28. LMLY (keputusan bercadar)

90.5K 4.7K 65
                                    

Faizha memandangi layar ponselnya. Membuka Instagramnya. Matanya fokus melihat layar yang di scroll nya kebawah. Banyak ceramah-ceramah yang di dapatkanya dari Aplikasi itu. Kini matanya mulai berair entah kenapa saat ini Faizha mudah sekali menangis. Matanya mulai berkaca-kaca Faizha terus memandangi foto itu.

"Izha kamu kenapa?" Tanya Hela yang melihat mata Faizha mulai berkaca-kaca. Faizha tak menjawab pertanyaan Hela. Tapi tanganya terulur menyerahkan ponselnya kepada Hela untuk melihat isi dari layar ponselnya itu. Seketika Hela menyerit tak mengerti dengan maksud Faizha.

"Maksudnya zha?" Tanya Hela tak mengerti.

Faizha menarik nafasnya dalam air matanya mulai turun meluncur melewati pipi mulusnya. Hela yang melihat itu juga menarik nafasnya. Hela sudah biasa dengan perubahan mood Faizha sudah satu minggu ini Faizha berada di Belanda dan Hela sudah tau betul jika moodnya Faizha selalu berubah-ubah. Kelakuan Faizha ini sebenanrya membuat Hela curiga.

"Rasanya kaya bergetar Hel liat itu. Ada keinginan aku buat kaya dia." Faizha berhenti mengela nafasnya. Mengingat foto perempuan yang masya Allah cantik dalam layar ponselnya itu. Perempuan yang anggun dengan balutan kain yang menutupi seluruh tubuhnya. Menyisahkan bagian matanya saja. Melihat itu hati Faizha bergetar merasakan keinginan terbesar pada dirinya.

"Aku ingin pakai Cadar Hel," lirih Faizha sambil memejamkam matanya. Lagi-lagi air matanya jatuh. Sedangkan Hela masih terdiam memandangi wajah Faizha.

"Masya Allah Zha." Hela menarik tubuh Faizha dan merengkuhnya dalam pelukanya. Sebagai sahabat Hela sangat senang mendengar penuturan dan keinginan sahabatnya itu.

"Keinginanku sudah sangat besar Hel. Mungkin Allah sudah membukakan hati ku Hel. Bantu Aku ya. Doaakan aku Hel," ucap Faizha dengan air mata yang semakin deras bercucuran.

"Aku selalu doakan kamu Zha tanpa kamu minta. Kamu sahabatku kamu saudaraku. Aku selalu doakan yang terbaik untuk kamu Zha."

Faizha merasa sangat beruntung di kelilingi orang-orang baik padanya. Faizha sangat-sangat bersyukur mempunyai Sahabat seperti Hela dan juga Amel. Mereka adalah sahabat yang In Sya Allah akan sampai ke jannahnya Allah. Faizha semakin mempererat pelukanya pada Hela.

***

"Izha," panggil Hela membuat Faizha yang tadinya menatap cermin kini berbalik mengahadap Hela.

"Masya Allah,Zha kamu cantik sekali," Ucap Hela dengan mata berbinar. Benar saja kini Faizha terlihat sangat anggun dan cantik mengenakan kain yang menutupi bagian wajahnya. Kini Aura Faizha tinggal dari mata indah itu.

"Makasih Hel." Faizha memeluk tubuh Hela dengan erat yang mendapat balasan dari Hela.

"Bismillahirohmanirohim," lirih Faizha dengan mantap.

"Untung aku membawa cadar ini dari indonesia Hel, selalu sih aku bawa kemana-mana. Sebenarnya sudah dari lama aku punya keinginan pake cadar. Cuma mungkin belum waktunya saja Hel," terang Faizha. Hela hanya mengangguk-angguk.

"Zha ada yang aku mau bicarakan sama kamu Zha. Ayo kita duduk di balkon aja biar enak ngobrolnya." Hela menarik tangan Faizha utuk mengikutinya berjalan kearah balkon.

Hela memandang keluar memikirkan Faizha. Hela sangat menyayangi sahabatnya ini. Bahkan Faizha sudah di anggapnya saudara sendiri. Mungkin Hela tak tau semua ini dan Faizha pun terus menutupi semuanya darinya. Tapi selama seminggu Faizha tinggal di sini Hela dapat merasakan ada yang berbeda dari Faizha. Hela sering mendapati Faizha yang sedang melamun. Atau bahkan Hela sering mendapati Faizha yang sedang menagis. Sebagai sahabat Hela jujur saja tak tega dengan ini. Hela bahkan sempat menayakan ini pada Amel tapi Amel juta tak tau masalah Faizha. Yang amel tau hanya Faizha yang berlibur ke Belanda itu saja.

"Kok diem aja Hel. Mau ngomong apa?" Tanya Faizha membuayarkan lamunan Hela.

"Hemm-- gimana ya Zha. Gini." Hela menarik tangan Faizha dan menggengamnya dengan erat.

"Sudah satu minggu kamu di sini. Dan beberapa minggu ini aku nggak sengaja liat kamu ngelamun bahkan aku liat kamu nagis Zha. Kamu kenapa Zha. Aku khawatir sama kamu. Ada masalah Zha. Jujur aku liat ada yang aneh dari kamu sama kedatangan kamu di Belanda ini. Coba Zha jujur sama aku. Aku sahabatmu zha. Kalo aku bisa, aku bantu kamu Zha. Aku nggak mau kamu itu mendam semuanya sendiri Zha. Ada aku Zha disini." Ucap Hela. Air matanya sesikit menetes.

Faizha langsung menarik tubuh Hela kepelukanya. Air mata Faizha mengalir dengan deras kini. Mungkin sudah cukup Faizha memendamnya sendiri. Faizha mungkin juga sudah lelah. Faizha menagis sesengukan.

"Hel, aku. Ada masalah memang Hel aku pergi keBelanda karna ada suatu hal Hel. Aku nggak kuat Hel," ucap Faizha dengan sesengukan.

Benar perasan Hela. Faizha tak bisa berbohong darinya Hela bisa merasakanya dan kini Hela semakin tau bagaimana kepiluan Faizha mendengar Faizha yang sesenggukan membuat hatinya ikut teriris juga.

"Ini rumit Hel. Aku nggak tau harus cerita dari mana. Aku, aku pun nggak mengerti." Faizha pusing dengan semuanya semua begitu rumit sampai Faizha tak tau harus bercerita dari mana. Sedang Hela hanya diam menatap Faizha. Menunggu Faizha bercerita sendiri.

"Ini rumit. Kamu tau aku menikah dengan suamiku karna sebuah perjodohan. Awal mulanya aku menolak itu. Dan lambat laun aku mencintainya. Aku tak tau. Aku percaya padanya. Dan nyatanya dia membohongiku. Ada orang lain di balik pernikahanku dan dia." Bahu Faizha berguncang menandakan Faizha semakij terisak.

"Awalnya aku tetap percaya padanya, coba tidak percaya. Tapi aku mencari tau semuanya dan aku tau ada perempuan yang di cintai suamiku selain aku." Hela menjadi tak tega melihat Faizha yang terus menangis. Hela semakin merengkuh tubuh Faizha. Menenangkanya dalam pelukanya.

"Walaupun aku belum menikah seperti mu Zha. Aku tau bagaimana sakit hatimu Zha. Kamu harus kuat ya Zha. Aku percaya dengan semua yang kamu lakukan. Maafkan aku tak bisa membantu mu. Tapi aku juga nggak mau Zha liat kamu terus-terusan menangais begitu Zha. Aku, aku ikut sedih."

"Makasih Hel. Kamu Sahabat yang baik Hel. Izinkan aku untuk tinggal di sini lebih lama. Aku belum siap untuk kembali," ucap Faizha. Hatinya masih belum kuat untuk menerima ini.

"Dengan senang hati. Tinggalah sesuka hatimu Zha. Ini juga rumahmu." Faizha sedikit tersenyum setidaknya masih ada yang perhatian terhadapnya.

***

Faizha terdiam di kamar mandi sedari tadi dia memuntahkan cairan bening dari mulutnya sampai membuat badanya lemas. Mual itu tersa lagi dan Faizha kembali memuntahkanya.

Faizha keluar dari kamar mandi setelah perutnya terasa tenang. Ternyata di depan pintu sudah berdiri Hela. Menatapnya dengan tampang khawatir.

"Coba ini Zha" Hela menyerahkan benda pipih putih.



TBC

Di lanjut ya
Maafkan typo

Tambah aneh nggak sih?

Maaf ya maaf.

Ini cerita pertamaku, yang aku tulis. Ini aku cuma perbaiki typo sedikit, selebihnya nggak aku ubah.

Maaf ya maaf

Semoga kalian tetep menikmati cerita ini.

Aku sayang kalian eyakkkk❤😁

Let Me Love You (Complete✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang