Perubahan sudah terjadi, pagi yang biasanya di sinari matahari sekarang di temani mendungnya awan pagi.
Tidak ada teriakan sang mommy, ketika pintu kamar dari sang daddy, tidak ada teriakan si bungsu yang mencari dasinya, tidak ada suara televisi yang biasanya menyala tanpa ada yang menontonnya.
Pagi ini terlihat sangat suram, seperti hari kemarin, kemarin, dan kemarinnya lagi.Yoongi yang pendiam berubah menjadi begitu pendiam, Taehyung yang begitu liar dalam masa menjati dirinya berubah semakin liar, caranya untuk memberontak pada takdir bahagianya yang berubah menjadi menyedihkan.
Tanpa peringatan, tanpa firasat, Tuhan mengambil kedua orangtuanya begitu saja.
Hoseok, si bungsu yang ceria layaknya matahari juga berubah tenang setenang bulan di malam hari, tidak ada rengekan lagi darinya.
Mereka membuat dinding pemisah satu sama lain tanpa di sadari.Yoongi bangun lebih pagi hari ini, menatap telur goreng -gosong- di atas meja makan dengan tatapan datar sarat akan prihatin, miris.
Telur goreng yang ia siapkan untim untuk kedua adiknya berakhir gagal seperti sebelumnya.
Kalian ingat tentang tentang telur gosong di masa lalu?
Namjoon, sang pemimpin keluarga Kim ahlinya dalam membuar telur gosong.Tidak ada lagi sarapan bersama, terkadang Yoongi akan sarapan terlebih dahulu lalu pergi sendiri ke tempat kuliahnya.
Terkadang juga Taehyung akan pergi begitu saja tanpa sarapan, Hoseok menjadi adik yang paling patuh, pergi sarapan lebih dulu sebelum berangkat ke sekolah, sendirian.Yoongi mengangkat Kepalanya, menatap Taehyung yang memasuki kamar mandi dengan diam, bisa ia lihat Taehyung menatap meja makan sekilas, menatap hasil karya sang kakak dengan tatapan datar.
Hoseok ternyata juga masuk ke dalam dapur, sudah lengkap dengan seragamnya."Ini milikmu, tidak terlalu hitam." ujar Yoongi menyodorkan mangkuk nasi ke hadapan Hoseok. "Hyung tidak akan sarapan, jadi makanlah sendiri." sambungnya sembari menyimpan beberapa lembar uang ke atas meja, uang jajan Hoseok dan Taehyung.
----
Taehyung keluar dari dalam kamar, sudah lengkap dengan seragam juga tas sekolah di bahunya.
Kepalanya menoleh kesana kemari, rumah sudah sepi.
Ia lalu berjalan ke dapur, mengambil uang jajannya yang di simpan Hoseok di atas galon air, Taehyung sebenarnya akan langsung pergi tapi ia justru malah melihat mangkuk nasi berisi telur -gosong- berada di atas meja.
Setelah berpikir sebentar akhirnya Taehyung memilih untuk sarapan terlebih dahulu, hitung hitung menghargai usaha Yoongi membuat sarapan.
.
.
.
Hoseok baru saja masuk ke dalam gerbang sekolah ketika mobil yang ia kenali sebagai mobil pamannya masuk ke dalam gerbang juga, Hoseok tetap berjalan ketika si anak -Jisung- keluar dari dalam mobil.
Jimin, si pemilik mobil ikut turun, melambaikan tangannya meminta Hoseok untuk menghampirinya."Kau sudah sarapan?" tanya Jimin mengusak pelan kepala Hoseok.
"Sudah, Yoongi hyung membuatnya." jawab Hoseok sembari mencoba tersenyum.
Jimin tersenyum, kembali mengusak kepala Hoseok dengan lembut.
Memperhatikan pertumbuhan ketiga anak Namjoon menjadi tanggung jawabnya juga sekarang, tanpa di suruh.
Jimin akan sesekali datang ke apartemen mereka dengan membawa banyak makanan, mmemastikan ketiganya tidak larut dalam kehilangan.
Jimin mengeluarkan dompetnya, mengambil beberapa lembar uang."Gunakan ini untuk membeli cemilan atau apapun yang kau mau, jika kau butuh sesuatu katakan pada paman atau nenek mengerti?" petuah Jimin lalu memberikan lembaran uang tersebut pada Hoseok. "Sudah, pergilah bersama Jisung hyung ke dalam kelas."
"Kau ingin bolos sekolah?"
Hoseok menolehkan kepalanya pada Jisung, mengerjapkan kedua matanya atas ajakan kurang sehat dari sang kakak kelas.
Jisung memang terkenal sedikit badung, suka sekali membolos.
Jisung tersenyum lebar, ini adalah pertama kalinya Jisung berani mengajak Hoseok untuk membolos.
Kasihan, itu menjadi alasan Jisung mengajak Hoseok, melihatnya yang berubah menjadi pendiam seperti ini membuat hati Jisung tergerak.