16. LMLY (Di tinggal)

79.3K 4.7K 142
                                    

Arga memasukan Ponselnya kekantung celananya, kini matanya menatap Faizha dengan diselimuti perasaan bersalah. Dengan perasaan yang campur aduk Arga kembali mengampiri Faizha.

"Kenapa mas? Sudah menelfonya?" Tanya Faizha. Dan Arga hanya menganggukan kepalanya lemah.

"Zha. Ada urusan penting. Kita harus kembali ke jakarta," ucap Arga dengan perasaan yang capur aduk. Berat bagi Arga mengungkapkan ini pada istrinya. Arga masih menatap wajah Faizha yang menampilkan wajah datar. Entah saat ini Arga bingung harus bagaimana.

"Urusan apa mas. Kan kita sedang liburan apa tak bisa di tunda?" Tanya Faizha dengan wajah menatap kecewa Arga. Faizha belum bisa mencerna semua perkataanan Arga.

"Tidak bisa, Zha. Kita harus kembali secepatnya. Ini urusan mendadak Fa. Kita harus lembali sekarang juga." kini Arga menyakinkan dengan wajah panik. Semua begitu tiba-tiba bagi Arga. Bukan waktunya membujuk istrinya dengan suara lembut lagi. Arga terburu-buru harus kembali ke jakarta.

"Tapi mas," rengek Faizha. Kini matanya berkaca-kaca. Apa momen bahagianya harus hancur. Sekarang juga.

"Fa. Kamu ngerti mas dong ini urusan penting!" Ucap Arga dengan suara sedikit meninggi. Kini Faizha menatap tidak percaya pada Arga.

"Aku nggak mau Mas." Faizha langsung memalingkan wajahnya kesamping. Menatap deburan ombak malam.

"Ayo. Kita harus pulang. Jangan seperti anak kecil Zha." Arga kini menarik tangan Faizha paksa untuk mengikutinya.

"Lepas! Aku nggak mau pulang." Faizha langsung mengempas tangan Arga dan menatap Arga kecewa.

"Izha, dengerin Mas. Kita harus kembali ke jakarta. Ini urusan penting. Bukan saatnya mas membujuk kamu Zha." Arga kembali menarik tangan Faizha untuk mengikutinya.

"Mas. Mas kemali ke jakarta. Aku masih mau di sini Mas," lirih Faizha menarik tanganya dari genggaman Arga.

"Tapi zha."

"Tak apa Mas. Ini urusan penting kan. Seharusnya aku tau. Maaf ya mas. Sekarang Mas pergilah. Aku tak apa," ucap Faizha menyakinkan. Sebenarnya Faziha tak ingin momen ini berakhir. Momen singkat bahagia itu harus di kubur lagi karna urusan Arga. Kecewa ya sebenarnya Faizha sangat kecewa dengan Arga. Sebegitu pentingkah urusan itu sampai harus mengancurkan momen bahagia ini.

"Mas pergi ya Zha. Maaf ya Zha. Maaf." tak ada pilihan lain. Terpaksa Arga harus pergi. Dengan tergesa Arga pergi menjauh dari Faizha.

Tess..

Satu tetes Air mata Faizha jatuh. Sebegitu sulitkah mendapat waktu untuk bisa bersama dengan Arga. Sebegitu pentingkah urusan itu di banding dengan Faizha. Tapi Faizha pun tak boleh terlalu egois mungkin ini urusan Mendesak yang harus segera Arga selesaikan.

Faizha perlahan meninggalkan tempat itu dan mulai berjalan kearah pantai. Mungkin dengan ini Faizha bisa sedikit merilekskan otaknya. Semua begitu cepat bagi Faizha. Siang dan sore tadi Arga masih di sampingnya dan membuat momen bahagia itu tapi kini semua sudah hanya anggan sesulit ini kah Faizha ingin mendapatkan momen bahagia itu.

Perlahan Faizha mendudukan badanya di pasir pantai, kotor tak di hiraukan. Matanya Menatap Deburan obak malam.

Tes...

Air mata Faizha menetes lagi. Jika saja Faizha mempunyai kekuatan untuk menahan Arga agar tak pergi. Yah itu semua hanyan-hayalannya saja. Dan nyatanaya Saat ini Faizha sedang duduk seorang diri dengan Air mata yang menetes terus.

Dengan kasar Faizha mengapus Make up di wajahnya menggunakan Khimarnya. make up yang dia taburkan di wajahnya sengaja semua ini untuk Arga. Faizha memang tak Ahli dalam urusan make up tapi dengan apa yang dia bisa Faizha masih coba menampilkan yang terbaik yang dia bisa. Sekarang make up ini untuk siapa batin Faizha. Dengan air mata terus mengalir Faizha terus mengapusnya. Kesal Jangan di tanya lagi. Wanita mana yang takan kesal.

Karna sudah terlalu lama duduk di pantai dan udara semakin dingin dengan perlahan Faizha bangkit dari duduknya dan berjalan kearah kamar hotel tempatnya menginap.

Faizha sedikit meringis menatap Atas kamar tempatnya menginap. Malam yang dia harapkan akan indah bersama Arga kini hancur. Faizha terus memikirkan apa yang sebenarnya membuat suaminya memilih pergi di banding dirinya. Pekerjaan kah? Apa sepenting itu di banding dirinya. Tak mau memikirkan. Faizha memilih melelapkan pikiranya di dalam mimpi.

***

Faizha masih menatap ponsel di tanganya. Tak ada satupun kabar atau pesan dari Arga. Faizha ingin menghubungi Arga terlebih dahulu. Tapi egonya kini melarangnya. Mungkin Arga tak ingin di ganggu.

Faizha mulai bangkit berjalan kearah kamar mandi menyegarkan badanya yang terlihat berantakan.

Selesai menyegarkan tubuhnya Faizha kembali duduk di sisi ranjang. Entah saat ini Faizha bingung apa yang akan di lakukanya. Tidak. Faizha tidak ingin kembali secepat ini ke jakarta. Ya lebih Baik Faizha menikmati kota Denpasar, walau tanpa Arga. Bukan liburan bulan madu. Hanya liburan sendiri merilekskan otak, anggap Saja begitu.

Kini Faizha telah siap dengan pakaian santai dan khimar yang tetap melekat di kepalanya. Faizha menghembuskan nafas kasar dan mulai keluar dari kamar.

Perlahan Faizha berjalan. Keluar entah saat ini Faizha bingung akan pergi kemana. Mungkin kepasar tradisional batin Faizha. Faizha mulai menyetop Taxi di depanya dan menaikinya menuju tempat tujuanya.

Dengan perlahan Faizha berjalan menulusuri deretan Penjual barang-barang sofenir. Matanya fokus menatap gantungan kunci dengan ukiran yang indah. Bertuliskan Huruf A.

"Mas. Ini indah," ucap Faizha sambil menengok ke belakang. Sadar Faizha sedang sendirian. Kini Faizha mengingit bibirnya. Sedih. Rasanya Arga ada bersamanya nyatanya itu hanya ilusi.

Faizha meneruh kembali gantungan kunci yang di depanya. Kini Faizha mulai kembali berjalan menelusuri lapak penjual. Dan kini Matanya tertuju pada lapak penjual lukisan.

"Mungkin bagus jika aku berfoto di sana. Bisa buat pajang di Instagram heheh," gumama Faizha sambil tersenyum. Kini Faizha mengampiri lapak itu dan mulai berfoto selfi dengan berbagai gaya. Banyak pengunjung yang berlalu lalang juga berhenti sejenak untuk mengambil beberpa jepret foto di tempat itu.

Faizha ingin berfoto dengan gaya lain. Tapi bingung harus meminta bantuan kepada siapa. Tepat di depan Faizha ada seorang laki laki tengah berdiri membelakanginya sambil menegok lukisan. Mungkin Faizha bisa meminta bantuan pada laki-laki itu.

"Permisi. Bisa minta tolong," ucap Faizha.

Laki-laki itu berbalik dan membuat Faizha terkejut.



TBC

Jangan tanya 'kenapa setiap part itu pendek?' Emang sengaja di bikin pendek tapi ber part-part biar nggak bosen😁


Suka nggak sih sama LMLY?

Butuh saran dan kritik dong?
Klo boleh sih minta Vote+ komen😁

Komen dong, pingin liat komen selain 'next dan lanjut'

Aku sayang kalian😘

Let Me Love You (Complete✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang