Faizha masih memandang keduanya dengan tatapan yang entah tidak bisa terdeskripsikan. Cemburu entah mungkin ini yang di sebut cemburu. Sepertinya memang Faizha cemburu, tidak bisa lagi Faizha berbohong dengan hatinya. Kedua orang di hadapanya itu sedang tersenyum. Ingin sekali Faizha mengampirinya dan meminta penjelasan akan apa yang dilihatnya ini. Tapi niat itu di urungkan karna ada rasa takut di hatinya. Faizha merasa melakukan itu adalah salah. Sebenarnya tidak salah karna Faizha berhak atas apa yang suaminya lakukan. Tapi tetap saja rasa takut itu ada.
Seperti seorang yang bodoh Faziha masih berdiri memandang keduanya. Menghampirinya takut dan pergi dari tempat itupun rasanya berat. Sungguh bodoh. Tidak tau lagi apa yang harus Faizha lakukan saat ini selain menatap keduanya.
Beberpa menit Arga pergi dari tempat itu. Sedangkan Faizha masih sama terdiam dengan pikiran yang kacau. Tidak beranjak ataupun bergerak dari tempat itu.
"Mbak putri!" Pangil Erina yang melihat Faizha tengah berdiri di depannya walau jaraknya sedikit jauh.
Faizha tersadar dari lamunannya, di usapnya wajahnya menggunakan khimar yang melekat indah di kepala dan terulur menutupi tubuhnya. Faizha berjalan dengan perlahan. Rasanya sungguh berat dan saat ini ada rasa dirinya ingin pergi menjauh dari tempat itu dan juga dari Erina. Tapi bagaiman lagi Erina sudah terlanjur melihatnya.
"Mbak putri baru datang ya?" Tanya Erina.
"Iya." Faizha menganguk berbohong. Sudah dari tadi aku di sini. Dan melihat itu semua ingin rasanya Faizha berbicara seperti itu pada Erina tapi sungguh berat mengucapkannya.
"Tadinya aku pingin ngenalin Mbak sama seseorang," ucap Erina sontak membuat dada Faizha bergemuruh.
"Sama siapa? Tadi aku nggak sengaja liat kamu sama laki-laki, itu siapa?" Tanya Faizha dengan suara bergetar tapi entah Erina dapat menyadarinya atau tidak.
"Bukan siapa-siapa sih mbak," jawab Erina dengan senyum malu-malu tercetak semburat merah di pipinya. Faizha sedikit menghela nafas ternyata bukan siapa-siapa tapi kenapa dengan Erina, faizha bisa merasakan itu dan semburat merah di pipi Erina Faizha melihat itu.
"Tapi memang dia yang ingin aku kenalkan pada mbak. Tapi dia sudah pergi," lanjutnya dengan nada kecewa.
"Oh iya nggak papa. Lain kali saja." sungguh Faizha menahan rasa sakit di hatinya tapi sebisa mungkin Faizha menutupinya.
"Ya udah yuk mbak masuk. Udah mau di mulai ini."
"Aduh Er. Maaf aku nggak bisa jadi ikut deh, tiba-tiba tadi ada urusan mendadak aku kemari hanya ingin memberitamu jika aku tidak bisa ikut." Bohong. Faizha berbohong sungguh saat ini hatinya semakin teraduk. Ingin rasanya Faizha langsung berlari tanpa berpamitan pada Erina tapi takut, takut Erina curiga akan itu.
"Aduh. Ya udah deh mbak." Erina menghembuskan nafas kecewa.
"Ya udah aku pamit dulu ya Er. Assalamualaikum." faizha langsung pergi tanpa mendengar balasan salamnya. Kini air mata itu sedikit menetes, tapi Faizha langsung menghapusnya tidak ingin lemah. Dan di anggap lemah walau pun itu oleh dirinya sendiri.
Dan tempat yang dituju Faizha adalah tempat keluh kesahnya. Tidak tau lagi Faizha harus kemana dan di situlah tujuanya saat ini.
Sampai di sana Faizha langsung berlari menuju pohon, tepatnya pada ayunan yang mengantung pada pohon itu. Faizha bingung matanya menatap lurus kedepan. Pikiranya saat ini kacau. Ingin rasanya faizha menumpahkannya tapi lagi-lagi air mata itu di bendungnya apa lagi jika tidak mau di anggap lemah.
Fikiran Faizha terus melayang memikirkan hubungan apa yang sedang terjalin antara Erina dan Arga suaminya. Kedekatan apa yang sedang terjalin. Hatinya terus di kuatkan akan tidak berzuudzon pada mereka tapi tetap saja. Hati manusia. Faizha bukan lah malaikat. Dengan segala yang telah Faizha dapatkan apa kah masih Faizha tidak boleh berzuudzon pada keduanya. Kesadaran Arga dari kecelakaan nama Erina adalah nama orang pertama yang di sebutnya, dan kini Faizha mengetahuinya jika Erina yang baru saja di kenalnya adalah Erina yang di sebut Arga. Ternyata betul, hati Faizha saat pertama Faizha bertemu dengan Erina hatinya sudah tak tenang dan benar saja kini.
Lelah memikirkan semuanya, sudah sekitar satu jam Faizha terdiam di sana sambil memikirkan semuanya. Cukup lama tapi hanya itu yang bisa Faizha lakukan diam dan mendiamkan semua. Tapi kini otaknya bekerja lagi mengintruksinya agar segera beranjak dari tempat ini dan segera pulang kerumah. Rasanya masih berat untuk pulang kerumah tapi mau bagaimana lagi urusanya sebagai seorang istri harus di kerjakanya. Dosa jika Faizha melalaikanya.
"Assalamualaikum." Faizha memasuki rumah dengan pelan. Entah karna dirinya tak mau bertemu dengan Arga atau bagaimana. Tapi Faizha pun tak tau Arga sudah ada di rumah atau belum.
Faizha langsung menuju dapur. Menyibukan dirinya dengan memasak.
"Eh Izha kok aku nggak tau kamu sudah pulang." Suara itu seperti sengatan membuat Faizha diam di tempat tanpa mau berbalik ataupun bergerak.
"Kalo pulang bilang dong." Arga kini sudah memeluk tubuh Faizha dari belakang. Membuat Faizha menegang di tempat.
"Mas aku mau masak," ucap Faizha dingin.
"Oh maaf." Arga mengendurkan tanganya dan melepasnya.
"Tadi aku beliin coklat kesukaan kamu lho. Tadi aku pergi sekalian mampir di toko coklat langananmu," ucap Arga.
Faizha mematikan kompornya dan berbalik mengahadap Arga yang kini tersenyum kepadanya.
"Makasih mas," Ucap Faizha datar.
"Kamu kenpa. Ada masalah?" Tanya Arga yang melihat Faizha menampakan wajah datar. Biasanya dirinya akan selalu tersenyum atau menampakan ekspresi apapun jika bersamanya. Apa lagi jika dirinya pulang membawakanya coklat Faizha akan selalu tersenyum tak henti-henti.
"Nggak kok Mas." Faizha mengeleng dan kini tertunduk.
"Cerita ya sama Mas kalo ada apa-apa. Mas nggak suka liat kamu kayak gini," ucap Arga sambil mengangkat dagu Faizha agar dapat melihat wajah Faizha.
"Iya Mas," ucap Faizha sambil menampakan senyumnya-- senyum yang sebenarnya di paksakanya.
"Mungkin Faizha cuma capek banyak tugas." Lanjut Faizha berbohong. Kenpa akhir-akhir ini Faizha sering berbohong. Sebenarnya Faizha meruntuki dirinya sediri karna berbohong, tapi mau bagaiman lagi, mungkin sementara ini ini lah yang terbaik.
"Jagan terlalu mikirkan tugas ya" Tangan Arga terulur mengusap lembut kepala Faizha. Faizha hanya menganguk.
"Gimana urusan Mas. Udah selesai?" Upss kenpa Faizha harus menanyakanya. Yang jelas-jeleas sudah melihatnya sendiri.
Seketika tangan Arga yang mengusap Kepala Faizha berhenti dan menegang. Faizha bisa merasakanya.
"Ah iya udah selesai kok," ucap Arga dengan sedikit terbata.
"Mas ini masih cuti masih aja ngurusin kerja." Ya Faizha kini ingin tau apakah suaminya akan seperti dirinya berbohong. Sengaja Faizha berbicara seperti itu. Mau bagaimana lagi hati Faizha ingin mengetahuinya.
"Soalnya ini urusan penting Zha" ucapnya. Faizha tertawa dalam diamnya. Ternyata Arga membohonginya.
---TBC---
Suka nggak. Maafkan Typo ya.
Di lanjut nggak nih. Walaupun nggak ada yang mau lanjut tetep saya lanjut kok😁
Jangan lupa Follow
Ig : @deapuspita_12
@deaaypuDan add
Fb : Dea Ayu Puspita
DeaAypu😘 nanti ada pemberitahuan di sana loh. Soal LMLY ini atau lanjutan LMLY 2😘 udah mau lanjut LMLY 2 nih, soalnya ini cerita sebenarnya dah tamat. Tinggal revisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You (Complete✔)
Spirituale(CERITA TAMAT) •Rank #01 - pernikahan [07-07-19] •Rank #1 - Spiritual [22-01-20] "Abi akan menjodohkan kamu dengan Anak teman Abi" Deg... Faizha langsung bangkit dari tempat tidurnya, di tegakkannya badanya. Mata Faizha menatap lekat mata Ahmad Abi...