang keluarga.

"Sini dulu Zha, ada yang ingin kami bicarakan," ucap Abi sambil menepuk sofa di sampingnya untuk Faizha duduk.

Dengan malas Faizha menurut dan langung menjatuhkan badannya di sofa samping Ahmad.

"Kaluarga calonmu mau datang nanti habis isya zha, Mereka mau datang untuk mengkhitbah mu. Kamu siap-siap ya Zha. Abi mohon sama kamu. Jagan menolak ini, ini permintaan Abi. Abi nggak bakal minta apa-apa sama kamu, cuma ini yang abi minta," ucap Ahmad sambil memohon kepada Faizha.

Mungkin ini jalanya, Faizha akan masuk kedalam sekenario yang orangtuanya buat dengan menerima permintaan sang abi, biarlah dirinya merasakan ini semua. Tapi sungguh Faizha berdoa agar ini lebih mudah dan mempermudah jalannya melakukan rencananya-- rencana untuk segera bebas dari kekangan orang tuanya.

"Iya bi," ucap Faizha lirih dan langsung bangkit dan berdiri untuk pergi kearah kamarnya.

Terlihat raut wajah bahagia dari Ahmad, Sarah dan Zahra yang mendengar persetujuan Faizha.

Bersambung....

Maafkan typo berterbangan :V
Di lanjut ya bacanya 😊

Follow

Let Me Love You (Complete✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang