Arga terdiam di depan lorong, duduk termenung sambil memanjatkan doa menunggu seorang di dalam sana sedang menjalani pemeriksaan. Arga mengacak rambutnya frustasi merasakan penyesalan mendalam Arga tak mengira jika tujuanya membawa Erina ke tempat itu akan menjadi seperti ini, niat awal Arga hanya ingin coba membantu memulihkan sedikit ingatan Erina dan ternyata itu amat berpengaruh besar dalam untuk Erina.
Dan di lain sisi seorang berdiri sedari tadi sambil menatap Arga yang terlihat sangat kacau wanita itupun sama sedari tadi melafalkan doa untuk seseorang yang sedang di tunggu itu, setitik bening air matanya meluncur. Ternyata pemikiran-pemikiran buruknya selama ini tak benar, tentang apa hubungan suaminya dan Erina. Ya di sini Faizha berdiri sambil menatap suaminya itu.
Faizha pun menyesali tentang semuanya. semua tentang pemikiran buruk antara suaminya dan Erina. Faizha menyadari suaminya itu terjebak dalam situasi yang tidak memungkinkan. Dan wanita baik itu, Erina, harus menanggung sakit hati yang mendalam itu. Faizha tak tega akan semua. Semua tentang permasalahan ini terasa sangat rumit menurutnya.
Ingin rasanya Faizha membawa wanita rapuh itu kedalam pelukanya masuk merasakan bahagaia nantinya bersama keluarga kecilnya walau perempuan itu yang akan menjadi istri kedua suaminya, rela tidak rela hati kecil Faizha memberontak akan itu. Sudah cukup semua penderitaan wanita baik itu, Erina. Wanita baik dengan tutur kata lembut harus merasakan pahitnya semua itu. Tapi tetap suaminya dan Erina yang harus memutuskan ini semua.
Faizha berjalan selangakah demi selangkah menghampiri Arga yang kini tertunduk lesu menenggelamkan wajahnya di balik telapak tanganya, setetes air mata kembali jatuh di pipi Faizha. Faizha juga tak tega melihat suaminya itu. Di sini semua terasa rapuh.
Faizha mulai mendudukan badanya di samping Arga yang belum menyadari keberadaanya. Faizha terdiam mentap lekat tubuh Arga yang telihat lemah,dengan perlahan Faizha menyentuh punggung itu, membuat si empunya sedikit terkejut dan membalik badanya mengahadap Faizha.
"Mas," lirih Faizha sambil menatap lekat Arga yang kaget. Faizha menyelami netra sayu itu. Mentap dalam-dalam di sana.
"Izha," lirih Arga dengan mata sedikit berkaca-kaca.
Faizha tanpa aba-aba memeluk erat tubuh suaminya itu yang di balas pelukan yang cukup erat juga. Faizha mulai terisak dalam diamnya sedangkan Arga sudah menjatuhkan bulir air matanya. Anggap saja keduanya saat ini sedang dalam posisi yang rapuh.
"Maaf," bisik Arga lemah. Hati Faizha pun ikut menyelocos mendengar kata rapuh yang keluar dari bibir suaminya itu.
"Faizha yang harusnya minta maaf." Faizha menegakkan badanya kembali menyelami netra Arga yang memerah. Faizha mengulurkan tanganya dengan lembut mengusap setitik air mata di bawah mata Arga.
"Faizha terlalu Egois untuk semuanya, Mas tak salah hanya situasi yang tidak berada pada jalur yang di inginkan" ya situasilah yang membuat semua terasa salah di sini.
"Maaf ya Mas, Faizha sedari tadi mengikuti Mas dan Erina. Izha udah liat semuanya mas." Arga hanya diam menatap wajah Istrinya. Dengan perlahan kembali Faizha menyenderkan tubuhnya pada dada Arga. Arga memeluk tubuh itu mengusap kepala Faizha dan sesekali menciumnya dengan sayang. Arga tak mau membahas soal kenapa istrinya mengikutinya.
"Mas nggak marah kan?" Tanya Faizha sambil mendongak mentap Arga yang hanya terdiam.
Arga menggeleng dan kembali mengusap lembut puncuk kepala istrinya itu. saat ini sandaran lah yang dia butuhkan seseorang yang bisa menengakannya dan membuatnya terus berfikiran baik siapa lagi jika bukan istrinya itu. Faizha wanita baik menurut Arga wanita yang dengan sabar menjalani ini semua. Wanita yang dengan tulus mencintainya wanita dengan keikhlasan yang sangat. Demi kebahagian orang yang di cintainya Faizha rela melakukan semuanya.
"Izikan aku mencintaimu." Suara tulus yang terdengar lirih. Faizha mendongak mendengar bisikan suaminya itu. Suara kecil yang Faizha masih bisa mendengarnya.
Cklekkk..
Suara pelan pintu di buka. Faizha dan Arga keduanya sama-sama langsung menatap kearah pintu yang memunculkan dokter dan kedua suster dengan pakaian putih tersebut. Faizha dan Arga langsung bangkit dan berjalan dengan tergesa kearah dokter tersebut.
"Bagaimana dok?" Tanya Arga.
"Pasien belum sadar kondisinya masih belum setabil. Tapi bapak bisa menemui pasien," jelas dokter, Arga mengangguk setelah itu dokter itu pergi.
Arga diam di tempat menatap pintu yang masih tertutup itu, dengan perlahan berbalik menatap Faizha yang masih diam melamun menatap pintu di depanya.
"Zha." Faizha tersadar dan menatap Arga.
"Ayok." ajak Arga.
Faizha terdiam beberapa detik dan setelahnya menggeleng.
"Nggak Mas, mas aja yang nemuin Erina ya. Faizha pulang aja."
"Kamu nggak pa-pa Zha. Mas antar pulang ya?" Tanya Arga kawatir. Faizha kembali menggeleng dengan cepat.
"Nggak mas. Mas di sini aja jagain Erina. Kasih kabar ke izha ya kalo Erina dan sadar." dapat di lihat Faizha menyipitkan matanya di dalam cadar yang menutupi wajahnya Faizha tersenyum simpul. Arga mendekat dan memeluk Faizha sambil mengecup puncuk kepalnya.
"Ya udah mas Faizha pulang dulu ya." Faizha menarik tangan Arga menciumnya sebelum pergi meninggalkan Arga.
Arga terdiam menatap punggung Faizha yang mulai menjauh dari tempatnya. Dengan perlahan Arga berbalik menatap pintu yang yang tetutup. Perlahan tangan Arga megang handel pintu dan membukanya.
Mata Arga langsung di suguhi seorang wanita dengan krudung yang di pakainya masih terlelap. Arga mulai berjalan mendekati duduk di kursi sambil ranjang yang di tempati.
Arga memejamkan matanya perlahan menyenderkan tubuhnya pada senderan kursi menarik nafasnya dalam. Pikiranya akhir-akhir ini terkuras cukup dalam di pasakan teruas berfikir. Kesalahan-kesalahan terus terjadi meminta segera terselesaikan walau sebenarnya masalah sangat rumit di luruskan.
Wanita yang terbaring di depanya ini lah yang juga harus menanggung bebanya, Arga tak mengira semua akan serumit ini. Jujur saja Arga sudah menaganggap Erina sebagai adiknya sendiri. Ada rasa pada dirinya untuk terus melindungi Erina. Tapi ada benteng penghalang terbesar Arga tak bisa leluasa menjaga Erina tanpa ikatan. Tapi Arga pun rapuh tak bisa memulai dengan ikatan itu karna Arga tau ada hari yang akan menangung semua itu siapa kalo bukan Faizha istri tercintanya.
Arga terus memejamkan matanya walau posisi tidurnya tak enak perlahan matanya terlelap lelah sudah badanya Arga pun butuh istirahat.
20 menit
Arga tersadar dari tidurnya menatap sekeliling ruangan dengan nuansa putih ternayata dirinya tidak sedang bemimpi walau sebenanrya ada keinginan jika semua yang terjadi hanya bunga tidur saja nyatanya semua nyata.
Arga kembali menatap tubuh di depanya yang masih saja terlelep.
Arga kembali mengebuskan nafasnya kasar. Perlahan matanya berlaih pada tangan Erina dan jemari lentik itu melakukan pergerakan mata Arga sedikit membola terus mentap jari itu."Kak." Suara lirih Erina terdengar.
~TBC~
1000+
Gimana part ini?
Penasaran nggak?Komen dong?
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You (Complete✔)
Spiritual(CERITA TAMAT) •Rank #01 - pernikahan [07-07-19] •Rank #1 - Spiritual [22-01-20] "Abi akan menjodohkan kamu dengan Anak teman Abi" Deg... Faizha langsung bangkit dari tempat tidurnya, di tegakkannya badanya. Mata Faizha menatap lekat mata Ahmad Abi...