Faizha berdiri di balkon kamarnya beridiri menatap bunga-bunga di samping rumahnya yang di tanam dengan rapi. Pikiranya terus berputar tentang kejadian tiga hari yang lalu dimana dirinya bertemu dengan Erina, mendengarkan cerita Erina. Faizha juga seorang wanita Faizha tau bagimana Erina yang sangat merasa sakit hati. Mungkin wanita itu teramat tegar hingga pada titik rapuhnya dia masih bisa tersenyum.
"Zha,"
Faizha tersiap membalik badanya menatap Arga yang kini mulai mendekat kearahnya. Arga berdiri kini tepat di samping Faizha. Matanya menatap fokus lurus kedepan dengan tatapan yang sulit di artinkan. Bibirnya masih terkatup dan tanganya mengangam pembatas balkon. Faizha pun hanya teridam mentap Arga yang tak kunjung bersuara.
"Mas," panggil Faizha. Melihat Arga yang hanya teridam.
Arga melirik Faizha sekilas kembali memfokuskan tatapannya kedepan. Kini Faizha bisa melihat genangan kecil air di mata Arga, matanya pun memerah menahan sesuatu. Faizha beringsut mendekat menggengam tangan Arga meremasnya kecil. Membuat Arga menatap genggaman itu setelahnya menatap wajah teduh Faizha.
Arga mendekat dengan tiba-tiba memeluk tubuh ramping Faizha, yang kini sedikit merasakan tonjolan di perut Faizha. Sebelah tanganya terulur menyentuh ujung kepala Faizha yang tertutup khimar, mengelusnya lembut. Tenang. Saat ini hanya itu yang Arga ingin dapatkan dan berada di pelukan Faizha ketenangan itu Arga dapatkan.
Arga melepas pelukanya mengahadapakan badannya berhadapan dengan Faizha kedua tanganya menyentuh pundak Faizha, netra keduanya kini saling berdadu dan menyelami satu sama lain. Seperti banyak kata yang keduanya ingin ungkapkan tapi entah kata itu sulit keluar dari bibir keduanya.
"Maaf," satu kata yang berhasil keluar dari bibir Arga. Selanjutnya bibir itu bergertar kembali mengatup. Ada banyak hal yang ingin Arga sampaikan sedari tadi pikiranya terus berkecambuk hatinya tak tenang. Tapi seperti ini bibirnya terus saja mengatup nggan mengeluarkan kata-kata selanjutnya.
"Erina wanita yang kuat. Maaf mas kemarin tiga hari yang lalu aku menemuinya tanpa ngasih tau mas," jujur Faizha. Faizha kini menatap dalam-dalam mata Arga.
"Iya," hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Arga. Faizha kira Arga akan memarahinya, menceramahinga atau lain sebaginya. Tapi pria itu kini hanya diam dan menatap kosong netra Faizha.
"Izha nggak tau apa yang selanjutnya bakal terjadi. Izha pusing mas. Yang Izha dengar kemarin Erina dah ikhlas untuk semuanya, bibirnya berbicara seperti itu entah hatinya. Izha juga seorang wanita Izha tau bagiamana rapuhnya Erina. Tapi dia wanita yang kuat untuk menutupi semua itu," ucap Faizha. Arga menyimak dalam diam. Saat ini pikiran Arga masih saja memproses terus semuanya.
"Menurutmu bagimana?" Tanya Arga dengan wajah datarnya.
Faizha menyerit menatap Arga dalam.
"Maksud mas?" Tanya Faizha tak mengerti.
"Sudah cukup mas nyakitin kalian berdua mas bukan laki-laki baik dan jauh dari kata itu. Mas bukan suami yang baik dan jauh dari kata itu. Semua ini bermuara dari mas. Beberapa hari ini mas mikirkan ini semua Zha." Arga tertunduk.
"Udah nggak usah banyak pikiran dulu mas." tangan Faizha terulur menyentuh pipi serta pelipis Arga mengusapnya sayang. Arga hanya memejamkn matanya menerima sentuhan lebut dari tangan Faizha.
"Oh iya hari ini jalwal cek kandungan Faizha. Mas antarin Faizha ke dokter ya?" Ucap Faizha. Sekalian mengalihkan topik pembahasan.
Arga tersenyum selanjutnya menjongkokkan badanya di depan perut Faizha. Tangan Arga sedikit menyibak khimar Faizha, yang menghalangi perut Faizha. Setelahnya dengan gerakan lambat Arga mengusap perut Faizha dan mencium perut tempat buah hatinya tumbuh. Arga tersenyum tipis melihat tonjolan perut Faizha di balik pakaian yang Faizha pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You (Complete✔)
Spiritual(CERITA TAMAT) •Rank #01 - pernikahan [07-07-19] •Rank #1 - Spiritual [22-01-20] "Abi akan menjodohkan kamu dengan Anak teman Abi" Deg... Faizha langsung bangkit dari tempat tidurnya, di tegakkannya badanya. Mata Faizha menatap lekat mata Ahmad Abi...