Arga belum bergeming menatap Erina yang kini sudah membuka matanya dan menatapnya sayu. Sedetik kemudian Arga menundukan pandanganya kebawah. Arga bangkit dari temapat duduknya hendak memanggil dokter tapi suara mengintruksiknya untuk segera berhenti dari pergerakanya.
"Kak," Suara serak Erina memangil Arga membuat Arga terdiam, kembali menatap kearah Erina yang kini sedang menatap langit-langit kamar sumah sakit.
"Apa ini semua benar?" Tanya Erina. Arga terdiam mencerna pertanyaan Erina.
"Apa ini semua benar?!" Kini Erina bertanya dengan suara sedikit keras tertahan.
Arga masih terdiam, entah Arga bingung dengan situasi ini. Arga mulai mendekat kembali kearah Erina.
"Maaf Erina, tenanglah aku mau panggil dokter," ucap Arga kembali beranjak dari tempat duduknya akan menekan tombol pangilan untuk dokter.
"Nggak perlu!" Teriak Erina sambil menatap Arga tajam. Perlahan air mata Erina menggenang di pelupuk matanya. Arga terdiam menunduk bingung sekaligus merasa bersalah pada wanita di depanya itu.
"Aku pusing ini semua tiba-tiba! Itu kecelakaan itu!! Kak!!" Teriak Erina mulai mengacak krudungnya serta memukul-mukul tubuhnya sendiri. Arga kaget menagap Erina yang seperti menyakiti dirinya sendiri dengan panik Arga beringsut mendekat mencekat tangan Erina yang berlapis kain bajunya.
"Maafkan Aku. Maafkan kakak." Erina menggeleng dengan keras badanya meronta berusaha melepaskan cengkraman tangan Arga. Pergerakan Erina semakin keras sampai cengkraman Arga terlepas. Erina menatap Arga tajam dengan kedua mata mulai memerah genangan Air mata mulai menerobos dan menetes keluar.
Plakkkkkk!!!
Erina menampar pipi Arga keras sampai membuat wajah Arga menengok kesamping dan menimbululkan cetakaan tangan merah.
"Maaf," cicit Arga lirih.
Erina semakin terisak badanya kini melengkung menyembunyikan wajahnya di celekuk kakinya.
"Apa ini semua benar?! Jawab kak!!!" Teriak Erina di selingi isak tangisnya.
"Iya," ucap Arga. Perlahan Erina menatap Arga dengan wajah yang di buat sedatar mungkin, perlahan sudut bibir Erina menyungging keatas.
"Tinggalin Aku kak!!" Teriak Erina sambil menunjuk-nunjuk pintu keluar. Arga menggeleng dengan keras perlahan Arga kembali beringsut mendekat kearah Erina tapu dengan keras Erina mendorong tubuh Arga.
"Pergi." Arga menatap Erina sendu, mengembuskan nafasnya keras perlahan mulai berjalan kearah pintu keluar. Matanya sekilas kembali menatap Erina yang terisak sambil mengacak krudung hijau yang di kenakanya.
"Maaf kak. Tapi kakak Jahattttt!!!!" Teriak Erina tertahan setelah Arga keluar dari ruanganya.
***
Arga menatap ruangan Erina dari balik jendela. Tadi sehabis keluar dari ruangan Erina, Arga tak tinggal diam lebih memilih memanggil dokter, dan ternyata Erina kembali meronta dengan keluahan kepalanya sakit. Dan terpaksa dokter memberinya obat tidur untuk merilekskan badanya. Dan berakhirlah kini Erina diam tertidur. Untuk saat ini itu lebih baik.
Arga mendesah pelan sedari tadi bibirnya merapalkam doa untuk kesembuhan Eriana hatinya pun sedari tadi tak tinggal diam terus menyalahkanya atas apa yang saat ini terjadi. Ingin saat ini Arga berteriak pada dunia tentang apa yang di hadapinya. Arga percaya Allah tak akan menguji hambahnya melewati batas kemampuanya Arga percaya itu. Dan Arga percaya ujian bertubi-tubi ini adalah bentuk Allah sayang terhadapnya.
Arga merogoh ponselnya notifikasi dari Whatsapp sudah berjejer. Dari panggilan telefon sampai rentetan Chat. Semua itu dari Istrinya siapa lagi jika bukan Faizha. Arga sampai tal sadar jika ponselnya berbunyi dan Arga tak sadar hari semakin Malam.
Perlahan Arga menekan tombol telefon pada kontak Faizha tak butuh waktu lama terdengar suara dari sebrang sana.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam. Gimana mas? Erina gimana? Erina udah sadar? Gimana mas?" Rentetan pertanyaan Faizha dari sebrang sana. Arga menarik nafasnya dalam.
"Tadi Erina sempat sadar. Dia syok banget. Dan kembali meronta tapi saat ini dokter sudah kasih obat tidur. Erina tertidur."
"Erina. Ya ampun." terdengar helaian nafas Faizha.
"Ini semua salah ku Zha," Ucap Arga terdengar rapuh.
"Mas. Mas sekarang nggak pa-pakan? Mas jangan nyalahkan diri mas begitu! Ini semua bukan salah mas!" Ucap Faizha menguatkan.
"Kalo bukan salah mas salah siapa? Mas udah nyakitin kalian berdua Zha" suara Arga tercekat tenggorokanya serasa tercekik dengan Air mata mulai mebendung di kelopak matanya.
"Ini bukan salah mas. Dan nggak ada yang salah di sini!" Arga terdiam mendengar ucapan Faizha. Mendengar kata lembut itu hati Arga sedikit tenang walau hatinya masih saha menyalahkanya.
Cukup lama keduanya terdiam.
"Mas. Izha kesana ya?"
"Eh! Jangan! Jangan Zha. Kamu di rumah aja" larang Arga. Arga tak mau ada sesuatu yang nantinta akan membahanyakan Faizha dan calon anaknya.
"Tapi"
"Jangan ingat kondisi kamu Zha" bujuk Arga. Dari sebrang sana Faizha mengehela nafas dalam.
"Ya sudah mas. Oh iya mas. Mas mau ngineb?"
"Iya kayanya Zha. Nggak mungkin mas ninggalin Erina maaf ya Zha" ucap Arga tak enak.
"Nggak pa-pa emang Mas harusnya jagain Erina."
"Ya udah ya mas Assalamualaikum."
"Wa'alaikukussalam"
Arga mematikan ponselnya menaruhnya kembali kekantung celananya. Arga mulai bangkit dari duduknya berjalan masuk keruangan Erina. Arga mendekat kearah Erina duduk di kursi samping ranjang Erina. Kepalanya menunduk menatap tanganya yang saling menagkup.
"Maafkan aku Erina. Ini semua bukan kehendakku, ini di luar kendaliku walau aku sadar ini salahku yang tak jujur. Aku mencintai istriku tapi tak bisa melepasmu maaf aku egois membuat kalian berdua yang merasakan apa yang namanya sakit sampai sedalam ini. Kamu sudah ku anggap seperti adikku sendiri. Aku menyayangimu sebagai kakak walau tanpa ikatan, ini salah! Aku terjebak dalam situasi yang akupun susah mencernanya. Kini ingatanmu yang bisa merubah ini semua. Maaf aku terlalu memaksakanmu sampai kamu berbaring kembali di sini. Maaf" ucap Arga di akhiri dengan jatuhnya butir air mata.
"Benarkah?" Ucap suara lirih dengan mata masih terpejam.
TBC
800+
Uwu
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You (Complete✔)
Spirituale(CERITA TAMAT) •Rank #01 - pernikahan [07-07-19] •Rank #1 - Spiritual [22-01-20] "Abi akan menjodohkan kamu dengan Anak teman Abi" Deg... Faizha langsung bangkit dari tempat tidurnya, di tegakkannya badanya. Mata Faizha menatap lekat mata Ahmad Abi...