29. LMLY (Dua garis)

91.4K 4.7K 94
                                    

Dengan tangan gemetar Faizha mengambil benada pipih yang di sodorkan Hela kepadanya. Faizha menatap benda itu dalam.

"Coba Zha. Aku tau perubahan mood mu, Zha. Aku tau kamu sering mual-mualkan?. Tanda-tanda itu mengarah pada ini," jelas Hela lirih. Ada sedikit keinginan di hatinya. Berharap jika yang di ucapkannya itu benar. Tapi di satu sisi ada kecemasan melihat Faizha.

Faizha tanpa menjawab menutup pintu. Dan melakukan prosedur sesuai dengan kegunaan benda itu.

Faizha menatap benda di tanganya itu. Perlahan tangan Faizha bergetar hebat. Matanya berkaca-kaca. Saat ini pikiranya kacau. Semua seolah menumpu pada otaknya. Badan Faizha lemas. Benda di tanganya itu perlahan jatuh dari genggaman tangan Faizha. Perlahan Faizha melirik kaca di sampingnya yang memantulkan raut wajahnya. Perlahan tubuh Faizha ikut jatuh lemas. Kepala Faizha tertunduk kebawah. Air matanya jatuh menetes ke ubin.

"Hiks.." isak Faizha.

Dengan tangan bergetar Faizha mulai mengambil benda itu. Dan kembali menggenggam dengan erat. Memeluknya seperti sedang memeluk seseorang. Air matanya turun dengan deras. Perlahan Faizha kembali melihat benda itu untuk menyakinkanya jika yang di lihatnya itu benar.

Dua garis merah

Bibir Faizha bergetar, Air mata bahagianya terus mengalir dari pelupuk matanya melewati pipinya. Anak. Faizha kini sedang mengandung anak dalam rahimnya. Sungguh kebahagaianan yang tidak dapat di deskripsikan dengan kata-kata lagi.

"Nak." Faizha mengelus lembut perutnya yang masih rata. Senyum tipis tersungging dari bibirnya. Benar-benar karunia Allah yang sangat berharga. Ternyata Allah masih memberikannya kebaikan di balik kesedihanya karna masalah--- masalah.

Faizha diam sejenak. Pikiranya kembali berkonflik antara kebahagianya atau masalahnya. Faizha perlahan menunduk. Entah.

Di luar Hela yang sedang menunggu Faizha yang tak kunjung keluar dari kamar mandi menjadi bingung. Perlahan Hela mengetuk pintu. Tapi juga tak ada sahutan dari dalam. Hela semakin cemas. Perlahan Hela coba membuka knop pintu yang tak tak terkunci baru saja Hela ingin membukanya tapi terlebih dahulu daun pintu itu terbuka menampilkan Faizha yang berdiri dengan wajah datarnya.

"Zha."

Faizha hanya menatap Hela sekilas langsung berjalan kearah ranjang dan mendudukan badannya di sana. Hela yang menjadi bingung berjalan menghampiri Faizha dan mengambil posisi di samping Faizha.

"Gimana-gimana Zha?" Tanya Hela tak sabaran. Sedari tadi dirinya harap-harap cemas menunggu Faizha yang tak kunjung keluar.

Perlahan Faizha menunduk. Menampilkan wajah masamnya. Hela mengelus perlahan punggung Faizha.

"Yang sabar ya Zha. Mungkin belum rezeki," ujar Hela lirih. Sebenarnya dia juga sangat menginginkanya. Tapi mau bagaiman lagi. Takdir sudah Allah yang mengaturnya.

Hela mendongakkan wajahnya. Menatap Hela dengan tatapan sendunya. Hela pun ikut sedih melihatnya. Tapi perlahan bibir Faizha tersungging membentuk seulas senyum yang membuat Hela menyerti binggung. Dengan sekejap Faizha memeluk tubuh Hela dengan sangat erat.

"Alhamdulillah, Hel aku--aku hamil." ucap Faizha dengan bahagianya. Bibirnya mmembentuk senyuman dan setetes air mata kebahagian jatuh dari pelopak matanya.

"Alhamdulillah Zha. Aku seneng akhirnya aku jadi tante yey!" Ucap Hela kegirangan. Hela melepas pelukan Faizha. Dan langsung melonpat-lopat kegirangan. Faizha yang melihat itu mengulas senyum manisnya. Bahagia. Hela terus melompat.

Kini sekilas bayangan muncul di kepala Faizha. Apakah Arga akan sangat bahagia. Jika tau saat ini sedang tumbuh anaknya di rahim Faizha. Apa dia akan melompat kegirangan seperti Hela atau lebih heboh lagi atau Arga akan kecewa. Faizha menunduk membayangkan itu. Hatinya sedikit teriris membayangkan itu. Apa dia harus tetap menyembunyikanya. Tapi Arga suaminya. Dan dia berhak dan pasti akan tau.

Hela yang melihat perubahan Faizha mendekati Faizha kembali dan berjongkok di hadapan Faizha. Mengegngam erat tangan Faizha.

"Kamu kenapa Zha?" Tanya Hela khawatir. Faizha hanya menggeleng menidakkan.

"Kamu kenapa?. Cerita dong Zha."

"Apa Arga akan senang jika tau anaknya sedang tumbuh di rahimku," cicit Faizha sambil menunduk

"Aku takut--- aku takut dia nggak bakal nerima ini Hel. Saat ini kami sedang masa tidak baik." air mata Faizha mulai jatuh. Hela yang melihat itu langsung memeluk tubuh Faizha erat.

"Kamu tenang ya Zha. Aku percaya, Arga pasti akan menerimanya. Jika tidakpun masih ada kita sebagai keluargamu. Yang akan membantu untuk merawat dia sampai dia besar," ucap Hela. Hela sangat menyayangi Faizha. Baginya Faizha sahabatnya, saudaranya. Dan anak yang di kandung faizha sudah menjadi keponakanya sendiri.

"makasih Hel." Faizha kembali menitihkan air mata Haru, Bahagia, Sedih semua bercampur aduk.

"Kamu nggak usah takut ya," ujar Hela. Faizha mengangguk mengiyakan.

"Sekarang kamu mau apa Zha pingin apa zha. Ayo aku belikan. Aku nggak mau loh nanti ponakanku ileran. Heheh,"ujar Hela bercanda untuk mencairkan suasana.

***

Sudah satu bulan Faizha berada di Belanda. Dan tiga minggu itu Faizha tak mengabari Arga sama sekali. Selama itu Faizha benar-benar menjauhkan diri dari Arga tapi tetap tak bisa di pungkiri bahwa pikirnya terus melayang memikirkan Arga. Mungkin hanya beberpa kali menghubungi Abi, uminya dan Amel yang di indonesia hanya itu selebihnya tidak. Karna Faizha sudah mengganti nomor telefonnya dan menutup semua media sosialnya.

"Faizha." Hela menepuk kecil punggung Faizha. Membuat Faizha menoleh dari badanya yang tadi mengahadap keluar jendela.

"Iya Hel," lirih Faizha.

"Zha. Maaf ya aku nggak bisa nemenin kamu kembali ke indonesia. Aku masih ada kuliah. Kalo aku udah selesai kuliah psti aku bakal cepet-cepet balik nemuin kamu," Ucap Hela dengan suara sedihnya. Faizha menghampiri Hela langsung memegang pundak Hela.

"Hel aku nggak pa-pa. Kamu lanjutkan kuliahmu. Aku pasti kuat kok. Ini udah pilihan. Dan Allah yang menentukan. Aku harus kembali. Makasih ya Hel. Kamu udah mau nampung aku. Kamu udah mau dengerin cerita aku. Makasih Hel," lirih Faizha.

"Kamu nggak usah ngomong kaya gitu Zha. Kamu ini kaya sama siapa aja. Aku saudara kamu Zha." Hela memeluk tubuh Faizha. Dan Faizha membalasnya erat. Menenggelamkan wajahnya di celuk leher Hela. Di balik niqob yang kini beryengger cantik di wajah Faizha. Seulas senyum tercetak di sana.

"Makasih Hel," lirih Faizha.

Faizha melepas pelukanya dari Hela. Mulai berjalan kearah kearah koper di samping ranjang. Mengambilnya.

"Hel. Aku pamit ya. Makasih ya," ucap Faizha tersenyum di balik Niqabnya. Hela mengangguk dan tersenyum.

"Tunggu aku di indonesia ya. Heheheh." ucap Hela sambil terkekeh hambar. "Maaf ya aku nggak bisa ngantar kamu ke bandara." Hela menunduk lesu.

"Nggak pa-pa Hel" Faizha menghampiri Hela dan menepuk-nepuk punggunya.

"Hel aku pamit ya."

Faizha mulai berjalan keluar dari kamar menarik kopernya.

Tbc~~~

Maaf ya kalo part ini kurang gimana gitu😂

Jagan lupa bantu Votemen😘
Follow De juga ya.

Oh iya

Minal Aidin wal faizin ya.
Maaf jika selama ini de banyak salah😁

Selamat hari lebaran! Selamatttt Lebarann😁

☝️ (lebaran kemarin baru sampai sini rupanya hihihihi, author notenya buat kenang-kenangan)

AYO DONG MAMPIR KE CERITA BARU KU. TAPI BEDA DENGAN CERITA INI, judulnya Why, I'm Not Beautiful FIKSI REMAJA HIHIHI.

♡SAMBIL NUNGGU LMLY 2 JADI AKU ISENG NULIS ITU.


Let Me Love You (Complete✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang