Tidak ada yang tahu kapan kau akan teriris sebuah pisau, perkiraan cuaca pun kadang suka sekali melenceng jauh.
Begitupula dengan kematian, tak ada seorangpun yang tahu, tidak peramal sekalipun.
Seperti sebuah kebiasaan di mana hujan selalu ikut menangis ketika seseorang pergi jauh-meninggal dunia.Yoongi hanya diam, duduk di atas sofa dengan pakaian formalnya, setelan jas yang sudah tidak serapi ketika ia berangkat pagi tadi.
Wajahnya yang memang sudah pucat semakin pucat saja, tidak ada yang ingin ia lakukan selain memperhatikan kedua neneknya yang berjalan mondar mandir di hadapannya dengan pakaian hitamnya.
Yoongi juga hanya diam ketika bibinya Park Jihyun melepaskan jas hitamnya dengan kain garis putih hitam di lengan jasnya.Taehyung tidak mau masuk ke dalam rumah sejak kepulangan keluarga mereka dari pemakaman, duduk diam di depan pintu apartemen sembari menangis pilu, Jimin berdiri di ambang pintu, menjaga Taehyung agar tidak berbuat sesuatu yang mengkhawatirkan.
Dengan setelan jas formal hitam yang sama seperti Yoongi, Jimin terus mengusap kepala Taehyung, berharap itu sedikit membuat Taehyung tenang.
Jihyun hanya diam memperhatikan punggung Taehyung yang bergetar halus, anak itu pasti tengah menangis.Ceklek...
Semua orang menolehkan kepalanya pada pintu kamar yang terbuka, Hoseok baru saja keluar dari kamar.
Seperti para pria di dalam apartemen, ia juga memakai setelan jas hitamnya.
Hoseok berdiri di ambang pintu, bingung harus melakukan apa.
Bos Ahn datang menghampiri cucunya tersebut, mengusap rambut Hoseok yang lepek karena keringat."Kau lapar? Ini sudah lewat jam makan malam. Hobie ingin makan? Nenek bawa banyak daging ayam." ujar bos Ahn, tetap mengusap kepala Hoseok dengan sayang, Hoseok kembali menangis dan menganggukan kepalanya, memberitahu bos Ahn bahwa ia memang lapar.
"Oh, Hobie ingin makan malam? Sebentar, bibi simpan dulu jemuran ini ke ruang tengah." Jihyun dengan cepat berjalan dengan keranjang jemuran di kedua tangannya, menyimpan keranjang berisi pakaian basah keluarga Kim di samping lemari tv. "Yoongi, kau tidak ingin makan?" tanya Jihyun berjalan kembali menghampiri Yoongi yang masih terdiam enggan melakukan apapun.
"Tidak mau, Hobie bilang lapar? Bibi buat dia makan banyak, tidak masalah jika dia meminta banyak dagingnya, kan?" tanya Yoongi dengan suara bergetar di ujung kalimatnya. Inilah kenapa sedari tadi Yoongi hanya diam, karena jika dia bersuara maka yang keluar hanya isak tangis seperti Taehyung.
"Baiklah," jawab Jihyun, mengusap kepala Yoongi dengan sayang. "Bibi akan buat Hobie makan banyak." sambung Jihyun dengan suara menahan tangisannya juga.
Jihyun memilih bangkit, berjalan cepat memasuki dapur.
Jihyun dengan cepat menyalakan kompor dan menghangatkan masakan yang di bawa nenek Kim dari rumahnya.
Hoseok duduk termenung di meja makan, menunduk sembari memperhatikan nenek dari daddynya tengah sibuk mencuci piring."Seokjin kemana?" tanya nenek Kim pada Jihyun yang masih sibuk dengan masakannya.
"Jimin bilang dia masih sibuk mengurus sesuatu di rumah sakit bersama Jungkook." jawab Jihyun mulai meyiapkan semangkuk nasi ke atas meja, tepat di hadapan Hoseok. "Kau ingin bibi suapi?" tanya Jihyun dengan lembut, sembari mengusap kepala Hoseok.
"Aku sudah merendam semua cucian, besok pagi aku akan datang lagi untuk menjemurnya." ujar bos Ahn yang ternyata sedari tadi berkutat di kamar mandi merendam pakaian Hoseok, Taehyung, Yoongi dan kedua orangtuanya ke dalam ember.
"tidak apa apa, biar besok aku yang datang ke sini dan menjemurnya." jawab Jihyun, ia menuangkan air ke dalam gelas Hoseok, sesekali memintanya untuk makan lebih banyak lagi.
----
"Di sini dingin, kau mengantuk, kan? Ayo masuk dan tidur."
Taehyung hanya diam, mengusap wajahnya yang lembab dengan airmata menggunakan lengan jasnya beberapa kali.
Jimin menghela napas pelan, mengusap punggung rapuh Taehyung dengan lembut.
Seokjin baru saja sampai ke apartemen ketika melihat adegan Taehyung menangis di depan pintu bersama Jimin yang menemaninya.Seokjin, Jungkook, juga orang dewasa lainnya begitu menahan diri untuk menangis dengan keras.
Mencoba untuk tetap terlihat kuat di depan tiga remaja di dalam apartemen ini, nyonya Kim dan Boss Ahn, kedua wanita paruh baya tersebut berhak untuk menangis sekarang, hanya saja mereka juga tidak bisa menangis di depan Yoongi, Taehyung, dan Hoseok.
Kematian Heeyeon dan Namjoon yang mendadak begitu memberi luka yang dalam bagi orang orang yang mengenalnya, terlebih triple cute boy.Heeyeon dan Namjoon masuk dalam korban kecelakaan beruntun ketika hendak menjemput Yoongi dari tempat kuliahnya.
Mereka di nyatakan tewas di tempat.
Masih bisa di ingat ketika Jimin dan Seokjin langsung meninggalkan ruang rapat begitu saja untuk mengecek keadaan keduanya, Jihyun yang langsung memberitahu boss Ahn, dan Jungkook yang bertugas menjemput ketiga ponakannya secara mendadak.
Keadaan tidak terkendali, Taehyung menangis, meraung memanggil nama kedua orangtuanya di depan ruang jenazah, Yoongi yang menangis pilu di pelukan boss Ahn dan Hoseok yang juga menangis sembari bertanya ada apa pada nenek Kim yang terus mengusap kepalanya, semua orang menangis."Kita harus masuk," ujar Seokjin, ikut berjongkok di depan Taehyung.
Ia mengusap wajah basah Taehyung menggunakan tangannya, merapikan rambut sang keponakan dengan asal. "Kita hanya harus masuk dan kau bisa menangis lagi di dalam." sambung Seokjin mencoba tersenyum lalu kembali mengacak rambut Taehyung yang sempat ia bereskan tadi."Tapi, daddy-"
"Paman tau, ayo masuk." potong Seokjin lalu menarik tubuh Taehyung untuk bangkit, Seokjin membantu Taehyung melepas sepatu hitamnya terlebih dahulu sebelum menuntun Taehyung untuk masuk ke dalam apartemen.
Jimin menghela napas panjang bersamaan dengan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca, Jungkook yang berdiri di sampingnya hanya bisa menepuk bahu Jimin pelan.
seperti Yoongi, jika Jungkook berbicara takutnya yang keluar malah suara isak tangis."Aku tidak bisa lagi berpura-pura seperti ini, Namjoon masih menghubungiku beberapa waktu sebelum kejadian itu. Tidak masuk akal, ini tidak masuk akal Jungkook-ah." Jimin menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tangan menutup mulutnya, masih tidak percaya kedua sahabatnya pergi dengan cara tragis seperti ini.
"Hyung, kau harus menghapus airmatamu sebelum masuk, pakai ini," ujar Jungkook memberikan sapu tangan miliknya untuk di gunakan Jimin. "Tenangkan dirimu untuk sekarang, hyung. Aku tahu kau bisa melakukannya." sambung Jungkook lalu berjalan masuk ke dalam apartemen membiarkan Jimin dengan kesedihannya.
-----
"Mommy, dia pasti sedang mengawasimu sekarang." ujar nenek Kim sembari memasangkan sebuah plester pada ujung jari telunjuk Taehyung yang kini sudah mau berganti pakaian dengan pakaian sedikit santai.
Taehyung hanya diam, walau sesekali tangannya yang bebas dari genggaman nenek Kim ia gunakan untuk mengusap pipinya yang kembali basah. "Kau menangis terlalu banyak dan tidak mau makan malam, mommy tidak suka jika kau telat makan malam, kan?""Hobie sudah mau makan, dia berhenti menangis dan mengiyakan ketika nenek Ahn menawarinya untuk makan," lanjut nenek Kim, sembari menidurkan kepala Taehyung pada pahanya. "Yoongi hyung, dia tidak menangis tapi tidak mau makan malam. Tidak apa-apa, tidak makan malam sekali itu bukan hal buruk, kan?"
Taehyung menutup kedua matanya, menyamankan posisi kepalanya di atas paha sang nenek.
Ia ingin tidur sekarang, berharap bangun esok hari dengan suasana baru."Taehyung harus jadi anak baik mulai sekarang, ya? Jangan nakal, jangan terlalu sering di panggil guru, jangan berkelahi dan jangan terlalu sering berbuat nakal pada Hoseokie, hem?" petuah nenek Kim dengan suara bergetarnya. "Taehyung cucu nenek, yang kuat ya sayang."
"Sudah?" tanya Jihyun yang di jawab anggukan pelan dari Hoseok. "Tunggu sebentar, bibi bereskan ini terlebih dahulu."
Hoseok memperhatikan Jihyun yang dengan cepat memasukan mangkuk bekas makannya ke atas wastafel dapur, mencucinya lalu menyimpannya kembali ke rak piring.
Jihyun mirip mommynya, gesit dalam keadaan apapun.Malam itu, suasana apartemen yang biasanya ramai dengan teriakan Heeyeon berubah seketika.
Kelam, dengan hujan yang mengguyur menambah suasana menyedihkan tempat ini.
Semua orang melakukan tugas yang biasanya di lakukan oleh Heeyeon seorang diri.
Jihyun menemani Hoseok tidur karena ia bilang tidak ingin tidur sendiri, nenek Kim masih sibuk menina-bobokan Taehyung di dalam kamar, Seokjin dan Jimin terus memberi nasehat pada Yoongi hingga si sulung tersebut akhirnya menangis.
Bos Ahn yang akhirnya bisa mengeluarkan isi hatinya dengan leluasa di kamar Heeyeon bersama Jungkook di sampingnya.TBC---