Park Jimin, Kim Seokjin, nyonya Kim, dan bos Ahn kembali berkumpul di apartemen Kim's.
Suasana begitu tegang di ruang tengah, duduk melingkar dengan tersangka utama Yoongi dan Taehyung. Hoseok terlalu takut untuk bergabung karena apa yang baru saja terjadi membuatnya berpikir karena ia bolos sekolah, itulah sebabnya Yoongi marah.
Jisung berada di kamar bersama Hoseok, ia juga termasuk tersangka di sini, patut memberi penjelasan pada orang orang dewasa di luar sana.
Tapi Jisung tidak takut, ia bermaksud baik.
Sang ayah bilang selama demi kebaikan, melakukan sedikit keburukan itu tidak masalah."Yoongi, kau bisa bicara lebih dulu. Semuanya harus di selesaikan." ucap Seokjin mengelus pelan punggung remaja berumur 19 tahun tersebut dengan lembut.
Yoongi mengangkat kepalanya, menatap satu persatu keluarganya dengan pandangan sedikit merasa bersalah. Ia membuat semua orang datang ke apartemen karena masalah sepele -yang mungkin saja akan berakhir dengan pertumpahan darah jika Jimin tidak datang lebih cepat.
Kepala Yoongi menoleh pada Taehyung yang sedari tadi menunduk, ia merasa yang paling bersalah di sini.
Pulang telat dengan wajah babak belur, di tambah ia memukul Yoongi sang kakak tertua."Taehyung, dia pulang dengan wajah penuh luka." ucap Yoongi pelan.
Seokjin menghela napas pelan, menolehkan kepalanya pada Taehyung yang hanya bisa diam sembari memainkan daun pot bunga di atas meja. "Taehyung jawab dan hentikan tanganmu itu." ucap Seokjin sedikit tegas. "Kau pulang dengan wajah babak belur? Berkelahi dengan siapa?"
"Teman sekelas," jawab Taehyung menyimpan kedua tangannya di atas paha, patuh pada perintah Seokjin. "Kertas panggilan, aku membuangnya." sambung Taehyung membuat nyonya Kim yang sedari tadi duduk di sampingnya hanya bisa mengelus punggung sang cucu dengan sayang.
Perkelahian antar remaja laki-laki itu bukan sesuatu yang mengejutkan, semua remaja pasti memiliki masalah mereka sendiri. Terkadang saling memukul lebih cepat mengerti maksud satu sama lain dalam pertemanan sesama pria.
Seokjin dan Namjoon saja dulu selalu berkelahi dulu.
Yoongi juga dulu berkelahi dengan teman sekelasnya, tidak bisa juga mereka orang dewasa menyalahkan Yoongi yang memiliki naluri alami jika dia sekarang bertugas sebagai 'daddy' dari kedua adiknya, Yoongi yang dulu sama sekali tidak peduli dengan Taehyung yang selalu berkelahi tiba-tiba marah seperti yang di lakukan Namjoon ketika tau sang adik babak belur.Yoongi tanpa sadar ingin mencoba seperti Namjoon, menertibkan kedua adiknya.
Tapi Yoongi yang sedari kecil memiliki sifat ringan tangan dan mulut yang cukup pedas mampu membuat Taehyung yang memang gampang terpancing langsung memukul Yoongi.
Emosi keduanya tidak dalam keadaan stabil, mereka yang terlalu diam dalam luka kehilangan lalu marah karena Tuhan mengambil kebahagian mereka membuat keduanya melampiaskan dengan saling memukul satu sama lain pada akhirnya."Jadi kalian bertengkar karena itu?" tanya bos Ahn, menepuk-nepuk pelan paha Yoongi. "Tidak apa-apa, yang perlu kalian lakukan sekarang adalah saling meminta maaf. Kita harus mengobati lukamu dan Taetae." sambung bos Ahn merapikan rambut Yoongi yang terlihat sedikit berantakan.
Yoongi dan Taehyung sama sama terdiam, bingung harus memulai darimana untuk meminta maaf.
Keduanya sadar bahwa tidak ada pembenaran atas tindakan keduanya, bahkan Hoseok juga mungkin memiliki alasan sendiri kenapa dia bolos sekolah yang mana membuat Yoongi hampir saja memukul si bungsu.Jimin sadar, keduanya butuh waktu berdua untuk menyelasaikan masalah ini. "baiklah, selesaikan lebih dulu,baku akan melihat Jisung dan Hoseok sebentar." ucap Jimin menepuk pelan bahu Seokjin seolah memberitahu Seokjin untuk membiarkan dua remaja itu sendirian.
"Benar, aku juga akan melihat Hobie- Ah ibu dan bos Ahn, bisa minta tolong untuk buatkan kita makan malam? Kurasa isi kulkas masih penuh." ucap Seokjin yang mana langsung di mengerti oleh kedua wanita parug baya tersebut.
Nyonya Kim dan bos Ahn lalu bangkit dari duduknya dan pergi ke dapur untuk membuat makan malam.