38. LMLY (Ternyata)

79.2K 4.2K 313
                                    

Arga mengusap rambutnya dengan kasar sedari tadi Arga bolak-balik di depan pintu ruang oprasi. Kini pikiranya kacau menunggu seseorang yang sedang bertaruh nyawa di dalam sana. Dengan kasar Arga mendudukan badanya ke kursi sedang kepalanya menunduk menenggelamkan wajahnya di balik tanganya.

Saat ini Arga biangung harus berbuat apa. Ponselnya berdering dengan perlahan Arga membaca nama yang tertera di sana.

Bunda

"halo bun, Assalamualaikum" Arga mencoba menengakan suaranya yang nampak bergetar.

"Wa'alaikumusalam. Kamu di mana Ga. Inget nggak nanti malam mau kerumah calon istri," ucap Aminah memekik dari sebrang telepon sana.

Arga terdiam berpikir sebentar. Tak mungkin Arga saat ini mengatakan jika dia sedang berada di rumah sakit menunggu Erina yang sedang di oprasi.

"Maaf bun. Arga ngasih taunya mendadak. Arga ada kerjaan di luar pulau," Jelas Arga berbohong.

"Nggak bisa di batalkan aja apa Ga?!"

Arga menghela nafas panjang.

"Maaf bun nggak bisa. Soalnya. Ini perkerjaan penting. Arga ikut aja semua keputusanya bun." Arga berharap semoga bundanya itu mau menerimanya. Tak mungkin saat ini Arga harus meninggalakan Erina sendiri, karna tak ada satupun keluarga yang Erina punya. Erina adalah anak yatim piatu, Erinapun tak memiki saudara kandung kakaknya sama telah berpulang kerahmatullah. Sedangkan saudara dari orang tuanya Erina pun tak tau. Itu yang membuat Arga berat menggilkan wanita baik yang malang itu.

"Ya sudah. Tapi kalo gini kan Bunda jadi nggak enak sama Calon besan dan calon menatu."

Arga bersyukur Bundanya itu mau mendengarkanya.

"Maaf ya bunda." Ada sedikit di hati Arga tak enak hati menggalkan ini semua, meninggalakan acara perjodohan itu. Bukankah ini yang selama ini Arga tunggu jujur sampai saat ini pun masih ada rasa pada gadis pujaanya dan cinta pertamanya itu. Tapi saat ini Arga memiliki tanggung jawab selain itu.

"Ya sudah hati-hati ya Ga. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumusalam."

Arga segera memasukan ponselnya kedalam kantong celanya. Mata Arga kini melirik ruang oprasi yang belum juga kunjung terbuka. Arga berjalan kembali kearah kursi dan mendudukan badanya yang letih di sana. Baru saja Arga hendak menjatuhkam badanaya tapi lampu itu telah mati. Arga segera berlari kearah pintu yang baru saja di buka oleh dokter berbaju hijau. Arga segera menghampirinya.

"Bagaimana dok, adik saya?" Tanya Arga tak sabaran.

'Adik' sengaja Arga mengaku jika dia kakak dari Erina untuk mempermudah jalannya semuanya penyembuhan Erina.

"Mari ikut saya keruangan saya." dokter itu berjalan kearah ruanganya diikuti oleh Arga di belakangnya.

"Bagaimana dok?" Tanya Arga tak sabaran setelah keduanya mendudukan badanya di kursi.

Dokter itu menghela nafas dalam.

"Kondisi pasien saat ini masih kritis pak." Dokter itu menatap mimik wajah Arga yang berubah sendu.

"Tapi bapak harus bersyukur adik bapak tergolong kuat pasti sebentar lagi adik bapak bisa melewatinya." dokter itu tersenyum kecil. Arga mengelus dadanya lega.

"Tapi pak ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi dari insiden kecelakanan ini. Bapak harus sabar mendengar ini."

"Yang petama kemungkinan adik bapak mengalami hilang ingatan. Karna benturan itu cukup keras mengenai kepalanya."

Let Me Love You (Complete✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang